vierentwintig

26 8 1
                                    

Semuanya panik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Semuanya panik. Sebagian besar kawasan mulai kosong melompong. Pohon-pohon yang menghiasi daerah ini kini mulai lenyap satu persatu. Dan semuanya sibuk berperang. Bahkan ada peperangan dengan tangan kosong.

Dan buruknya, korban mulai bertumpukan. Banyak. Membuat orang-orang takut dengan mayat yang begitu sadis kematiannya.

"SEMUANYA! PERHATIAN!"

Pratama kali ini memimpin pasukan. Pasukan khusus yang telah dia latih selama bertahun-tahun semenjak peperangan hebat beberapa tahun silam. Dan kini, peperangan itu kembali.

"Kalian jangan gegabah dalam bertindak! Ingat, tujuan utama kita adalah membela tanah air kita tercinta!"

"Tidak peduli jika kita telah di penuhi luka dan rasa sakit, tapi negara ini perlu kita bela mati-matian!"

"Jangan biarkan penjajah itu merebut negara yang telah kita dan para sesepuh lindungi sejak dulu! Jangan biarkan mereka memiliki tanah air Pertiwi ini! Negara ini hanya milik kita!"

"MILIK KITA!"

Pidato singkat itu begitu menyayat hati mereka yang mendengarkan. Air mata kesedihan, dan ketakutan kita bersatu. Raden mulai maju lebih dahulu untuk memberi aba-aba kepada mereka yang belum menyerang.

"Sebelum maju, kita berdoa terlebih dahulu. Dan semoga para pejuang yang gugur mendapat tempat yang begitu indah di sisi Tuhan kini."

Dan kini, Pratama sebagai pemimpin dari pasukan tim A dan Raden sebagai pemimpin pasukan tim B akhirnya melancarkan aksinya.

"HIYA!!!!"

Peperangan sengit kembali bermula. Semuanya berjuang dengan sekuat tenaga yang di miliki. Tidak ada lagi kata tenang bagi mereka.


Dor!
Dor!


"DIERJA!"

Jeongwoo yang merasa mendengar namanya yang terpanggil, berbalik dan ada prajurit yang bersiap menusuknya.

Tapi itu takkan dia biarkan. Senapannya jauh lebih cepat dari yang dia kira. Peluru itu berhasil menembus kepalanya, hingga terkapar di tanah yang dingin dan kotor itu.

Haruto dan Gurnito tengah melemparkan sebuah granat di salah satu kawasan persembunyian Belanda yang tidak jauh dari tempat mereka. Perlahan-lahan, hancur semuanya.

Cornelia dan Wonyoung bersembunyi di sebuah benteng perlindungan depan mereka berlindung kini, untuk menembakkan peluru bagi prajurit yang bisa datang kapan saja.


Dor!
Dor!
Dor!


Suara tembakan dari senapan Wonyoung berhasil menewaskan salah satu prajurit. Wonyoung takjub, ternyata dia mampu menggunakan senapan, ya.

Cornelia juga sibuk menembakkan peluru kepada prajurit yang datang untuk mendekat. Margaretha dengan sigap mengobati para pejuang yang terluka parah.

Berganti dengan Raden, kini dia tengah di hadapi kondisi yang cukup merumitkan.

Verleden [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang