Ana masuk ke dalam kelas, diusap kedua matanya yang masih berair sembari bergumam, "Malu-maluin banget sih gue!!"
Alih-alih duduk di bangkunya, Ana malah mengintip seseorang dari pintu kelas. Ia membenturkan dahinya dengan sengaja di pintu kelas ketika melihat Irga sedang berjalan lurus ke arahnya, "Mampus!" Serunya.
Ana segera berlari ke bangkunya dan berpura-pura tidur, dalam hati merapalkan doa agar Irga tidak menyusulnya masuk ke dalam kelas.
Lia yang memperhatikan Ana dari tadi hanya bisa mengerutkan alis, bingung.
"Lo kenapa sih, Na? Kayak lagi di kejar cogan aja!" Ujar Lia.
"EMANG IYA!!" Ana berteriak keras, membuat Lia terkaget-kaget.
"Weh gais gais!! Entar kalau Kak Irga kesini terus nanyain gue, bilang aja guenya nggak ada yaak!!" Setelah memberi pesan kepada teman-temannya, Ana kembali berpura-pura tidur.
"Kenapa sii, Na? Kasi tau gue dong!" Lia masih terus saja merecokinya, penasaran.
"Lo diem dulu deh, Ya! Entar Kak Irga bisa tau gue disini!" Ana berseru, kesal.
"Kalau lo tetap duduk di sini, jelas Kak Irga bakal tau, goblok!" Maki Lia, ikut kesal.
Benar juga ucapan Lia.
Sedetik kemudian, Ana mengangkat wajahnya dan berdiri lalu mulai berlari kesana kemari di dalam kelas dengan heboh, mencari tempat untuk bersembunyi, namun baru saja akan duduk, suara Irga terdengar sedang bertanya kepada seseorang di depan kelas membuat Ana kelimpungan.Tak tahu lagi harus apa, Ana memutuskan untuk meringkuk di sudut kelas dibelakang kursi orang lain. Jantungnya menggila bahkan keringat dingin terus bercucuran dari dahi ke wajahnya dan ditambah dengan raut wajahnya saat ini, Ana benar-benar mirip seperti orang yang sedang menahan beraq.
"Ananya ada?"
Itu suara Irga.
Tubuh Ana menegang karena teman-temannya tidak cepat menjawab menyebabkan hening yang serasa mencubiti jantungnya.
"Nggak ada."
Itu Lia yang menjawab, membuat cubitan di jantungnya perlahan menghilang.
Setelah beberapa saat, Ana bangkit dari persembunyiannya, teman-teman sekelas menatapnya penasaran.
"Gue nggak sengaja nabrak dia terus somaynya jatuh, terus mukanya langsung keliatan murkaa banget, terus gue lari." Ujar Ana menceritakan kebohongan kepada teman-temannya.
Teman-temannya bergidik ngeri mendengar cerita Ana, lagian siapa juga yang mau berurusan dengan Irga.
"Emang bener gitu?" Lia tidak percaya, ia bertanya setelah Ana sudah kembali duduk di bangkunya.
"Hn, terserah lo mau percaya apa enggak." Jawab Ana.
"Kenapa sii?? Gue penasaran tauk!!"
Lia ini memang sangat bandel.
"Diem dulu deh Ya. Gue lagi tremor ini, liat nih tangan gue, gemeter." Ana memperlihatkan tangannya yang memang gemetar.
Lia menepis tangan Ana, "Ish! Nggak asih lo, Ah!"
Ana menelungkupkan wajahnya di atas lipatan tangan ketika kembali teringat dirinya yang nyaris menangis di hadapan Irga saat bertanya laki-laki itu menyukai Elsa apa tidak. Saat ini ia sangat malu. Sangat-sangat-sangat malu dan rasanya tidak akan pernah mampu untuk bertemu lagi dengan Irga.
Sebelah tangan Ana terangkat lalu memukul-mukul kepalanya sendiri, frustrasi.
^@^
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Novel
Teen Fiction"Kalau nggak nemu cowok yang kayak Iqbalnya Acha, yang kayak Nathannya Salma juga boleh atau kayak Dilannya Milea eh- Rangganya Cinta boleh juga tuh." ~Ana 《♡》 Ana adalah seorang gadis berumur 17 tahun yang sangat menyukai novel remaja. Hampir selu...