Mereka tiba di daerah para warga Indonesia berlindung. Saat itu suasana sedikit sunyi di akibatkan mereka tiba di waktu yang sudah menjelang maghrib menuju malam.
"Untuk sementara, kalian di sini dahulu. Silahkan masuk ke dalam."
Raden membukakan pintu yang di dalamnya ada banyak orang-orang yang sepertinya tengah bersantai.
"Tuan Raden, jangan tinggalkan kami. Kami takut." ucap Jeongwoo sambil sedikit menahan tangan Raden untuk tak meninggalkan mereka.
"Haha, jangan takut. Mereka tidak akan memakan kalian. Pratama! Kemari!"
Raden memanggil seseorang yang saat itu tengah bermain musik. Dia pun berjalan mendekati mereka berempat. Wonyoung sudah berlindung di belakang Raden.
"Bisa kau urus anak-anak ini? Mereka hampir terbunuh oleh Ratu Amber Van Cassa."
"Tentu, Raden. Tenang, mereka aman di sini. Mari silahkan masuk."
"Tidak apa-apa. Masuklah."
Haruto berjalan lebih dulu di susul Jeongwoo dan Wonyoung di belakangnya yang tengah memegang tasnya begitu erat.
"Kalian terluka?"
Semuanya diam, bertatapan satu sama lain untuk menjawab pertanyaan dari orang ini. Tapi dia hanya tersenyum melihat mereka.
"Tidak perlu takut. Kami melindungi orang-orang yang terluka di sini. Kami juga melindungi semua orang, jadi tidak perlu takut."
Dia membawakan segelas air untuk anak-anak itu. Ya, sepertinya mereka masih terkejut dengan keadaan yang barusan mereka alami sejak tiba di sini.
"Kalian bertiga datang darimana? Dari luar Jogjakarta?"
Ya. Mereka ingat. Ini Jogjakarta. Mereka bingung mau jawab bagaimana. Tidak mungkin mereka mengatakan kalau mereka ini dari masa depan yang terbawa ke masa lalu hanya karena terjatuh dari jurang saat tersesat di hutan.
"Kami, kami tadi tersesat di hutan. Terus, tiba di sini. Ehehe." -wonyoung
"Oh, begitu. Baiklah. Sebelum itu, saya akan perkenalkan diri dulu. Saya, Kapitan Pratama Yuta, salah satu pemimpin di sini. Raden tadi itu adalah teman saya. Boleh kalian memperkenalkan diri?"
"Iya. Duluan Woo." -wonyoung
"Kok gue sih? Haruto aja, dia lebih tua di banding kita." -jeongwoo
"Tapi kita seumuran goblok." -haruto
"Ish, sudahlah. Nama saya Wonyoung Van Ajeng. Sebelah saya ini, namanya Ardinatha Haruto Biantara, kalau sebelah sini, namanya Jeongwoo Dierja." Wonyoung terpaksa mengenalkan mereka satu-satu karena mereka ogah untuk berbicara.
"Baiklah. Jadi namamu Wonyoung, dia ini Jeongwoo, dan ini adalah Haruto?"
"Iya, Kapten. Eh, Kapitan." -haruto
KAMU SEDANG MEMBACA
Verleden [Revisi]
Historical Fiction[END] Niatnya tadi lagi wisata alam bersama teman-teman, malah terbawa ke masa lalu, tepat di masa penjajahan. Bagaimana bisa?! [Inspired from Novel Anak Rembulan : Gerombolan Semut Hitam karya Djokolelono] Start on 7th September 2021 End on 29th Ap...