42-Pain.

1.6K 167 113
                                    

-•-•-•-

HAPPY READING

|WARNING! PART PANJANG|

"Sen gue udah siapin personilnya,"

"Bagian mana yang lo ambil?"

"Pasukan tempur"

Arsen terlonjak kaget mendengar kata Andra.

"Have you lost your mind?!" Tanya Arsen sedikit meninggi.

Andra terdiam.

"We only took them out during the big war. So you think it's a big war, Andra?"

"Gue berani jamin mereka gak akan menyentuh dia lebih dari apa yang gue rencanakan sen, i promise."

Arsen kembali duduk di singgasana besarnya. "Kasih tau yang lain, plan will be implemented soon." Katanya dengan wajah yang datar dan dingin.

**

"Mau bicarain apa?"

Suasana diruang makan sedikit canggung karna kedatangan Rama yang tiba-tiba, padahal waktu masih menunjukan pukul enam pagi.

"Kita gak akan basa-basi, jadi intinya gue mau bilang kalo—"

"Lo mau balik lagi ke Los Angeles?" Pertanyaan adara langsung mengenai sasarannya.

"Ra ini —"

"Ini untuk kesehatan lo dan kebaikan gue, gitu?" Tanya Adara lagi lalu menaruh sendok dan garpu dengan kencang di piringnya.

"Ra yang sopan dong, ada dokter ram—"

"Gak usah minta ijin, lagian percuma."

"Maksud lo?"

"Maksud gue?"

"Ra!

Bukannya menjawab adara langsung pergi ke kamarnya.

"Adara!!!" Seru Adelard

"Gue pikir dia bakal paham," lirih Ammar.

"Dia sangat memahami gue mar, cuma mungkin gue yang salah waktu,"

"Enggak! ini udah gak bisa ditunda lagi de, lo harus bicara sama Adara"

"Pentingin kesehatan lo de, apa gunanya lo disini jaga Adara kalo kondisi mental dan fisik lo aja gak mendukung? itu gak ada gunanya man!"

Ucapan Ammar cukup membuat Adelard tertampar. PTSD yang dideritanya bisa muncul kapan saja. Jika di biarkan itu akan semakin memburuk dan membuat hidup Adara tak tenang.

Setelah itu Adelard bergegas menuju ke kamar Adara.

tok tok tok

Tak ada jawaban dari Adara.

tok tok tok

"Adara, dengerin gue dulu." Tetap saja adara tak menyahut dari dalam, Adelard  menghela napas.

ARSENIO (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang