Ana menatap kosong langit-langit ruangan UKS. Ia kembali teringat ketika tubuhnya digendong oleh seseorang, ia juga masih ingat detak jantung milik seseorang yang menggendongnya namun, ia tidak ingat siapa yang menggendongnya.
Lagipula ..., Ana memang tidak ingin mengetahuinya.
Entah itu Pikar ataupun Irga ia sama sekali tidak peduli.
Mungkin.
"Eh Kak udah sadar? Ini tehnya diminum ya Kak. Saya tinggal dulu ga papa kan? Soalnya udah mau masuk pelajaran selanjutnya. Oh iya, yang bawa Kakak kesini tadi itu Kak Pikar."
Ana menggigit bibir bagian dalamnya mendengar kalimat terakhir yang keluar dari bibir adik kelasnya itu.
Jadi ..., itu Pikar?
Kenapa bukan Irga?
Apa laki-laki itu benar-benar tidak mau lagi berhubungan dengannya?Ana merubah posisinya dari berbaring menjadi duduk meski pening di kepalanya belum sepenuhnya hilang. Ia melirik jam kecil yang melingkar di lengan kirinya, pukul 9.30.
Belum jam istirahat?
Setelah menghabiskan teh yang sudah disiapkan khusus untuknya, Ana pun beranjak dari UKS tak lupa untuk memasukkan roti beserta susu tadi ke dalam tasnya.
Ia akan pergi ke kelas.
Melewati lapangan, Ana melihat bahwa seluruh teman sekelasnya sedang berolahraga. Ia lalu teringat bahwa hari ini memang ada jadwal olahraga. Karena hal itu, ia pun menghela napas lega, ia yakin pasti kini kelasnya kosong, ia akan aman beberapa saat untuk kembali beristirahat.
Ana akhirnya sampai di kelasnya, ia mendorong pelan pintu kelas yang tertutup rapat dan begitu pintu sukses terbuka lebar, Ana malah ingin menghilang saja.
Di dalam sana ada Pikar. Sendirian. Dan saat ini lelaki ganteng itu sedang menatapnya dengan sorot ..., entahlah apa itu bisa disebut dengan khawatir?
Tak punya pilihan lain selain melangkah masuk ke dalam kelas, Ana pun kini duduk di bangkunya dengan kaku.
Pikar duduk di sampingnya dan kini hanya ada mereka berdua di dalam kelas.
Canggung.
Kata yang sangat pas untuk suasana ini.Bagaimana tidak canggung?
Mereka berdua sudah jarang sekali bertegur sapa, bahkan seminggu kemarin Pikar tidak masuk sekolah dan hari ini mereka berdua malah berduaan di dalam kelas."Udah mendingan?" Tanya Pikar akhirnya setelah hening yang cukup lama menyiksa jiwa.
Ana mengangguk tanpa menoleh pada Pikar.
"Makasih." Ujarnya kemudian."Makasih untuk apa?" Tanya Pikar.
Eh?
Ana langsung menoleh pada Pikar.
"Makasih karena lo udah bawa gue ke UKS." Jawabnya.Pikar terdiam sesaat, "Bukan gue."
Eh?
"Terus siapa dong?"
Pikar mengedikkan bahunya sekali, "Irga?"
"Tapi tadi kata adik kelas yang jadi petugas PMR elo yang gendong gue ke UKS!"
Pikar menaikkan sebelah alisnya, ia menatap Ana dengan tatapan menelisik, "Kenapa? Lo gak suka kalau ternyata itu gue yang gendong lo ke UKS?"
Ana yang mendengar itu lantas mengerutkan kedua alisnya, "Kenapa bisa gue gak suka?"
"Ooh jadi lo suka?" Pikar kembali bertanya, kini dengan nada menggoda.
"Ck! Biasa aja!"
"Ooh ... lo gak suka?"
"Kenapa bisa gue gak suka coba?!"
Ana mulai emosi, sebenarnya apa sih maunya anak satu ini?"Karena gue penerus satu-satunya Giantoro Grup?" Tebak Pikar yang sepertinya menyindir Ana.
"Ck! Lo ngajak berantem?!" Sentak Ana kasar.
"Enggak. Lagian dari awal elo yang tiba-tiba ngejauhin gue, salah gue apa sih Na?!"
"Gak ada!"
"Gak ada? Terus kenapa akhir-akhir ini lo ngejauhin gue?!"
Pikar marah dan Ana tidak tahu harus berbuat apa untuk menenangkannya.
"Gue ...," Ana terbata, tidak ada satu kata pun yang terpikirkan oleh otaknya melihat Pikar yang sepertinya sedang frustrasi.
Karena Ana tak kunjung berbicara, Pikar akhirnya berdiri lalu pergi keluar dari kelas setelah menutup pintu kelas dengan kasar membuat Ana terkaget-kaget sendiri di dalam kelas.
Pikar tidak kembali lagi ke kelas hingga bel pulang berbunyi nyaring membuat Ana mulai merasakan cemas, ia bertanya-tanya kemana perginya laki-laki itu? Kenapa sampai sekarang belum kembali juga?
10 menit lamanya Ana menunggu namun sosok Pikar tidak ada tanda-tanda akan kembali juga. Ia pun memutuskan untuk pulang saja meski perasaannya belum tenang.
Namun, saat Ana baru saja berdiri dari bangkunya tiba-tiba Pikar datang, masuk ke dalam kelas dengan wajah yang sepertinya baru bangun tidur.
Laki-laki itu menghiraukan Ana yang terus menatapnya, ia kembali ke kelas hanya untuk mengambil tasnya dan juga ponselnya yang ada di dalam laci.
"Kar? Lo marah?"
Ana membuntuti Pikar yang saat ini sudah kembali berjalan keluar dari kelas.Pikar masih tetap menghiraukannya membuat Ana kesal setengah mati.
"Kar? Lo marah?" Ana menarik tas Pikar membuat mau tak mau laki-laki itu berhenti dan berbalik menatap Ana.
"Apasih?!" Sentaknya.
"Gue harus gimana supaya lo gak marah lagi sama gue?!" Seru Ana.
Pikar terdiam beberapa saat, diam-diam ia menerbitkan sebuah senyum kecil yang luput dari perhatian Ana.
"Jadi pacar gue."
%_%
Duhh Pikar kalau lagi marah ngeri juga ya😭
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Novel
Teen Fiction"Kalau nggak nemu cowok yang kayak Iqbalnya Acha, yang kayak Nathannya Salma juga boleh atau kayak Dilannya Milea eh- Rangganya Cinta boleh juga tuh." ~Ana 《♡》 Ana adalah seorang gadis berumur 17 tahun yang sangat menyukai novel remaja. Hampir selu...