Bab 9

10.8K 762 3
                                    

Dokter sedang memeriksa kondisi Laura. Dokter itu tersenyum saat melihat bercak merah di leher Laura, sedangkan Laura menahan malu karena itu.

"Dia sudah baik, tapi jika kau ingin lebih memastikan kita bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut" ucap Dokter itu.

"Tidak perlu, kan?" Ucap Laura sambil menatap Rafaella.

Tatapan Laura seakan mengatakan untuk jangan melakukan pemeriksaan itu. Rafaella terkekeh dia menggusak rambut Laura pelan.

"Tidak perlu, sepertinya Laura sudah baik-baik saja sekarang" ucap Rafaella.

Dokter itu keluar setelah selesai memeriksa kondisi Laura. Rafaella masih berbicara dengan Marcus tentang kecelakaan semalam.

"Polisi sudah menemukan pelakunya?" Ucap Rafaella.

"Tidak, orang kita yang lebih dulu menangkapnya" ucap Marcus.

Rafaella menyeringai.
"Bagus, bilang pada pihak kepolisian agar tidak mencari pelakunya lagi" ucap Rafaella.

Marcus mengangguk. Para polisi itu pasti akan mengerti arti ucapan itu, Rafaella sudah memiliki banyak koneksi dimana-mana hingga memudahkannya untuk menemukan sesuatu. Setelah selesai, Marcus pergi dari sana.

"Kita akan pulang kapan?" Ucap Laura.

"Kau baru sadar sayang, kita tidak bisa pulang sekarang" ucap Rafaella.

Laura memutar bola matanya jengah. Dia tidak suka ada disini! Makannya tidak ada rasanya! Bau obat! Laura tidak suka ini!! Dia ingin pulang ke mansion Rafaella saja jika disuruh memilih.

"Aku ingin makan pizza" ucap Laura.

"Baiklah, akan aku pesankan sekarang" ucap Rafaella.

Laura tersenyum. Ini yang terbaik! Dia akan menghabiskan semuanya! Sudah lama dia tidak makan itu, karena kondisi keuangan Laura yang kurang jadi begitulah.

Setelah beberapa saat, seorang anak buah Rafaella datang sembari membawa kotak pizza. Rafaella membawa itu lalu memberikannya pada Laura.

"Terimakasih" ucap Laura.

Dia langsung memakan pizza itu, Rafaella hanya diam di samping sembari menatap Laura makan. Laura makan dengan belepotan! Seperti anak kecil saja.

"Makan dengan perlahan, aku tidak akan meminta itu sayang" ucap Rafaella sembari menyeka sisa pizza yang ada di bibir Laura.

"Kau tidak akan pergi untuk menghabisi orang yang mencelakai kita kemarin?" Ucap Laura.

Rafaella diam. Laura mendengar percakapannya dengan Marcus tadi. Dengan santainya Laura terus makan setelah mengatakan itu, Rafaella mengehela nafasnya.

"Jika aku tinggal sebentar tak apa kan?" Ucap Rafaella.

"Tentu, jika kau pergi untuk menghabisi orang itu aku sungguh tidak keberatan. Tolong wakili aku untuk memukul orang itu satu kali saja" ucap Laura.

"Kenapa sekali?" Ucap Rafaella.

"Aku tidak tega" ucap Laura.

Rafaella tertawa. Laura memilih hati yang lembut, berbeda dengannya. Rafaella tidak segan untuk langsung membunuh seseorang jika orang itu mengganggu organisasinya atau orang yang disayanginya.

"Baiklah, aku pergi sekarang. Tunggu aku kembali" ucap Rafaella lalu mencium bibir Laura sebentar.

Rafaella dan Marcus langsung berjalan keluar rumah sakit lalu masuk kedalam mobil dan pergi ke tempat orang itu.

"Menurutmu siapa dalangnya?" Ucap Rafaella

"Aku curiga pada satu orang" ucap Marcus

Rafaella tertawa. Marcus mempunyai pemikiran yang sama sepertinya, dia juga curiga pada satu orang. Dia yakin, orang itu adalah dalangnya.

Wanted By The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang