Bab 18

6.1K 528 6
                                    

Mereka semua tercengang melihat itu. Terlebih Laura, dia mematung di tempatnya. Apa yang dia lihat sekarang? Kekasihnya dicium oleh wanita lain! Sialan!!!!

Laura langsung berjalan kearah Rafaella lalu melepaskan jalang itu dari Rafaella dengan keras hingga tubuh Judith terjatuh kebawah. Laura menatap Judith marah, berani sekali dia!!!!

"Jalang! Apa-apaan kau?!" Teriak Laura marah.

Judith terkekeh lalu berdiri.
"Kau kekasih baru Rafaella huh? Biasa saja dan tidak terlalu cantik. Jauh berbeda denganku" ucap judith.

Laura tersinggung dengan ucapannya. Maksudnya Laura tidak cantik begitu?!  Sialan, wanita ini tidak tahu jika dia marah dia akan menjadi seorang singa buas.

Laura mendekat kearah Judith lalu menampar wajah Judith dengan keras hingga meninggalkan bekas tangan disana. Laura menjambak rambut Judith dengan erat lalu menatap wajah jalang itu dengan datar.

"Dengar ini dengan baik-baik jalang, jika kau cantik kenapa Rafaella meninggalkanmu dan bersamaku sekarang? Tentu saja aku lebih cantik darimu! Berkacalah! Jika kau tidak punya kaca, aku akan membelikanmu sebuah kaca yang sangat besar agar kau bisa melihat dirimu sendiri sialan" ucap Laura dingin.

Laura mendorong tubuh Judith lagi. Wanita itu terkekeh mendengar ucapan Laura, dia langsung mencengkram leher Laura dengan erat. Tapi itu tidak lama, anak buah Rafaella langsung menodongkan banyak pistol kearahnya.

Rafaella juga menodongkan pistol kesayangannya kearah Judith. Berani sekali dia ingin menyakiti Laura!!

"Lepaskan tangan sialanmu itu dari leher kekasihku bitch" ucap Rafaella datar.

Judith terkekeh lalu melepaskan tangannya dan menaikkan tangannya keatas kepalanya. Dia berjalan mendekat lagi kearah Rafaella lalu membisikkan sesuatu padanya.

Rafaella terdiam ketika mendengar itu. Judith pergi seolah tidak terjadi apa-apa tadi, orang-orang membicarakan kejadian tadi. Wanita itu mencari mautnya sendiri.

Laura menatap tajam Rafaella.
"Siapa dia?" Ucap Laura dingin.

Rafaella ingin memeluk Laura, tapi Laura menolak itu. Dia menjaga jarak dengan Rafaella dan terus menatap Rafaella dengan datar.

Rafaella menghela nafasnya.
"Dia adalah Judith, mantan kekasihku" ucap Rafaella.

Anak buah Rafaella langsung mendorong paksa orang-orang agar lebih menjauh dari sana. Anak buah Rafaella tidak mau privasi bos mereka terdengar oleh orang-orang.

"Kau masih berpacaran dengannya ya?" Ucap Laura.

Rafaella melotot mendengar itu, dia memegang tangan Laura dengan erat.
"Tidak! Kan sudah aku bilang, dia adalah mantan kekasihku! Mantan! Aku tidak punya hubungan lagi dengannya! Aku bersumpah! Aku meninggalkannya bahkan jauh sebelum aku membawamu ke Italia Bebe, percayalah padaku" ucap Rafaella.

Laura masih diam. Dia masih kesal.
"Apa yang diucapkan oleh jalang itu padamu?" Ucap Laura.

Rafaella diam. Rafaella mendekat kearah Laura lalu memeluknya, dia tidak peduli jika Laura menolak. Dia terus memeluk Laura dengan erat dan mengeratkan pelukannya.

"Dia akan membunuhmu, itu yang dia katakan tadi. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi Bebe, aku akan melindungimu" ucap Rafaella.

Membunuhnya? Hah!

Laura melepaskan pelukan Rafaella dengan paksa. Dia juga menghempaskan tangan Rafaella dengan keras.

"Aku ingin pulang. Sekarang!!" Teriak Laura lalu pergi begitu sana.

Dia berjalan dengan cepat kearah mobil mereka dan masuk kesana. Rafaella menghela nafasnya kasar, dia membanting gelas yang ada di sekitarnya dengan keras.

"Sialan!!!!" Umpat Rafaella keras.

Rafaella langsung berlari menyusul Laura. Saat dia masuk Laura malah duduk di depan bersama sopir, bukan di belakang bersamanya. Marcus yang duduk bersama Rafaella di belakang, Laura bahkan tidak berbicara saat Rafaella mengajaknya berbicara.

Marcus menatap Rafaella dengan artian untuk tidak berbicara dengan Laura. Dia tahu, sekarang Laura marah. Mereka harus membiarkan Laura untuk menenangkan dirinya dahulu. Rafaella langsung diam dan terus Laura yang sedang menahan tangisnya.

Bukannya Laura takut dengan ancaman Judith. Dia hanya marah tentang jalang itu yang mencium Rafaella! Gambaran itu terus muncul di kepalanya! Dan itu membuat amarahnya naik lagi ke ubun-ubun! Sialan!!!!

Saat akan tiba di mansion, Laura melepaskan sepatu high heels nya dan menentengnya. Saat sudah tiba, Laura langsung membuka pintu mobil dan berlari kedalam. Rafaella langsung turun dengan tergesa dan mengejar Laura.

"Laura! Hei! Bebe!!!" Teriak Rafaella.

Laura tidak mendengarkan panggilan Rafaella. Dia naik keatas dengan sangat cepat dan masuk kedalam kamar mereka lalu mengunci pintu itu. Rafaella mengetuk pintu itu beberapa kali, tapi Laura tidak menjawab.

"Bebe! Buka pintunya! Ayo kita bicara! Bebe!!!" Teriak Rafaella sembari mengetuk pintu itu dengan keras.

Rafaella menghela nafasnya saat menunggu dan tidak ada jawaban. Rafaella menyuruh Marcus untuk mengambil kunci cadangan di gudang, tapi saat kuncinya sudah terbuka ternyata masih tidak bisa dibuka!

Laura juga mengunci pintu ini dari dalam dengan manual. Sialan! Jika begini, hanya Laura sendiri yang bisa membuka pintu itu! Rafaella membanting kunci-kunci itu kelantai hingga berhamburan.

"Ada apa ini?" Ucap Claudia.

"Kebetulan, kau bujuk Laura agar membuka pintu ini!" Ucap Rafaella.

Claudia bingung. Tapi dia melakukan itu dan mengetuk-ngetuk pintu itu beberapa kali dan memanggil nama Laura.

"Laura? Ini aku, buka pintunya" ucap Claudia.

Tetap tidak ada sahutan.

"Sebenarnya, apa yang terjadi?" Ucap. Claudia sembari menatap Rafaella dan Marcus.

Marcus yang bicara.
"Terjadi insiden di pesta, mungkin Laura marah" ucap Marcus.

Claudia menghela nafasnya. Pasti ada sesuatu yang membuat Laura marah seperti itu, dia juga melihat Rafaella yang diam saja disana. Dia berjalan kearah Rafaella lalu menepuk pundak Rafaella pelan.

"Tunggulah sebentar lagi, Laura pasti akan keluar. Laura adalah orang yang tidak bisa marah dengan lama Rafaella, aku yakin itu" ucap Claudia.

Rafaella menghela nafasnya.
"Ya, terimakasih" ucap Rafaella.

Mereka semua pergi kebawah dan menunggu Laura keluar. Mungkin mereka tidak akan tidur semalaman sekarang.

Didalam sana, Laura masih duduk didepan meja rias. Ingatan saat Judith mencium Rafaella masih terngiang-ngiang di kepalanya! Sialan!

"Kenapa itu terus muncul di kepalaku?! Shit!!!!" Ucap Laura kesal.

Dia menatap kearah pintu. Hening. Mungkin mereka pergi karena dia tidak menjawab panggilan mereka. Tapi dia bodo amat, dia masih kesal!

Laura masuk kedalam kamar mandi dan mulai membersihkan dirinya. Dia harus mendinginkan kepalanya dahulu dan berbicara dengan Rafaella. Dia tidak suka jika harus terus marahan seperti ini.

"Aku mencintaimu Rafaella, maaf karena sikapku yang kekanak-kanakan. Tapi aku sungguh kesal dengan jalang itu! Aughhh aku kesal sekali!!!" Teriak Laura menggelegar didalam kamar mandi.

Pasti sebentar lagi dia akan lapar. Energinya terkuras habis karena amarah itu. Dia akan merasa lapar jika marah-marah, dan makanan paling ampuh adalah makanan yang sangat pedas. Makanan pedas, kesukaannya.

.

.

.

TBC

Wanted By The MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang