Bab 8

12.3K 833 40
                                    

Keesokan harinya, mata Laura terbuka. Dia menatap sekelilingnya dengan pusing. Kepalanya berputar-putar begitu cepat hingga membuat dirinya mual.

"Ini dimana?" Ucap Laura pelan.

Dia menatap tangannya yang dipegang oleh Rafaella. Huh? Laura sadar dia sekarang ada di rumah sakit? Dia kenapa? Lalu Laura mengingat kejadian semalam, mereka menabrak pembatas jalan.

"Uhm Rafaella?" Ucap Laura sembari menepuk pelan bahu Rafaella.

Rafaella terbangun. Dia kaget melihat Laura yang sudah sadar. Dia berdiri lalu memeriksa Laura dengan matanya itu.

"Kau kenapa?" Ucap Laura heran.

"Ada yang sakit? Atau terasa aneh di kepalamu?" Ucap Rafaella khawatir.

Laura memutar bola matanya.
"Kau terlihat aneh! Kenapa kau menatapku seperti itu?!" Ucap Laura.

Rafaella memeluk Laura erat dan menangis? Tunggu, Rafaella menangis?! Laura bisa merasakan jika air mata Rafaella mengenai pundaknya.

"Kenapa kau menangis?" Ucap Laura.

"Aku takut. Takut kau kenapa-napa" ucap Rafaella.

Laura terdiam. Dia hanya luka di kepala saja tapi reaksi Rafaella sungguh seperti dia akan mati saja. Laura berpikir, sebegitu cintanya kah Rafaella padanya? Dia jadi terharu.

Laura memeluk Rafaella balik.
"Aku tidak apa-apa" Ucap Laura.

"Aku mencintaimu" ucap Rafaella.

Laura diam lagi. Ini kata yang sulit diucapkan olehnya, lidahnya begitu kelu ketika ingin mengatakan itu. Tapi Laura juga mencintai Rafaella, meskipun awalnya dia sangat benci pada Rafaella tapi sekarang? Dia belum pernah dicintai seperti ini oleh seseorang, selalu dijaga dan sehati dengannya.

"A-aku juga mencintaimu" ucap Laura pelan.

Rafaella melepaskan pelukan mereka. Kata itu terdengar jelas di telinganya meskipun Laura berbicara dengan sangat pelan. Dia menatap Laura dengan tatapan terkejut.

"Katakan itu lagi! Aku ingin mendengarnya" ucap Rafaella.

Wajah Laura memerah sekarang.
"Aku juga mencintaimu" ucap Laura.

Rafaella tersenyum selebar-lebarnya. Matanya berkaca-kaca sekarang, inilah yang ingin dia dengar dari mulut Laura selama ini. Kata dimana Laura juga mencintainya.

Rafaella mencium bibir Laura sekarang. Dengan senang hati Laura menerima ciuman itu, dia membuka mulutnya untuk Rafaella.

Lidah mereka saling menari-nari didalam. Saliva mereka menyatu dan belepotan di mulut mereka masing-masing. Ciuman itu menjadi lebih panas sekarang, Rafaella melepaskan ciuman mereka.
Dia menatap Laura dengan mata yang penuh dengan hasrat.

"Lakukanlah" ucap Laura.

"Kau baru sadar, aku takut kau akan sakit" ucap Rafaella.

"Baiklah jika kau tidak mau" ucap Laura lalu mendorong wajah Rafaella.

Rafaella gelagapan sekarang.
"Aku mau!" Ucap Rafaella.

Dia berjalan kearah pintu lalu menguncinya. Rafaella melepaskan jas miliknya dan melemparkannya ke sembarang arah. Dia naik keatas brankar Laura lalu mulai mencium Laura lagi.

"Aku ingin duduk" ucap Laura.

Mereka saling berhadapan sekarang. Sekarang Laura yang mencium Rafaella dengan panas. Dia mendominasi disana. Rafaella tertawa lalu membiarkan Laura.

Tangan Laura membuka baju pasien Laura. Kancing demi kancing, baju itu terbuka. Terlihatlah payudara Laura yang begitu besar, Rafaella memelintir puting payudara Laura dengan jarinya.

Wanted By The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang