Jangan lupa tinggalkan jejakmu, bintangmu, dan kesanmu.
Ale dan Hira memasuki gerbang sekolah dan anehnya di jam enam lima belas suasananya sudah sangat ramai. Sudah banyak yang berbaris menunggu kehadiran kedua bintang sekolah itu termasuk Leoni dan Refka. Namun, perhatian kedua remaja itu hanya pada Pak Kepala Sekolah dan sang reporter majalah. Ale menyudutkan bola matanya pada Hira sembari tersenyum kikuk.
“Tuh, Ra, udah nungguin lo. Minta tanda tangan sang diva.” Ale mengguncang bahu Hira oleh bahunya yang bidang. Hira memelototi Ale.
“Issh, paling mau nanya gimana rasanya? Cara ngatasin gugup ala Hira dan Ale gimana? Udah hatam sama pertanyaan itu, Al,” balas Hira mengerutkan hidungnya. Gadis itu tertawa amat bungah saat beberapa anak-anak padus menyambutnya.
Ale memerhatikan langkah dan punggung Hira di antara para gadis-gadis yang bisa dibilang cantik. Tetapi, aura Hira nyaris menyerap aura anak-anak lainnya. Dia selalu tampak menonjol dan istimewa terutama di sisi Ale. Pundak Ale dipukul, menoleh pemuda itu dan Marino juga Radian sudah tersenyum lebar.
“Parasmanan, nggak, nih??” tanya Radian pada Ale. Sembari menunggu jawaban alis pemuda itu naik turun berkala.
“Keponakan gua mau khitan. Di rumah banyak makanan, lo bisa bawa buat makan satu minggu,” sambung Radian. Kedua pemuda itu mengapit tubuh Ale.
Marino, Ale dan Radian melangkah bersama-sama hingga ke kelas. Dan hebatnya, seisi kelas sudah menanti Ale untuk mendapat tanda tangan dan foto sebelum majalah sekolah terbaru luncur akhir pekan bulan ini. Ale duduk pada bangkunya, Sasya mendekatinya, menaruh sepucuk surat dan kotak yang Ale sudah pastikan itu cokelat. Bibir Ale tersungging.
“Makasih tapi gua nggak makan cokelat.” Ale tersimpul, bola matanya menatap sederhana.
“Bukan cokelat. Kata Hira bilang kamu suka pegel-pegel pasca bertanding. Ada beberapa minyak aroma terapi, krim otot dan vitamin,” ujar Sasya dengan senyum lembut. Gadis itu lantas beranjak pada bangkunya yang terletak dekat pintu kelas bersebelahan jendela.
Ale menarik secarik kertas tersebut. Kedua sudut bibirnya terangkat, bola mata Ale berbunga-bunga. Dadanya begitu hangat tatkala batinnya mulai membacai surat tersebut.
(Halo, Ale.
Jangan lupa minum vitamin, ya. Hira bilang kalau kamu nggak sekolah, suasana jadi sepi. Betul, kalau kamu nggak sekolah Bu Endang pasti ngomel. Kita sayang Ale.
Dari Sasya dan seluruh anak-anak kelas IPA.)Ale menolehkan kepalanya pada Hira yang anteng bercengkerama bersama kawanannya, bahkan tertawa riang. Marino, Aaron dan anak lainnya pun ikut bercanda. Menerbar kebahagiaan hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita, Aku dan Kamu[✔] [SUDAH TERBIT]
Novela JuvenilOPEN PRE ORDER NOW! 8-15 November 2021 [Ikut serta dalam event LovRinz Writing Challenge 2021] Di sini hanyalah secuil kisah seorang batter (pemukul bisbol) terbaik sekolah, bersama sang soprano paduan suara. Singkatnya begini, walaupun pertikaian...