Bab 13

8.5K 604 7
                                    

Sudah diputuskan dengan banyaknya suara dari ketiga cerita itu, next cerita aku bakal up yang Bad Girl And The Mafia dulu ya😁 untuk kedua cerita yang belum kepilih ntar habis cerita Bad Girl And The Mafia beres aku bakal up bareng gimana? Cerita di drafku sungguh numpuk sekaleee astaga😭

Jangan lupa vote sebelum baca oke~ jadilah pembaca yang baik dengan selalu menekan tombol vote dibawah.

...

Setelah sampai di daratan, Rafaella langsung membawa Laura ke rumah sakit. Claudia juga ikut karena memaksa. Mereka sedang menunggu diluar karena Laura masih didalam ruangan pemeriksaan.

Setelah beberapa saat, dokter itu keluar. Rafaella langsung berdiri dan berjalan kearah dokter itu.

"Bagaimana keadaannya" ucap Rafaella.

"Dosis perangsang itu sangat tinggi, karena tidak bisa menyalurkan hasratnya Laura jadi demam tinggi. Kita harus terus memantau perkembangan kondisinya, dan berdoa agar Laura cepat sadar" ucap dokter itu.

Mereka semua terdiam. Cepat sadar? Apa maksudnya? Rafaella menarik kerah baju dokter itu dengan keras, mereka semua kaget melihat itu. Marcus dan yang lainnya mencoba melepaskan Rafaella dari dokter itu.

"Apa maksudmu?! Jelaskan dengan rinci sialan!!!" Teriak Rafaella marah.

"Karena trauma yang disebabkan oleh kekerasan dan psikisnya itu membuat tubuhnya drop dan down. Sekarang, hanya keinginan Laura sendiri yang bisa membangunkan dirinya" ucap dokter itu.

Cengkraman tangan Rafaella pada baju dokter itu melemah. Dia menatap kosong dokter itu dan tubuhnya terperosok kebawah. Marcus langsung menangkap tubuh Rafaella dan mendudukkan Rafaella pada kursi disana.

"Lauraku" ucap Rafaella pelan.

Marcus langsung memeluk Rafaella.
"Tenanglah, aku yakin Laura pasti akan bangun" ucap Marcus.

Rafaella hanya diam. Lalu pintu terbuka, para perawat membawa brankar Laura keluar. Laura menutup matanya dengan damai, ada alat bantu nafas disana. Rafaella berdiri lalu berjalan kearah Laura.

"Hey cantik, ayo bangun" ucap Rafaella.

Para perawat itu membawa brankar Laura kearah ruang inap. Rafaella diam ditempatnya, dia menarik tangan Claudia yang ingin masuk kedalam ruang inap Laura.

"Jaga Laura untukku. Aku harus pergi sebentar" ucap Rafaella datar.

"Tentu" ucap Claudia.

Rafaella pergi dari sana. Marcus menyusul Rafaella, mereka masuk lagi kedalam mobil dan langsung melaju ketempat dimana Albert berada.

"Kau sudah siapkan suntikkan itu?" Ucap Rafaella.

"Tentu, ini" ucap Marcus sembari menunjukkan beberapa suntikan disana.

Mereka sudah sampai disana. Rafaella turun dengan aura hitamnya. Anak buahnya membukakan pintu besi itu, Rafaella masuk dan melihat Albert yang sedang terikat di sebuah kursi disana.

"Halo bitch" ucap Albert.

"Halo juga bajingan" ucap Rafaella.

Rafaella duduk di kursi. Dia menatap Albert yang masih tertawa itu. Rafaella muak mendengar tawaan itu, seperti suara spiker rusak. Rafaella melemparkan sebuah batu kearah Albert.

"Diamlah sialan, tawaanmu sungguh membuat telingaku sakit" ucap Rafaella.

"Bagaimana dengan kekasihmu itu? Aku sudah merasakan tubuhnya tadi, sungguh nikmat" ucap Albert.

Rafaella tertawa, dia berjalan kearah Albert lalu menarik rambut Albert dengan kuat hingga wajah Albert menatap wajahnya.

"Kau salah, kau belum memasuki Laura bangsat" ucap Rafaella.

"Kau sudah memastikan itu?" Ucap Albert.

Rafaella diam. Dia menyuruh Marcus untuk membawa kotak berisi suntikkan itu, Rafaella menatap Albert dengan seringaiannya.

"Kau tahu ini apa? Ini adalah perangsang" ucap Rafaella.

Perasaan Albert sudah tidak enak. Dia menatap kotak itu, banyak suntikkan disana. Tidak mungkin Rafaella akan menyuntikkan semuanya kan?

"Apa yang akan kau lakukan?" Ucap Albert.

"Apa lagi? Tentu saja melakukan apa yang kau lakukan pada kekasihku" ucap Rafaella.

Dia langsung menyuntikkan semua suntikan itu. Albert menahan teriakkannya, sialan Rafaella menyuntikkan itu dengan sangat dalam. Dia bisa merasakan jarum suntik itu hampir mengenai tulangnya.

Rafaella selesai menyuntikkan semua suntikan itu. Dia tertawa melihat Albert yang sudah menggeliat tidak nyaman karena perangsang itu langsung bekerja. Mungkin karena dosisnya sangat banyak jadi obat itu bekerja dengan cepat.

"Bagaimana rasanya? Tak nyaman bukan?" Ucap Rafaella sembari memegang rudal Albert yang sudah menegang.

"S-sialan! Ngh" ucap Albert.

Rafaella terkekeh. "Jadilah budak seks sekarang, anak buahku akan memuaskanmu" ucap Rafaella.

Dia berjalan kembali kearah Marcus lalu menatap semua anak buahnya disana.

"Kalian bisa menyetubuhinya sepuasnya. Lakukan hal itu tanpa henti dan sampai Laura sadar, dan ingat jangan biarkan dia mati sebelum Laura sadar" ucap Rafaella.

"Dan kau, semoga kau tidak mati dengan cepat" ucap Rafaella lalu pergi dari sana bersama Marcus.

Anak buah Rafaella menatap Albert dengan tatapan lapar. Mereka mulai mengerumuni tubuh Albert yang sudah bergetar itu, mereka juga melepaskan baju Albert.

"Sialan! Jangan sentuh aku!!!" Teriak Albert.

Plak

Salah satu anak buah Rafaella menampar Albert. "Diamlah jalang!" Teriak anak buah Rafaella.

Salah satu anak buah Rafaella langsung memasukkan penisnya tanpa pelumas apapun kedalam anus Albert. Bagian belakang Albert langsung berdarah.

Plok plok plok

"Sialan, dia ketat sekali" ucap anak buah Rafaella.

"Nghhh b-brengsek! Ahhh" desah Albert.

Mereka semua tertawa melihat itu.
"Lihat? Kau mendesah juga jalang. Ini baru satu orang, lihatlah banyak orang yang mengantri untuk ini" ucap anak buah Rafaella lainnya.

Albert menatap sekelilingnya, banyak sekali. Sialan, dia bisa mati jika harus melayani mereka semua terus-menerus. Shit!

"Ahhhhhhh!" Teriak Albert saat mencapai orgasmenya.

Sperma miliknya tumpah cukup banyak. Tapi penisnya masih berdiri tegak, dia masih belum puas. Anak buah Rafaella lainnya mulai masuk lagi.

"H-hentikan! Hiks anghh" ucap Albert.

Anak buah Rafaella menampar wajah Albert. "Salahmu sendiri menyakiti kekasih bos! Inilah akibatnya jika kau bermain-main dengan bos kami sialan! Gara-gara kau nona Laura koma sialan" ucapnya.

Albert membulatkan matanya terkejut. Koma? Dia tidak menyakiti Laura dengan parah, kenapa sampai koma? Berarti dia tidak tahu kapan ini akan berakhir, dia harus menunggu Laura sadar dan berhenti melayani para pria ini?!

Saat sedang melamun, seorang anak buah Rafaella memasukkan penisnya kedalam mulut Albert. Dia merasa mulutnya sangat sakit karena penis orang itu sungguh besar! Pria itu terus memaju mundurkan pinggulnya.

Ini menyakitkan!

Lalu kedua orang itu sudah keluar. Dan disambung oleh anak buah Rafaella lainnya, Albert sudah tidak kuat. Ini sangat menyakitkan dan enak secara bersamaan. Albert menangis sekarang.

"Lihat ini! Dia menangis" ucap anak buah Rafaella.

Mereka semua tertawa melihat tangisan Albert. Mereka terus menyetubuhi Albert tanpa henti, ini bonus dari bos mereka!

'Tolong jangan terlalu lama menutup matamu, cepatlah bangun gadis sialan! Agar mereka berhenti melakukan ini padaku!!!' batin Albert.

.

.

.

TBC

Wanted By The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang