Ana duduk diam di dalam kamar. Pandangannya kosong lurus ke depan sedangkan otaknya berpikir keras 'memangnya sekaya apa sih Pikar itu?'
Gadis itu menepuk pelan pipinya, ia masih shock setelah tau bahwa motor yang tadi ia tumpangi seharga dengan rumahnya. Ana kemudian mengambil ponselnya, mengetik nama asli Pikar di google lalu melakukan pencarian.
"Zulfikar Giantoro digadang-gadang menjadi satu-satunya penerus Giantoro Grup yang memiliki aset sejumlah kurang lebih 10 triliun. Laba yang mereka dapatkan dalam setahun baru-baru ini diketahui mencapai 10 M."
Ana menelan ludahnya susah payah. Ia menggulir layar ponselnya, beralih melihat artikel lainnya.
"Tepat pada tanggal 17 April 2022 hari ini, penerus utama Giantoro Grup Zulfikar Giantoro berumur 17 tahun. Diketahui Giantoro Grup akan melaksanakan pesta ulang tahun di gedung hotel Giantoro malam nanti. Semua rangkaian pesta akan diliput oleh seluruh media Indonesia."
Ana merasakan pening dikepalanya. Jadi, hari ini adalah ulang tahun Pikar?
Tapi, kenapa laki-laki itu tidak mengatakan apa-apa saat di sekolah?$_$
Setelah sholat maghrib, Ana bergegas keluar dari kamar dan langsung menyalakan TV. Ia ingin menonton pesta ulang tahun Pikar.
"Tumben nonton tv?" Luna muncul dari dapur, membawa semangkok popcorn lalu duduk disamping putrinya.
"Iya, mau nonton temen Ana."
"Emang siapa teman kamu? Kok bisa masuk tv segala?" Luna bertanya, penasaran.
"Mama tau Giantoro Grup?"
Luna mengangguk, "Tau."
"Anak mereka yang namanya Zulfikar teman sebangku Ana!"
"Hah? Yang benar kamu?!"
"Iya Ma."
"Masa? Kamu halu nih kayaknya!"
"Serius Ma! Kalau Mama nggak percaya besok deh Ana foto sama dia!"
"Bener yaa.."
"Iyaa! Udah diem, acaranya udah mulai tuh."
"Emang acara apa sih yang kamu nonton?"
"Ituu, ternyata hari ini ulang tahun Zulfikar terus mereka ngadain pesta besar-besaran gitu." Ana menjelaskan.
Luna manggut-manggut mengerti, "Terus kenapa kamu nggak diundang ke pestanya?"
Ana terdiam, tidak tahu harus menjawab bagaimana.
"Katanya temen tapi kok nggak diundang ke pesta?" Luna menyindir, membuat Ana menjadi dongkol setengah mati.
Acara dimulai dengan red karpet. Ana mengamati satu persatu orang-orang sukses yang turun dari mobil lalu berjalan penuh senyum di atas karpet merah.
"Duit berjalan." Ujar Cahyo tiba-tiba yang ternyata ikut menonton sejak tadi tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
Ana menggumam, setuju.
Kamera tiba-tiba bergerak menyorot sesuatu dari jauh, terlihat sebuah motor bergerak mendekat hingga akhirnya berhenti tepat di ujung karpet merah.
Ana menahan napas sesaat. Jantungnya mendadak bertalu-talu ketika sang pengendara motor itu perlahan melepas helmnya.
Begitu helm terlepas, kilatan kamera langsung menghujani wajah tampannya.
Itu Pikar. Tampil menawan dengan setelan jas berwarna biru pekat dengan dalaman kemeja putih yang dilengkapi dengan dasi berwarna senada dengan jasnya.
Pikar... keliatan beda banget disini.
Gumam Ana dalam hati.Laki-laki itu melemparkan senyum menawannya kepada kamera sebelum akhirnya berjalan memasuki gedung.
Ana, Cahyo, dan juga Mama menonton acara itu hingga selesai. Setiap kamera menyorot wajah Pikar, Ana menahan napas, mama bersyahadat sedangkan Cahyo geleng-geleng kepala.
Mereka bertiga benar-benar takjub akan paras penerus Giantoro Grup.
$_$
Ana tiba di sekolah tepat jam 7, untung saja gerbang belum ditutup oleh Pak Satpam. Gadis itu memperlahan langkah kakinya setelah berhasil melewati gerbang, sesekali ia menguap lebar hingga matanya berair.
Semalam Ana tidak bisa tidur. Ia terus memikirkan Pikar yang ternyata bukan sembarang Pikar sampai jam 2 dini hari.
Melewati parkiran, Ana mendadak berhenti, pandangannya jatuh ke sebuah motor yang sama persis seperti yang ia lihat semalam di tv, motor ini juga yang kemarin ia tumpangi.
Itu motor Pikar. Bayangan wajah tampan laki-laki itu tiba-tiba memenuhi pandangannya membuat Ana harus menggelengkan kepala beberapa kali.
Sesampainya di depan kelas, Ana tidak langsung masuk dan malah terus memperhatikan Pikar yang sedang tidur dibangkunya.
"Woi Na, nape lu malah bengong disitu?" Suara Lia memecah lamunan Ana.
Ana akan menjawab tapi, Pikar tiba-tiba bangun dan menatapnya membuat semua kata yang ingin keluar dari mulutnya hilang begitu saja.
Kesal, gadis itu mengurungkan niatnya masuk ke kelas dan pergi ke kantin.
Sejak kapan Pikar yang baru bangun tidur tiba-tiba jadi ganteng?!
Teriak Ana dalam hati.$-$
Ana baru saja ingin menggigit roti lapisnya begitu bel masuk berbunyi nyaring. Ia melirik jam tangannya, pukul 7:30, pantas saja.
Ia berjalan kembali ke kelas sembari makan roti, masuk lalu duduk dengan tenang disamping Pikar yang tengah bermain game.
Pikar yang heran karena Ana mendadak jadi tenang hanya bisa bertanya-tanya dalam hati.
Ana masih tidak mengatakan sepatah kata pun pada Pikar hingga jam istirahat tiba. Begitu bel berbunyi, gadis itu segera keluar dari kelas pergi ke kantin.
Sepanjang perjalanan ke kantin ia merenung, memikirkan Pikar yang ternyata sangat berbeda kasta dengannya. Ana mendadak menjadi sangat malu karena selama ini telah memperlakukan Pikar dengan sedikit kurang ajar.
=€=
Hari ini, Ana sama sekali tidak bertegur sapa dengan Pikar. Sekembalinya dari kantin, guru sudah ada di dalam kelas, ia mengikuti pelajaran dengan tenang, lalu saat bel pulang berbunyi Ana langsung keluar dari kelas, pulang.
Pikar juga tidak berani menyapa Ana tapi, saat gadis itu langsung meninggalkannya ia menjadi sedikit marah dan memutuskan untuk mengejar.
"Lo kenapa sih, Na?"
Menemukan Ana ditengah-tengah kerumunan bukanlah hal yang sulit bagi Pikar.Ana tentu saja terkejut dengan kedatangan Pikar yang tiba-tiba.
"Eh kenapa? Gue nggak papa." Jawabnya."Ck! Terus kenapa seharian ini lo nggak nyapa gue?" Tanya Pikar langsung.
"Hehe, gak papa, gue lagi gak enak badan aja. Btw, semalem gue nonton pestanya, lo keren." Ana memberikan 2 jempolnya pada Pikar lengkap dengan senyum yang sangat lebar.
"Oh iya, Selamat Ulang Tahun. Sori, kemaren gue nggak tau kalau lo ulang tahun, hehe." Ana kemudian menambahkan.
"Makasih." Jawab Pikar sedikit tidak ikhlas, bukan itu yang ingin dia dengar dari Ana.
"Gue duluan ya."
Ana pergi dan Pikar tidak mengejar lagi.
-÷-
Gue kalau jadi Ana mah tambah gue pepet Pikarnya begitu tau dia anak tunggal kaya raya kehidupan sejahtera sampai akhir menutup mata🤣🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Novel
Novela Juvenil"Kalau nggak nemu cowok yang kayak Iqbalnya Acha, yang kayak Nathannya Salma juga boleh atau kayak Dilannya Milea eh- Rangganya Cinta boleh juga tuh." ~Ana 《♡》 Ana adalah seorang gadis berumur 17 tahun yang sangat menyukai novel remaja. Hampir selu...