vijftien

43 9 1
                                    

"Lapar banget nih, won

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lapar banget nih, won." ucap Haruto sambil duduk bersandar pada dinding. Di lihatnya Wonyoung yang sibuk berbicara dengan orang-orang yang lewat.

"Kak Margaretha mana pula? Kenapa pada hilang-hilang sih ah."

Haruto menggerutu sambil menghitung batu-batu kecil di tangannya. Tapi tangannya mendadak di tarik oleh Wonyoung dan bersembunyi.

"Kenapa won?"

"Diem. Liat, depan sana ada tentara."

Haruto membelalakkan matanya melihat tentara itu memberontak di pasar malam ini. Jelas sudah, sepertinya ada seseorang yang mereka incar atau semacamnya.

"STOP!!"

Samar-samar, suara besar bergema di area pasar. Di lihatnya Jeongwoo dan Gurnito yang melintas sembari di kejar oleh beberapa pasukan tentara.

"Wonyoung, itu Jeongwoo sama Gurnito!"

"Haruto, lo jangan coba-coba nyusulin mereka. Atau lo juga ikut mati!"

Suara mereka cukup besar untuk bertengkar dan itu membuat tentara yang masih berkeliaran di pasar itu menatap mereka.

"STOP DAAR!"
(Ind: Berhenti disana!)

"Sial."

"HARUTO! LARI!!"

Haruto menarik tangan Wonyoung untuk ikut berlari dengannya. Di malam bercahaya dalam pasar itu, mereka berpencar dan di kejar oleh tentara Belanda.

"DIERJA! LARI SEKENCANG-KENCANGNYA!"

"GURNITO AYOLAH! JANGAN TERLALU LAMBAT!"

"ADUH!"

Gurnito tergelincir dan terjatuh. Segera Jeongwoo kembali menghampirinya dan membantu Gurnito berdiri.

"BLIJF ER, INTRODUCER!"
(Ind: DIAMLAH DISANA, PENYUSUP!)

Gurnito belum sempat berdiri tapi salah satu prajurit menodongkan senjata berupa pistol di hadapannya kini.

"MENJAUH DARINYA!"

Jeongwoo meraih kayu besar dan panjang di dekatnya lalu memukulkan kepala prajurit itu hingga pingsan. Di rebutnya senjata di tangannya untuk dia gunakan saat ada keadaan mendesak.

"Ayo, kita kabur dari hadapannya dan cari yang lain."

"Baik."

Kembali mereka berlari saat beberapa pasukan pun mulai muncul dari arah belakang mereka. Bahkan sesekali suara tembakan terdengar karena Jeongwoo yang mencoba membunuh.

"Suara tembakan dari mana itu?!"

Hendra terkejut saat mendengar suara tembakan yang begitu dekat dan samar-samar dari telinganya. Di lihatnya sekeliling yang sepi.

Verleden [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang