Cie Daddy

1K 187 22
                                    

Jangan lupa tekan tanda Bintang dan komentarnya...

Masih tidak terima komentar
"NEXT, LANJUT, ATAU SEJENISNYA."

Penulis harap klian bisa diajak bekerja sama untuk keberlangsungan cerita ini.

Happy reading...

🌹🌹🌹🌹🌹

Setelah hari dimana sahabat-sahabat Yuki bertemu dengan bos dan juga anaknya membuat Yuki tidak bisa mengelak dan bermain kucing-kucingan lagi bersama sahabat gesreknya, malahan sahabatnya mendukung kedekatan nya bersama atasannya.

Keberuntungan tidak berpihak kepada Yuki hari ini.
Tadi malam ia sudah menghebohkan orang rumah karena terserang demam tinggi. Paginya ia pergi ke dokter dan terpaksa izin kerja . ia sudah menelpon pak Irwan dan  surat izin dari dokter akan menyusul.

Yuki turun dari mobil dengan wajah pucat dan badan lemas. Baju panjang tebal dan kebesaran tenggelam di tubuhnya.

“Makan dulu, ini obat nya diminum abis itu istirahat lagi,” mamah datang membawa semangkuk bubur dan juga obat-obatan hasil pemeriksaan Yuki tadi di rumah sakit.

“Yang anter surat izin-ku siapa, mah?”

“Ayah, sekalian berangkat kerja.”

“Tapi kan kantorku dan kantor ayah enggak searah?”

“Katanya biar sekalian jalan, lagian tadi ayah izin telat sampai jam sembilan, ini masih jam delapan, masih ada satu jam lagi.”

Yuki berangkat ke rumah sakit pagi sekali, kisaran jam enam. Ia mengejar surat izin dari dokter agar secepatnya dikirim ke kantor. Lagian ini juga masih hari Rabu, ayah dan mamah masih harus bekerja. 
Ayah yang pekerja keras anti izin jika bukan karena sesuatu hal yang mendesak dan penting.

Yuki meringkuk di kasurnya lima belas menit setelah sarapan dan minum obat.
Badannya panas, dengan mual yang tak karuan, tadi aja ia hanya sanggup menelan dua sendok makan bubur.

Dokter menyarankan untuk istirahat di rumah dan tidak boleh beraktivitas sebelum keadaannya benar-benar membaik.

Tipes benar-benar menyiksa Yuki saat ini.

Tidur Yuki terganggu dengan suara yang berasal dari ponsel nya yang ternyata ia lupa mengaktifkan mode silent .

“Mami,..
Nampaklah wajah anak masa depannya dengan air mata yang menggenang dan membasahi pipi bulatnya.

“Salamnya mana, sayang?”

“Assalamualaikum, mami.”

“Wa alaikum salam, nah itu baru anak mami.”

“Mami kenapa enggak masuk?”

“Mami lagi sakit, jadi disuruh pak dokter untuk istirahat dulu di rumah, emang nya Al ke kantor?”

“Iya, ikut daddy, tadi Al cari di ruangan mami enggak ada.”

Yuki tersenyum melihat waja imut yang tampil penuh di layar ponselnya. Lumayan, bisa meningkatkan imun tubuhnya.

“Cepet sembuh mami, Al miss you.”

Yuki terkekeh kali ini, ada-ada aja kelakuan mahluk kecil satu itu, sekarang Al kecil sedang menampilkan jarinya membentuk lambang hati.

Sarangheyo mami…

“Kamu diajari siapa kayak gitu?” Yuki masih terkekeh.

“Diajarin tante Ila.”

Yuki gelagapan sendiri melihat layar ponsel nya berubah gambar menjadi sosok pria dewasa.

“Sakit apa kamu?”

Suara bariton itu membuat Yuki menciut.

“Tipes.”

“Dari kapan?”

“Tadi malam.”

Yuki menggeleng menjawab, sembari melirik jam dinding yang ada di kamarnya ternyata sudah menunjukkan angka dua belas.

“Mau makan apa?’

“Hah! Maksudnya pak?”

Ck… kamu lagi pengen makan apa?”

“Enggak usah pak.”

“Saya bukan bapak kamu Yuki!”

Ehhh maksudnya enggak usah, mas.”

Kini keduanya sama-sama terdiam untuk beberapa saat.

“Semoga lekas sembuh.”

“I,.. iya mas, makasih.”

Cie cie,.. daddy sama mami.”

Sambungan langsung terputus seketika.

Untuk beberapa detik Yuki diam membisu, lalu terkekeh mendengar teriakan berupa godaan tadi yang berasal dari anak dibawah lima tahun. Mungkin bos nya malu karena digoda oleh putranya sendiri makannya sambungan video call langsung dimatikan.

Kini Yuki menggeleng, dapat ajaran dari mana Al kecil sudah bisa menggoda orang dewasa seperti itu.

Selepas sholat Yuki kembali berbaring, ia terlalu malas untuk makan siang dan menahan mua.

“Yuki!! Kamu pesan nasi box?” mamah masuk dengan berdecak pinggang.
“Orang mamah juga masak, kenapa harus pesan coba,” protes mamah.

“Enggak kok.”

“Itu ada kiriman dari ojol katanya buat kamu, mana banyak banget pesanan nya, emang kamu habis segitu?”

“Enggak mamah…. Yuki enggak pesan apa-apa kok.” Ia beranjak dari ranjang nya penuh dengan rasa penasaran.

Yuki dibuat menganga melihat meja makan penuh dengan makanan kiriman. Lunch box, brownies ukuran loyang besar, beberapa gelas jus kemasan dan masih banyak box lainnya.

Tinggg,… (suara ponsel digenggamannya berbunyi)

From: Mas Bos
Katanya makanan yang mengandung protein dan karbohidrat bagus untuk penderita tipes.
Saya hanya bisa pesan segitu.
Get well soon, Alva nanyain kamu terus.

Yuki kembali melongo membaca beberapa deret kata yang didapatnya.

Apa tadi katanya, hanya bisa pesan segitu? Iya sangking segitu, meja makannya hampir enggak muat.

“Jelasin sama mamah, kalau bukan kamu yang beli, lalu dari siapa ini?”

“Temen,” jawab Yuki singkat.

“Temen apa temen,..” goda mamah sembari menaik turunkan kedua alisnya.

“Yaa temen, emang mau siapa lagi?”

“Masa sih?” sifat usil mamah kembali kambuh membuat Yuki mendengus sebal.

“A’uk ahhh…” Yuki melongos pergi masuk ke kamarnya.

“Hehh makan dulu! Ini ada pemberian dari EHEMM masa enggak dimakan? Hargai pemberian orang.”

“Aku masih kenyang.”

Ckk.. gimana mau cepet sembuh kalo makannya males begini.”

Suara mamah menggema di penjuru rumah membuat Davin yang sedari tadi berada di dalam kamarnya keluar.

“Kenapa sih mah teriak-teriak? WOW!”
Protes Davin berubah menjadi teriakan kagum, matanya berbinar melihat banyak makanan di meja.























Ps: tolong gua senyum-senyum sendiri nulis pas bagian Alva yang genit. Bayangin bocah seusianya yang genit gangguin maminya.


!!!Typo as Always!!!

Dibuat.
Jul.12,21.

Update.
Sept.14,21.
21.30.

Berhenti di KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang