XI. The Girl

9 3 0
                                    

Capek-capek insecure eh dapetnya malah duda ganteng, muda, kaya lagi.
_FromFacebook

《♡》

Pikar berjalan santai menuju parkiran, sebelah tangannya memutar-mutar kunci motor sedangkan mulutnya bersenandung pelan. Setelah sampai di parkiran dan hendak pulang tiba-tiba Ana datang, menepuk bahunya membuat gerakannya terhenti.

"Pikar!" Panggil Ana.

"Apa sih?!" Sahut Pikar jengkel.

"Sebentar, jangan dulu pulang gue mau nanya. Lo kenal Kak Elsa?" Tanya Ana to the point.

Pikar mendadak terdiam, sorot matanya seketika berubah mendengar nama Elsa disebut.

"Jadi gini, tadi kan gue nyari Kak Ilhon dan ternyata kata Kak Yogi sama Kak Paji, Kak Ilhon nggak masuk karena lagi bantuin Kak Elsa beres-beres kos. Nah kata mereka lagi, Kak Elsa itu siswa di sini tapi kemarin dia di kirim ke Amerika, pertukaran pelajar."

"Lo kenal dia nggak?" Tanya Ana kemudian, lagi.

Pikar akhirnya mengangguk setelah terdiam cukup lama, "kenal." Jawabnya jujur.

"Bener dia pacar Kak Ilhon?" Tanpa sadar Ana berdoa semoga Pikar menjawab bukan.

"Siapa yang bilang?" Tanya Pikar balik.

"Kak Yoga sama Kak Paji."

"Kalau masalah itu gue nggak tau."

"Semoga aja bukan." Gumam Ana pelan.

"Kalau iya kenapa emang? Lo cemburu?"

"Bukan cuma cemburu, patah hati!" Seru Ana sembari menepuk dadanya beberapa kali.

"Lebay lo! Minggir gue mau lewat!" Pikar mendorong Ana agar menjauh dari motornya.

Ana bergeser dan saat itu juga Pikar melajukan motornya keluar dari halaman sekolah dengan kecepatan tinggi, hampir saja laki-laki itu menabrak pak satpam yang sedang memperbaiki ikatan sepatunya. Ana hanya bisa geleng-geleng melihat Pikar dengan lincahnya menggerakkan setir motornya menghindari pak satpam.

"Anak gila." Gumam Ana kemudian.

《♡》

Sepanjang perjalanan Pikar terus memikirkan perkataan Ana tentang Elsa yang sudah pulang dari Amerika, juga tentang Ilhon yang sedang membantu Elsa membersihkan tempat tinggal gadis itu.

"Goblok!" Teriak Pikar dari balik helm.

Pikar menambah kecepatan motornya, meliuk-liuk di atas jalan raya dengan tatapan kosong dan anehnya ia masih bisa selamat sampai di tempat tujuan yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya.

Ditatapnya sebuah hunian kecil dari ujung lorong tanpa membuka kaca helm. Di sana, terlihat seorang perempuan cantik bersama seorang laki-laki sedang duduk di depan hunian itu sembari berbincang dan makan nasi bungkus bersama.

Pikar tersenyum kecil sebelum pergi dari sana. Ia merasa sangat bodoh karena telah datang hanya untuk melihat gadis itu sedang tertawa bersama orang lain.

《♡》

Pikar turun dari motor, membuka helm lalu mengacak pelan rambutnya sembari masuk ke dalam gedung Depdagri. Ia melihat-lihat motor keluaran terbaru yang terpajang dengan maksud mencari sasaran baru untuk diperlihatkan kepada calon suami mamanya esok hari.

"Woi!" Tegur seseorang dari arah belakang, Pikar sontak berbalik ketika suara itu menginterupsinya bersamaan dengan tepukan yang mendarat di bahu.

"Balik lo?!" Pikar terbelalak, terkejut melihat keberadaan seseorang yang tak pernah ia lihat lagi hampir 5 tahun lamanya.

"Iyalah!"
Mereka melakukan tos lalu saling berpelukan, mengurai rindu ala laki-laki.

"Gue kira lo nggak bakal balik lagi ke Indo," ujar Pikar dengan senyum yang sangat lebar.

"Kalau gue nggak balik siapa yang bakal ngurus Depdagri di Indo?"

"Doni?"

"Depdagri sekarang ada di tangan Saka Depdagri."

Pikar kambali membulatkan matanya, "serius?! Gila gak nyangka, padahal dulu gue yakin banget Depdagri bakal ada di tangan Doni, secara kan lo goblok banget jadi yaa gue pikir mana mungkin Om Dizan mau ngasih Depdagri ke elo."

"Bangsat lo!" Saka mengumpat dan detik itu juga Pikar terbahak keras.

"Lo lagi nyari motor?" Tanya Saka kemudian.

Pikar nyengir, "Mama gue besok mau nikah lagi, jadi gue lagi nyari hadiah buat Papa baru."

Saka mengangkat sebelah alisnya, ia dan Pikar saling tatap sebentar sebelum akhirnya terbahak bersama.

"Pikar goblok!"

《♡》

Ana duduk anteng di kasur Cahyo sembari menatap abangnya yang sedang asik bermain drum. Berisik tapi, Ana suka karena ini sangat asik untuk di dengarkan dan akan sangat tidak asik jika di lewatkan.

Ia lalu memberikan kedua jempolnya serta senyum lebar ketika Cahyo menoleh padanya.

Beberapa menit kemudian Cahyo menyelesaikan permainannya, ia mendekat dan mengambil duduk di dekat Ana.

"Tumben." Ujar Ana.

"Apanya yang tumben?" Bingung Cahyo.

"Tumben sepi, biasanya kalau malam minggu gini teman lo semua ke rumah." Jawab Ana.

"Palingan bentar lagi juga dateng." 

"Siapa?"

"Siapa lagi kalau bukan Rega sama Dega."

"Ahh! Bosen!" Seru Ana.

"Assalamualaikum!!"

"Apa juga gue bilang." Ujar Cahyo sembari berjalan keluar untuk membuka pintu, Ana mengekor di belakangnya.

Cahyo membuka pintu lebar-lebar dan terpampanglah dua laki-laki ganteng berwajah sama yang memakai baju dengan warna yang sama, celana yang sama dan juga senyuman di bibir yang sama.

《♡》

Saka : Hehehee aku muncull donggg!! Seneng bingitz! Apalagi munculnya pas udah megang Depdagri!

Amam : *matikan mic Saka

Saka : _________

Yeay! Aku balik lagi!
Pokoknya semoga suka deh🤍

Like A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang