XXVI. Kecut

6 2 2
                                    

Ana tersenyum lebar menatap nomor Irga. Ia senang bukan main. Selain senang karena berhasil mendapat nomor Irga, ia juga senang karena bisa berbicara dengan salah satu bidadari yang ada di bumi.

Sepanjang perjalanan kembali ke kelas, senyum Ana tidak luntur sedikit pun.

Lia yang melihat Ana masuk ke dalam kelas dengan girang tersenyum kecil, matanya berkedip-kedip menggoda Ana membuat gadis yang baru saja duduk di bangkunya itu terheran-heran.

"Ngapa mata lo? Kelilipan kerbau?" Tanya Ana.

Lia tetap saja tersenyum jahil lantas mencolek dagu Ana berkali-kali.

"Apasih!" Ana menepis tangan Lia.

"Barusan ada orang yang curhat ke gue tauuu...!"

"Terus? Hubungannya sama gue?"

"Ya karena dia curhat tentang elo, acieehhhh ada yang diam diam disukai nieehhh."

"Ck! Siapa sih?!"

Lia masih terus tersenyum menggoda membuat Ana semakin curiga.

"Siapa? Guntur?" Tanya Ana sedikit berbisik.

"Emm Noo!"

"Eh siapa dong? Hah jangan bilang--Jati?! Argajati?!" Ana memekik tertahan.

Senyum Lia mendadak luntur ketika mendengar nama Argajati keluar dari mulut Ana.

"Sejak kapan lo deket sama anak berandalan itu?" Tanyanya penasaran.

"Iihh bukan berandalan, dia itu Badboy tauukkk!! Salah satu karakter paporit gueehh!" Ana malu-malu saat mengatakannya membuat Lia dengan terpaksa harus menjitak tempurung kepalanya.

Argajati. Laki-laki yang kelasnya di sebelah kelas Ana akhir-akhir ini memang sedikit menyita pikirannya karena selain wajahnya yang ganteng, ia juga sering mampir di kelas Ana untuk bermain.

"LIA SAKIT!!" Jerit Ana

"Badboy pala lo! Dia itu brengsek! Lo jangan deket-deket dia!"

"Emang kenapa sih, Ya? Lo ada masalah sama dia?" Ana menjadi penasaran karena Lia benar-benar keras kepadanya jika sudah menyangkut Argajati.

Padahal kan Argajati ganteng.

"Ya enggak sih tapi korbannya udah banyak. Dia itu tukang ghosting!"

Ana terkekeh pelan, "Ya itu wajar dong. Wajah rupawan kayak gitu pasti banyak yang suka dan akhirnya Jati jadi bingung mau pilih yang mana."

"Udah. Kembali ke laptop, tau gak siapa yang barusan curhat ke gue?"

Ana menggeleng lagi, "Gak. Emang siapa si?"

"Pikar!"

"Ngomong apa dia?" Tanya Ana yang sebenarnya tidak berminat.

"Dia lagi bingung tuh kenapa lo tiba-tiba kayak ngejauhin dia, padahal katanya dia nggak punya salah apapun ke elo."

"Ck! Lo kan tau dia penerus satu-satunya Giantoro." Ujar Ana.

"Tau kok, semua anak di sekolah ini juga tau kali, terus apa masalahnya?"

"Ck! Ya itu masalahnya! Gue jadi takut deket deket dia." Ungkap Ana.

Kedua alis Lia mengkerut, bingung, "Takut kenapa?"

"Entar orang orang pada ngira gue deket deket dia cuma karena dia banyak uang. Ya istilahnya bisa dibilang gue cewek matre, gitu."

Lia lantas terkikik geli, "Aelah Naa Naa, masalah kayak gitu mah lo gak usah khawatri!!"

Like A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang