veertien

80 13 4
                                    

Wonyoung melihat sekeliling menggunakan teropong, di susul Hendra dan Gurnito dengan senjata di tangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wonyoung melihat sekeliling menggunakan teropong, di susul Hendra dan Gurnito dengan senjata di tangan. Haruto dan Jeongwoo pun begitu, namun mereka melihat ke arah belakang. Berbeda dengan Margaretha yang hanya berjalan santai.

"STOP!"

Hendra dengan suara lancangnya menghentikan yang lain untuk berjalan dan berjaga.

"Ada apa?" -wonyoung

"Ada dua jalur di sini. Kita harus ke mana? Kanan atau kiri?" -hendra

"Mungkin kanan. Kanan selalu pertanda baik." -gurnito

"Tidak selamanya kanan itu benar, asal kau tahu." -hendra

"Dierja, Ardinatha! Kemari kalian." -margaretha

Keduanya langsung berjalan menghampiri Margaretha yang memanggil mereka. Ternyata, hanya untuk meminta senter di tangan mereka. Lalu, dia mencari beberapa petunjuk dari arah lain.

"Kemari kalian."

Semuanya mengikuti Margaretha yang malah berjalan ke arah kiri. Sambil melihat jalanan di depan, mereka menyingkirkan beberapa ranting dan daun yang berjatuhan.

"Kalian percaya dia?" -jeongwoo

"Ikuti saja. Atau, habis kita." -hendra

Saat Margaretha berhenti, mereka turut berhenti. Saat semuanya melihat ke arah depan, mereka menganga dan terkejut.

"Baiklah anak-anak, kita tiba di sini."

Dari jarak beberapa meter, terdapat gerbang masuk dan itu menuju ke arah kawasan Belanda. Gurnito maju lebih dulu tapi Margaretha menahannya.

"Kau gila? Mau mati?"

Margaretha menunjuk ke arah kiri kanan dari depan gerbang itu. Ada 2 penjaga yang berpatroli untuk menjaga kawasan itu, agar tidak di masuki oleh orang asing termasuk mereka.

"Baiklah, sudah jelas kita tidak akan pernah bisa masuk ke sana." -hendra

"Tidak ada jalan pintas ya?" -jeongwoo

"Tidak ada. Semua arah jalan masuk itu tertutup benteng." -margaretha

"Lalu, bagaimana? Kita bunuh mereka saja?" -haruto

"Wow wow wow, jangan terlalu bersemangat dulu. Kita tidak tahu apa yang berada di dalam benteng itu. Mungkin saja pasukan cadangan." -margaretha

"Ajeng, mau coba?" -gurnito

"Hm? Aku?" -wonyoung

"Benar. Ajeng, kau bukannya keturunan Belanda? Kau bisa jadi kunci utama kita untuk masuk ke sana." -hendra

"Haha, Ajeng tidak akan berhasil. Mukanya saja sudah seperti warga Indonesia, tidak mungkin mereka percaya kalau dia keturunan Belanda." -haruto

"Hm, mungkin.." -margaretha

Verleden [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang