XXV. Tukeran Nomor

2 2 0
                                    

Hari ini sudah Jum'at lagi dan seperti Jum'at Jum'at sebelumnya, Ana, Cahyo serta Mama akan berziarah ke makam Ibu Bapak.

Ana sudah siap, hanya tinggal menunggu Cahyo pulang dari mesjid dan juga menunggu sang mama yang sementara bersiap maka ketiganya akan berangkat.

Gadis itu menonton tv dalam diam, ia berdiri ketika mendengar pintu kamar Mama dibuka dari dalam.

"Udah siap, Ma?" Tanyanya langsung begitu Mama keluar dari kamar.

"Aduuhh sayangg, maaf banget tapi kayaknya Mama belum bisa ikut kalian deh, Mama hari ini punya meeting penting sama klien yang semalem lupa diundurin jadwalnya, kamu gak papa kan pergi bareng abangmu dulu?" Mama berbicara panjang lebar sembari sibuk kesana kemari.

Ana cemberut namun ia tidak memprotes. 
"Yaudah." Ujarnya sembari kembali duduk, menonton tv.

"Assalamualaikum."
Suara Cahyo dari pintu depan.

"Walaikumsalam." Jawab Ana sembari menerima uluran tangan Cahyo.

"Yo, kamu ziarahnya bareng Ana aja dulu ya, Mama hari ini punya meeting penting sama klien yang semalem lupa diundurin jadwalnya gak enak kalau dibatalin sekarang, gimana? Ga papa kan?" Tanya Luna dari balik dapur, meminta persetujuan dari putranya.

Cahyo mengangguk lembut, "Iya ga papa."

"Yaudah kalo gitu Mama duluan ya, eh- jangan cemberut gitu dong mukanya, entar Mama sedih lhoo." Keluar dari dapur, Luna mendapati Ana yang tengah cemberut, segera ia menghampiri putrinya lalu memeluknya erat.

"Hmmmm."

"Ham hem ham hem aja, udah ah, Mama berangkat yaa. Kalian berdua hati-hati, Assalamualaikum." Pamit Luna.

"Walaikumsalam." Jawab Cahyo dan Ana.

Seperginya Luna, Cahyo dan Ana juga lantas menyusul, dengan tujuan tempat yang berbeda pastinya.

^×^

Doa telah selesai dikirimkan dan kini waktunya Ana jalan-jalan mumpung Cahyo masih sibuk membersihkan makam Ibu Bapak mereka.

"Bang, gue jalan bentar ya." Izin Ana.

"Hmm, jangan lama-lama, gue tinggal."

"Siap grak! Eh itu minta bunga mawarnya yang warna putih dong, satu aja gak usah banyak banyak!"

"Nih, jangan lama-lama, gue tinggal beneran lo."

"Iyaaaa ih bawel! Bye!"

Ana berlalu, ia berjalan dengan girang melewati satu persatu makam yang nampak berjejer rapi dengan rumput hijau khasnya.

Beberapa menit berjalan, ia iseng menengok ke belakang, memperhatikan abangnya yang ternyata masih saja asyik mencabuti rumput rumput panjang yang menganggu. Ana tersenyum kecil, bahkan dari kejauhan seperti ini, bukan hal yang sulit untuk menemukan saudaranya itu.

Gadis itu melanjutkan jalan-jalannya hingga akhirnya sampai di tujuan utamanya yaitu makam Galih Retama.

Ana menatap lamat-lamat nisan yang bertuliskan nama laki-laki dan juga tanggal lahir serta tanggal wafatnya. Setelah puas mengamati, ia memberikan mawar putihnya pada Galih.

"Hai, Kak Galih. Kenalin, aku Ana, hehe." Ujarnya pelan.

Begitu saja, Ana segera kembali pada Cahyo sebelum ditinggal pulang. 

Yang Ana tidak sadari, tidak jauh darinya Elsa melihat itu semua dan selepas ia pergi, Elsa mendekat ke makam Galih.

Ia berjongkok disamping makam, menatap lamat-lamat mawar putih itu sebelum akhirnya terkekeh pelan.

Like A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang