XX. Ingat kata tukang parkir!

5 2 0
                                    

Yok mondor yok!
_Ana

《♡》

Ana berjalan lesu masuk ke dalam rumah, tatapannya kosong ke depan dan wajahnya tampak menyedihkan.

Rega, Dega dan Cahyo hanya bisa menatap heran gadis itu hingga punggungnya hilang dibalik pintu kamar.

"Kenapa lagi tu bocah?" Tanya Dega menyenggol pelan lengan Cahyo.

Cahyo mengangkat kedua bahunya, tanda tak mengerti.
"Dari gue jemput mukanya udah kayak gitu." Ujarnya.

"Kesambet kali." Timpal Rega ngawur.

Ana samar-samar mendengar obrolan mereka bertiga dari dalam kamar, ia berdesis pelan sembari menatap kesal pintu kamarnya.

"Nggak ngerti orang lagi sedih aja!" Gerutunya.

Ana berbaring di kasur, menatap lamat-lamat langit kamarnya dengan tenang.

Ingatannya kembali melayang pada siang tadi, dimana ia melihat sebuah pemandangan yang mungkin bagi orang lain menyenangkan tapi, tidak baginya.

Waktu dimana Ana melihat Irga, Ilhon, Pikar dan Elsa duduk dan makan bersama, ia merasa perkataan Lia benar.

Ingat kata tukang parkir!

Ana menghela napas panjang, disekanya sudut matanya yang berair lalu bergumam pelan, "ini bener-bener nggak sehat buat mental gue."

"Gue sangat butuh pindah sekolah siapa tau aja di sekolah baru ada yang bisa menggantikan Kak Ilhon walaupun itu sedikit mustahil sih tapi, Mama nggak ngizininn, gimana doongggg?"

Ana berguling-guling kesana kemari di kasur, bingung harus apa. Ingin pindah tapi tidak bisa, sedangkan jika ia tidak pindah akan membuatnya mati muda karena melihat Ilhon dan Elsa terus-terusan bersama.  

《♡》

Ana turun dari motor Cahyo sembari menatap hampa gerbang sekolahnya. Ia tidak mau sekolah hari ini dan ingin membolos saja. Sedang asik memikirkan cara untuk membolos tiba-tiba saja sebuah klakson melengking keras membuat rencananya buyar seketika.

Tinn!!

Tubuhnya berjengit karena kaget, ia menoleh ke belakang lalu menemukan seorang pria dengan motor mengkilat berwarna biru pekat serta memakai helm fullface bewarna senada sedang menatapnya dalam-dalam membuat jantung Ana seperti disengat lebah raksasa. 

Dari matanya aja udah ganteng banget!!! Boleh nih untuk bahan Move On dari Kak Ilhon!! ASIKK!!
Seru Ana heboh dalam hati.

Tinn!!

Ana berjengit kaget untuk kedua kalinya sebelum sadar bahwa daritadi ia tidak minggir dan malah balas menatap pria ini. Dengan gerakan cepat ia pun langsung bergeser lalu mundur beberapa langkah,
memberi pria itu jalan. 

Setelah pria itu lewat barulah Ana melanjutkan langkahnya. 

Di kelas belum banyak temannya yang datang, hanya ada 2 orang dan ... PRIA BERHELM BIRU PEKAT TADI YANG SAAT INI SEDANG DUDUK DI BANGKU PIKAR.

Langkah Ana terhenti, tatapan matanya kembali bertubrukan dengan pria itu, cukup lama hingga Ana memutuskan untuk berpaling duluan. 

Untuk kedua kalinya, Ana merasa jantungnya disengat lebah raksasa.

Like A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang