"Ji, aku ke toilet bentar ya?" ujar wonyoung sebaik saja mereka menduduk kan diri di salah satu meja di restoran mahal.
Jisung mengangguk.
"Bentar aja kok." dia mengelus pipi jisung.
Jisung memberi senyuman malas dan melihat-lihat menu yang ada di tangan nya.
Salah seorang pelayan mendekati nya untuk mengambil pesanan.
"Tuan mau pesan apa?"
"Bentar ya. "
"Eh, tuan jisung kan?" tebak pelayan itu.
Jisung yang masih keliru itu tapi tau nama nya di sebut mengangguk.
"Istri tuan cantik banget loh malam itu. " ujar nya teruja.
Jisung baru ingat kalau ini restoran yang dia tempah khas buat chenle untuk malam itu.
Jisung tersenyum.
"Iya, makasih ya untuk makanan nya. Istri saya bilang enak banget."
"Loh nyonya chenle bilang begitu? Bah kan dia ga nyentuh sedikit pun makanan itu tuan."
Jisung mengerutkan kening nya.
"Tapi dia bilang ke saya dia udah makan dan makanan nya enak banget."
"Gak tuan, istri tuan ga nyentuh makanan itu dan menyuruh kita yang makan. Nyonya bilang dia udah kenyang. Nyonya nunggu tuan lumayan lama loh kira-kira empat jam."
Jisung diam.
"Sayang, udah pesan ya?" soal wonyoung dan mengambil tempat berhadapan jisung.
Langsung pelayan di situ memandang aneh melihat wonyoung bukan nya chenle.
Setelah selesai pesan, pelayan itu berlalu. Sebelum nya dia sempat mengingat kan jisung.
"Sayang banget tuan gak datang waktu itu. Nyonya manis sekali."
"Dia bilang apa ji?" soal wonyoung yang tidak mengerti apa pun di situ.
'Kok dia bohong? Kenapa dia bilang udah makan? Kan janji nya jam tujuh, dia datang jam berapa sih?' gerutu jisung.
"Ji, kamu kenapa sih?" wonyoung memegang tangan jisung di atas meja.
"Hah? Gak ada apa-apa."
_-_-_-_
"Sayang~~~~" ujar haechan teruja melihat bayi nya udah sampai.
Chenle tersenyum dan memeluk mama nya.
"Yuk masuk."
Mereka mengambil tempat di sofa.
"Sayang kaki kamu kenapa?" soal haechan yang sadar chenle agak kesusahan berjalan barusan.
"Ga ada apa ma. A-aku aku..jatuh di kamar mandi!"
"Ini memar sayang!"
"Lele udah sapu obat ma." chenle nyengir.
Haechan menghela nafas.
"Lele kenapa sih sayang? Sering banget sakit. Kerana itu mama gak mau jauh-jauh dengan bayi mama."
"Rumah kita gak jauh banget kok ma. Lagian ini bentar juga baik kok. Hehe."
"Nih jisung mana?"
"Jisung kerja ma."
"Lele datang sendiri?"
"Iya ma, Lele kan bisa nyetir. Udah deh ma. Lele lapar, mama masak apa ma?"
"Mama ga masak sayang."
"Mama~~~~kok ga masak~~" cemberut chenle.
"Canda sayang."
"Ihhhhh apaan sih ma, yuk makan~"
"Hati-hati sayang, nih kamu netap berapa hari?"
"Dua hari ma, aku ga bisa libur lama- lama. Kerja."
_-_-_-_
"Sayang, kamu mikir apa?" wonyoung yang baru keluar dari kamar mandi mendekati jisung. Dia kemudian berbaring di sebelah jisung.
"Sayang?" Di elus nya pipi jisung.
"Ga ada apa-apa kok."
"Udah, tidur ya." ujar wonyoung dan sempat mencuri satu kecupan di bibir tebal itu. Di peluk nya jisung yang tidak berbaju itu erat dari samping.
'Apa gw kasar banget ya pada dia?'
_-_-_-_
Chenle lagi masak makan malam. Dia udah sampai di rumah nya sore tadi. Dia masak nya ringkas aja kerana jisung ga pulang.
"Jisung?" Ntah kapan jisung berada di situ.
"Kamu warna rambut?" soal jisung melihat rambut chenle yang berwarna blonde. Keliatan lebih..cantik?
"Iya, kamu gak suka ya ji?"
"Ga-gak."
Jisung meneguk ludah nya.
'Kok lebih seksi? Kulit nya bertambah putih dengan rambut seperti itu.' batin jisung.
"Kamu mau makan? Ntar ya aku masak lagi. Aku kira kamu gak pulang." sambung chenle lagi yang melihat jisung ga bersuara.
"Ga usah chenle, aku udah makan."
"Oh oke. Kamu..mau apa ji?"
"Aku mau bicara sama kamu. Aku tunggu di meja makan." ujar jisung dan berlalu ke meja makan.
-
-
-
"Bisa gak aku makan sambil ngobrol?"
Jisung mengangguk.
"Ji, kamu mau ngomong apa?" soal chenle kerana sedari tadi jisung diam terus natap nya dengan pandangan yang sulit di artikan.
"Ermm, aku-"
Tut.. Tut.. Tut.. Tut..
Jisung menolak panggilan itu.
"Kenapa gak di angkat ji?"
"Males, dari kantor."
Tut.. Tut.. Tut.. Tut..
"Mungkin penting ji."
"Aku gak mau di ganggu."
Mereka berdua diam. Sibuk melayani perasaan masing-masing.
Tut.. Tut.. Tut.. Tut..
"Bentar ya chenle."
Chenle mengangguk. Dia melihat jisung yang berbicara dengan entah siapa lewat ponsel dan seperti nya serius banget. Setelah selesai, jisung kembali duduk berhadapan chenle di meja makan.
"Ermm chenle.." dia tidak menghabiskan ayat nya.
"Pergi aja ji." chenle senyum memandang jisung.
"Dia kan yang telfon kamu? Ga papa pergi aja. Kapan-kapan kita bisa ngobrol lagi kan? "
Jisung tidak menjawab.
Chenle menatap makanan nya. Ga tega dia nya melihat jisung. Takut air mata nya jatuh lagi.
Chenle senyum miris. Jisung pergi. Jisung ninggalin dia lagi. Air mata nya udah kering banget untuk dia tangisi. Dia udah capek menangis terus. Dia berharap banget agar jisung tetap di sini tapi siapa aja dia buat jisung? Berharap itu sakit banget kan? Hidup ini ga adil buat dia.
_-_-_-_
"Aduh, tinggi banget." omel chenle sambil berusaha mencapai gula yang terletak di rak tinggi itu. Dia lagi di market mau beli barang dikit.
Tiba-tiba dia merasakan seseorang berdiri rapat di belakang nya dan mengambil barang yang dia mau itu.
Pantas chenle menoleh ke belakang dan mendapati kedudukan mereka amat rapat saat itu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
THE FIRST ✔️
Fiksi Penggemar"Kenapa susah banget punya perasaan ke kamu?" - zcl "Aku ga minta untuk itu. Itu keputusan mu" - pjs "Terima kasih karena pernah hadir dalam hidup ku." - zcl "Dan kini bersama mu bukan lagi impian ku." - pjs Hanya kisah yang ringan! Kisah yang ga a...
