twintig

26 8 0
                                    

Di basecamp, Cornelia terus menatap ke arah hutan yang berada di depannya kini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di basecamp, Cornelia terus menatap ke arah hutan yang berada di depannya kini. Hanya beberapa langkah dan dia masuk ke hutan.

Itu bukan tanpa alasan semata. Dia ingin kembali ke sana, tapi Pratama jelas melarang keras dia untuk pergi. Terutama dia adalah wanita.

Dan Haruto dan Jeongwoo hanya bisa mengiyakan perkataannya, karena mereka bisa-bisa di hukum.

"Bagaimana kondisi mereka di sana.."

"Aku takut, mereka sudah.. Ah, tidak. Jangan berpikir seperti itu, Cornelia. Mereka pasti selamat."

"Apa itu benar?"

Pada akhirnya, dia berakhir beradu pikiran dan isi hatinya. Pikirannya terus mengatakan jika mereka telah tiada, tapi hatinya terus mengatakan jika mereka masih selamat.

"Aku harus pergi, tapi orang-orang di sini terus mengawasi."

Cornelia melihat sekelilingnya yang penuh dengan tentara Indonesia yang sedang berjaga. Bukan hanya menjaga kawasannya, namun Cornelia pula. Dan itu perintah Pratama.

"Hei, Cornelia! Kemari untuk sarapan pagi!"

Dia tidak mendengar itu. Dia lebih terfokus pada cara untuk pergi dari basecamp ini.

"Dia kenapa, woo?"

"Ngambek kali ama kita."

"Kok ngambek? Emang kita ngapain?"

"Soal Kapitan. Lupa kan, kalau dia mau ke Belanda buat nyelamatin teman-teman kita. Lalu Kapitan larang dia, terus kita juga larang."

"Oalah. Terus?"

"Terus kata lo? Gue juga nggak tau."

Haruto kembali menatap punggung Cornelia. Jelas, dia benar-benar terdiam di tempatnya, menatap ke arah hutan terus menerus.

"Kita bisa apa juga ya, Haruto. Gimanapun caranya kita untuk pergi, Kapitan nggak bakal terima."

"Tapi jujur ya, tidur gue nggak tenang selama mereka belum kembali."

"Gue juga gitu. Tapi mau gimana lagi. Cuma ini satu-satunya cara."

Sibuk berbicara, pandangan mereka tertuju pada sesuatu yang berjalan kemari. Bukan semata-mata jika itu teman mereka, melainkan,

Raden.

"TUAN RADEN?!"

Cornelia berdiri. Dia adalah orang yang berusaha di selamatkan olehnya dan yang lain. Tapi malah dia pulang sendiri, tanpa bersama teman-temannya.

"TUAN RADEN?! BAGAIMANA BISA KAU KEMARI SENDIRI?!"

"Aku tersadar di hutan. Tapi tidak ada siapa-siapa."

Jeongwoo bingung. Dia ingat jika hari itu, Hendra, Gurnito dan Margaretha yang membawa tubuh Raden dalam karung.

"Apa kau tidak melihat kak Margaretha, Gurnito dan Hendra, Tuan Raden?"

Verleden [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang