Sequel

497 26 0
                                    

Setahun lebih kemudian,

Banyak banget yang ku lalui dan sekarang sudah saat nya bahagia itu hadir. Terima kasih ya tuhan engkau berikan hujan dan ribut buatku agar aku kuat untuk melihat pelangi setelah nya. Engkau telah hadiah kan anugerah yang terindah buatku dan kini akan ku pegang nya erat. Tidak, mereka. Aku bahagia. Tersangat bahagia.

"Mommy ngapain sih, sini dong. Temanin Park Jensen main." ujar jisung sambil bermain bola bersama anak laki-laki nya. Iya, mereka kini dihadiahkan seorang anak laki-laki yang imut. Usia nya udah hampir setahun.

Chenle tersenyum dan langsung meletakkan pena nya.

"Bentar, mommy coming~" ujar chenle.

"Sini mommy!" teriak si kecil jensen.

.
.
.

Inilah pengakhiran hidup ku, pengakhiran yang amat aku mimpi- mimpikan selama ini. Aku kuat untuk ini. Jisung sekarang sudah menjadi suami yang amat posesif hingga kadang aku sebal dengan tingkahnya. Tambahan saat aku hamili jensen, pergi ke bilik air aja ditemanin. Tapi aku suka itu. Si sungchan balik lagi ke China. Kesal sih. Tapi dia udah berkencan loh sekarang. Dunia ini kecil ya? Mana si sungchan itu berpacaran sama anak kepada teman mama sama bunda lagi, kalau gak salah aku sih tante renjun. Manis banget anak nya, imut juga. Shota-shita iya-iya shotaro. Maaf dong. Soal sungchan aku tau kok kalau dia pernah suka kan aku. Aku gak begitu bodoh hingga gak tau cara nya ke aku itu lebih dari sekadar teman. Tapi, selagi dia gak bilang ke aku, aku bakal diam aja. Aku gamau pertemanan kita rusak kerna itu. Lagian sekarang, dia udah punya cinta sejati nya. Iya! Si felix sama daehwi juga ada datang ke rumah sakit waktu itu. Kepo banget dua nya! Gak bakal berhenti kalau ngomong. Mau gimana sih, itu aja teman yang aku punya. Mereka juga bakal nikah gak lama lagi. Buru deh! Biar jensen cepat punya teman. Aku juga sudah jadi penulis terkenal loh. Sekarang aku sudah berjaya mempublishkan lima buah buku ku. Wonyoung? Dia lagi dirawat di rumah sakit jiwa. Dia mengalami kemurungan. Kadang aku kasian sih, tapi gimana ya? Itu sudah takdir nya.

.
.
.

" Jisung, kenapa kamu bawa aku ke sini?" soal chenle melihat luasnya lautan di hadapan nya.

"Mama bilang kamu suka liat sunrise. Jadi aku pengen liat bersama mu. Eh si kecil ini juga rengek mau ikut." omel jisung yang sedang menggendong park jensen. Si kecil yang mau ikut tadi kini terlelap di dada papa nya.

Chenle tertawa kecil. Dia mencubit pipi anak nya gemes.

Iya, emang chenle suka liat sunrise tapi itu kerana Park jisung. Dulu nya dia pengen hari buru-buru ganti jadi pagi agar dia bisa ketemu lagi sama jisung.

"Tapi sekarang aku udah gak lagi suka sunrise."

Jisung melongo.

"Ouh iya? Maaf sayang, aku-"

Cup!

Chenle mengecup jisung sekilas. Gak papa mampung anak nya tiduran.

"Iya jisung, aku juga suka liat sunset bersama kamu, bulan bersama kamu, bintang bersama kamu apa aja yang penting ada kamu." Chenle nyengir.

Jisung tersenyum.

Dia mendekatkan jarak mereka, merapatkan belahan bibir keduanya dan..

Puk! Kepala nya di ketuk.

" Aduh."

" Yaa park jisung, ke sini anak mu. Kamu ingin anak mu melihat nya eoh? " pantas nana mengambil cucu nya dari jisung.

"Kan dia lagi tidur bunda.."

"Kalau dia terjaga gimana?"

Jisung menggaruk kepalanya yang tidak gatal manakala chenle udah ketawa duluan.

"Udah bunda ke sana, kalian lanjut aja." Nana kemudian menyungging senyum kepada mereka berdua.

Suasana sepi.

Mereka saling memandang.

Dengan perlahan jisung menggenggam kedua tangan istri nya.

"Apa tangan mu tidak membesar sayang? Ini mungil banget."

"Yaa!! Apaan sih." pantas chenle menarik tangan nya dari genggaman jisung.

Jisung kemudian memeluk chenle erat dari belakang. Menyamankan posisi tangan nya pada perut chenle. Kedua nya diam melihat matahari yang lagi terbit. Indah. Indah banget.

"Terima kasih sayang kerana sudah bertahan." gumam jisung tepat di kuping chenle.

"Terima kasih juga untuk jensen dan semua nya. Maaf kerana aku belum bisa membahagia kan mu." Jisung mengecup pipi gembil chenle.

Chenle kemudian memutar badan nya berhadapan jisung.

"Aku bahagia jisung, amat bahagia bersama kamu."

Jisung tersenyum. Dipegangnya dua pundak si istri.

"Aku janji akan melakukan lebih baik lagi buat kamu, jensen dan juga chenra."

"Siapa chenra?"

"Itu, di dalam perut mu." nyengir jisung. Chenle mengusap perut nya yang sedikit keliatan. Yaps, usia kandungan nya kini baru tiga bulan.

"Chenra? Aku suka. Nama yang indah." Chenle nyengir.

Perlahan jisung meraih tengkuk chenle, mendekatkan bibir mereka.

"Kamu adalah cinta pertama dan terakhir ku sayang." ucap nya dengan nafas yang tidak teratur.

"Cinta pertama? Gimana-"

"Mmmphhh.." Jisung tidak menjawab malah membungkam lagi bibir cherry itu.

Biarlah hanya dia, sungchan dan tuhan yang tau soal ini.

THE FIRST ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang