XXII. Tuhan memang satu, Kita yang tak sama

7 2 0
                                    

Sejak kejadian tempo hari lalu ketika Ana nyaris menangis di hadapan Irga, gadis itu sebisa mungkin menghilang dari pandangan Irga dan ini sudah hari ketiga Ana melakukan itu.

Hari ini Jum'at.

Sekolah Ana mengadakan kegiatan membaca surah Yasin bersama di lapangan bagi siswa siswi yang muslim. Sedangkan para siswa siswi yang Non-Muslim melaksanakan doa bersama dengan seorang pembimbing agama mereka masing-masing di ruangan yang telah disiapkan.

Ana, gadis itu duduk manis di lapangan tanpa melakukan apa-apa, ia bersebelahan dengan Lia yang malah asik bermain ponsel daripada membaca surah Yasin.

"Ya, daripada lo cuma nonton video TikTak mending lo cari Surah Yasin di gugel, supaya kita ikut baca juga." Ujar Ana setelah menyenggol pelan paha Lia.

Lia menoleh pelan, "Hm? Nggak usah, bentar lagi juga sesai." Ujarnya.

Ana geleng-geleng kepala, "Astagfirullah Ya.."

Lia nyengir lebar, "Emang hp lo kemana si?"

"Ketinggalan di kelas." Jawab Ana.

"Oh yaudah, salah siapa ditinggalin." Lia mengedikkan bahunya.

Ana tidak membalas perkataan Lia lagi, gadis itu malah sedang sibuk memperhatikan barisan kelas 12, mencari pujaan hatinya.

"Duh Kak Ilhon makin hari makin cakep ajaa, emm... Kak Irga mana yaa kok gak keliatan?"

"Eh Ya Ya." Ana menyenggol-nyenggol lagi paha Lia.

"Apaan?" Sahut Lia segera menoleh.

"Kok Kak Irga nggak ada di lapangan sih Ya? Padahal tadi pagi gue liat dia masuk kok." Tanya Ana penasaran.

Mendengar pertanyaan Ana, kedua alis Lia mengerut, "Ngapain juga Kak Irga di lapangan?" Tanyanya balik.

Ana bengong, "Hah?"

Lia ikut bengong, "Hah?"

"Ck! Maksud guee kenapa Kak Irga nggak ikut Yasinan bareng kita di lapangan?" Ana memperjelas pertanyaannya.

"Lo gila ya? Kak Irga itu keristen, ngapain ikut Yasinan?" Jawab Lia.

Mendengar ucapan Lia, jantung Ana mendadak kehilangan kekuatan untuk memompa darah ke otak menyebabkan gadis itu tidak bisa berkata-kata.

Sedetik kemudian bayangan MV dari lagu terbaru Ziva lengkap dengan suara merdunya menggema keras di kepala Ana.

Tuhann memang satuuu, kitaa yang tak samaaa. Haruskah aku lantas pergi meski cinta takkan bisa pergii ..... 🎶🎶

¤¡¤

Sejak mengetahui bahwa Irga beragama Kristen, Ana semakin menghindar dari Irga. Ia akan membatalkan niatnya ke kantin jika dilihatnya Irga ada di kantin, ia juga akan langsung berbalik badan ketika akan berpapasan dengan Irga di koridor.

Semua dia lakukan bukan karena membenci Irga tapi, karena ia takut suatu hari nanti Irga akan menyukainya dan berakhir tidak mendapat restu dari mamahnya hanya karena berbeda keyakinan. Ana tidak mau hal itu terjadi.

Ya, setinggi itu memang halu seorang gadis berwajah biasa saja tapi manis bernama lengkap Airana Kinanti.

Sedang asik berhalu, tiba-tiba Pikar memanggil lalu menarik-narik rambut Ana membuat sang empu rambut berdecak sebal.

"Apasih Kar?!"

Saat ini sedang jam istirahat tapi, kedua remaja itu tetap berada di kelas. Ana mempunyai alasan sendiri mengapa ia tetap berada di kelas yaitu ... you know lah sedangkan Pikar ... entahlah.

Like A NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang