BAB20

346 23 0
                                    

"Jisung?" kaget chenle.

"Ouhh ini wonyoung?" soal nya.

"Iya saya wonyoung, anda siapa?"

"Saya chenle." ucap chenle dengan senyum manis nya. Dia menghulur kan tangan nya dan di sambut baik oleh wonyoung.

Wonyoung memandang jisung.

"Istri ku." ujar jisung.

"Ouh ini isteri nya jisung? Manis banget."

"Anda juga cantik banget."

"Chenle, kamu datang sama siapa?" soal jisung.

"Aku sendiri." chenle senyum canggung.

'Jisung sama dia belanja? Bareng?' batin chenle.

"Ermm, aku duluan ya. Mau pulang." dia memberi senyuman manis buat mereka berdua. Gamau lama-lama di situ. Dia kayak orang menyedihkan aja.

"Oh ya ji, kamu pulang gak? Aku mau masak."

"Aku pulang."

"Oke, aku duluan ya."

Wonyoung memandang chenle antara kesal atau kasihan.

_-_-_-_

"Chenle."

"Jisung." chenle tersenyum. Dia pikir jisung ga bakal pulang.

"Kamu mau makan atau mandi dulu?"

"Makan aja."

"Oke bentar ya."

"Iya." jisung melihat chenle. Dia kayak biasa aja? Apa dia gak marah?

"Makan yang banyak ya ji.. Aku masak makanan kegemaran kamu." ujar chenle senyum. Iya, hari ini dia masak malatang. Makanan kegemaran nya jisung!

Jisung mengangguk.

"Chenle, maaf ya soal makan malam itu, ak-"

"Ga pa pa kok ji, aku ngerti kok. Ga usah khawatir ya. Lagian ini juga makan malam kan?"

Jisung tersenyum. Lega banget dia nya. Dia pikir chenle bakal nangis-nangis dan marah pada nya.

"Ji, ntar kamu tinggal aja ya piring kotor. Aku mau nyiapin air panas buat kamu."

"Oke le."

.
.
.

Tok.. Tok..

Kriek~

"Kamu udah tidur ya le?"

"Iya, ada apa ji? Kamu lapar?"

"Ga kok. Bisa ga aku tidur sama kamu?"

"Iya, masuk aja." Chenle senyum.

Mereka lagi baring di kasur dengan kedua nya menatap langit kamar chenle.

"Kamu gamau peluk aku?" soal jisung.

Chenle memandang jisung.

"Bisa?"

Jisung mengangguk.

Chenle tersenyum dan menghambur ke dalam pelukan jisung. Gatau kenapa dia rasa nyesak banget. Tanpa sadar dia meneteskan bulir mata nya.

_-_-_-_-_

"Chenle."

"Hmm?"

"Hari ini aku lembur ya. Kamu makan malam sendiri bisa?"

"Bisa kok. Kamu kira aku anak kecil ya?" tawa chenle.

"Kamu itu ga bisa di jangka, le."

"Ga kok."

"Eh aku sudah lewat ke kantor. Aku duluan ya le."

"Ji habisin dulu sarapan nya."

"Ga bisa le, aku buru-buru."

_-_-_-_-_

'Apa aku ke kantor nya aja ya? Surprise ga salah kan?' chenle senyum sendiri.

"Le~~~Oh le~~~~"

"Iya ada apa lam?"

"Bantuin gw dong le."

"Bantuin apa?"

"Barusan bos nyuruh gw hantar ini ke bos. Lo bi- Loh le kok wajah lo pucat? Lo sakit ya?" soal lami sambil menyentuh kening chenle namun di tepis oleh nya.

"Ga kok. Gw sihat aja."

"Benaran?"

"Benaran lam."

"Tapi wajah lo-"

"Benaran gw ga sakit kok. Mana berkas nya? Ini?"

Lami mengangguk.

_-_-_-_

Chenle lagi perjalanan ke kantor nya jisung. Dia udah pernah datang bareng jisung jadi ga sulit. Dia masih ingat kok perjalanan ke kantor jisung. Ga jauh banget.

Chenle senang banget. Dia bawa banyak makanan kegemaran jisung kayak mau piknik aja.

"Kok jalan sesak banget ya?"

Dia melihat jam di pergelangan tangan nya. Lagi setengah jam tujuh. Jisung kan sering nya makan malam jam tujuh. Ntar sakit perut lagi kalau telat makan.

"Sempat gak ya?"

Setelah sampai dia memarkir kan mobil nya di ruang depan. Ga markir di ruang VVIP toh sekarang pekerja-pekerja kantor kebanyakan udah pulang.

"Eh nyonya chenle kan?" soal salah seorang pekerja di situ dengan senyum. Kayak nya dia pekerja yang terakhir pulang deh. Mungkin sekretaris nya jisung.

"Iya saya." jawab chenle dengan senyum manis nya.

"Jisung nya ada?"

"Tuan jisung? Kayak nya udah pulang deh. Saya ga liat dia di ruangan nya barusan."

"Loh dia bilang lembur hari ini?"

"Lembur? Kok dia ga kasi tau saya ya? Lagian minggu ini lagi gak banyak pekerjaan di kantor karena kita baru aja selesai proyek besar. Dan tuan jisung sering buru-buru pulang belakangan ini." ujar dongpyo panjang lebar.

"Ouhh gitu ya."

"Iya, tapi gatau kalau tuan jisung masih ada di ruangan nya sekarang. Nyonya mau saya hantar?"

"Eh ga usah, saya bisa sendiri aja. Makasih ya." ujar chenle senyum.

"Iya nyonya, sama-sama."

"Saya duluan ya."

"Iya."

'Untung banget tuan jisung. Istri nya manis rajin lagi. Hmm..' gerutu nya.

Chenle masih memikirkan kata-kata dongpyo barusan. Jisung buru-buru pulang? Pulang ke mana? Dia ga ada di rumah. Baru selesai proyek besar? Kok lembur?

"Mendingan gw tanya jisung aja kan." ujar chenle. Kalau bisa dia mau berpikiran positif aja soal suami nya.

Tetapi pikiran positif nya tiba-tiba hilang begitu sahaja di bawa angin tanpa dia perlu tanya.

Mata chenle melotot.

~~~~~~~~~~~~~~~

THE FIRST ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang