#####
Jam pertama yaitu olahraga. Jangan tanya, kalian tau kan kalo gue orangnya mager banget. Tapi gue tetep harus ikut, karena kata pak guru hari ini mau penilaian olahraga.
Sekarang kita semua sudah berkumpul di lapangan untuk persiapan olahraga.
"Selamat pagi anak-anak, selamat beraktivitas. Sebelum memulai kegiatan olahraga pada pagi hari ini alangkah baiknya kita memulai pemanasan terlebih dahulu. Silahkan ketua kelas bisa memimpin untuk pemanasan." Ucap guru gue.
"Oke gue mulai ya, 1 2 3 4 5 6 7 8." Ucap Haechan diikuti oleh semua anak. Semua melakukan gerakan pemanasan dengan sungguh-sungguh dari awal hingga pemanasan selesai.
"Kalian pasti sudah tahu bahwa hari ini ada penilaian olahraga. Jadi nanti kalian lari-lari keliling lapangan, untuk laki-laki limapuluh putaran dan perempuan cukup tigapuluh putaran saja. Jika sudah nanti laporan ke saya. Paham?"
"Paham pak." Jawab anak-anak serempak.
Priiittt
Suara peluit berbunyi. Kami semua mulai berlari mengelilingi lapangan. Satu putaran terlewati, dua putaran terlewati, tiga putaran terlewati. Perlahan-halan putaran telah terlewati dan sekarang memasuki duapuluh putaran.
"Aduh Som cape banget." Keluh gue.
"Ayo semangat tinggal sepuluh putaran lagi Na."
Benar gue ngga boleh nyerah, tinggal sedikit lagi selesai. Gue melanjutkan lari keliling, tiba-tiba dari belakang ada yang mendorong gue.
Brughhh
"Maaf gue sengaja hahaha."
"Lami lo ya bener-bener." Gue nengok dan ternyata benar itu lami. Gue langsung memegang tangan Somi yang hendak memukul Lami.
"Udah Som biarin aja."
"Tapi lutut lo berdarah Na." Kata Somi.
"Udah nggapapa, lanjut aja bentar lagi kelar." Gue dan Somi kembali melanjutkan aktivitas kita hingga kita menyelesaikan tigapuluh putaran.
Semua anak sudah menyelesaikan putarannya. Dan sekarang kita sedang laporan ke pak guru. Gue sama temen-temen gue udah lapor tadi, dan sekarang kita sedang duduk istirahat sambil mengatur nafas.
Gue melihat Jaemin dan Jeno bicara sesuatu ke pak guru. Dan gue bisa lihat muka Jaemin pucet banget. Jaemin nggapapa kan? Ngga ada sesuatu yang terjadi sama Jaemin kan? Sekarang gue khawatir banget, semoga Jaemin nggapapa. Setelah itu Jaemin dan Jeno terlihat pergi menuju UKS.
---
"Oke sekian untuk hari ini, kalian hebat. Silahkan bisa istirahat." Kata pak guru lalu pergi meninggalkan kita.
"Na, yok ke kantin." Ajak Somi.
"Kalian duluan aja nanti gue nyusul."
"Okehlaa kita duluan ya." Somi, Ryujin, dan Yeji meninggalkan gue menuju kantin.
Dipikiran gue sekarang hanya ada Jaemin. Untuk memastikan keadaan Jaemin sekarang gue harus ke UKS. Gue langsung berlari menuju UKS.
Sesampainya di UKS, gue melihat Jaemin sedang meminum sesuatu. Terlihat seperti obat mungkin?
"Nana" Jaemin terkejut dengan kedatangan gue. Dia langsung menyembunyikan sesuatu yang diminumnya tadi.
"Ina?"
"Naa kamu nggapapa kan?" Gue berhambur ke pelukan Jaemin.
"Aku nggapapa kok sayang." Jawab Jaemin sambil mengelus kepala gue.
Gue melepas pelukan Jaemin. "Bohong, kamu bohong. Muka kamu pucet banget gitu. Aku juga liat tadi kamu habis minum sesuatu." Kata gue memalingkan wajah dari Jaemin karena kesal.
Jaemin memegang wajah gue dan menatap dalam mata gue. "Aku nggapapa kok. Tadi pagi aku belum sarapan, dan yang tadi aku minum itu cuma vitamin. Aku cuma kecapean aja, jadi jangan khawatir hmm?"
"Ishh kamu tuh ya, aku udah khawatir banget tadi." Gue memukul lengan Jaemin. "Tapi kamu bener ngga sakit kan Na?" Tanya gue kembali.
"Beneran aku nggapapa."
"Yaudah yok kantin, katanya kamu belum sarapan." Gue menarik tangan Jaemin untuk bangun.
"Sebentar." Jaemin berbalik menarik tangan gue dengan kuat hingga gue terduduk kembali.
"Kenapa Na?"
"Itu lutut kamu kok berdarah?" Tanya Jaemin.
"Oh itu tadi aku jatuh, cuma lecet dikit nggapapa kok."
"Nggapapa gimana? Duduk dulu, aku obatin bentar."
Gue menuruti kata-kata Jaemin. Dia mengambil obat merah untuk mengobati luka gue. Jaemin kembali dan menunduk untuk mengobati luka gue dengan obat merah.
"Ahh"
"Kamu tuh ya kaya anak kecil, ngga bisa jaga diri banget." Jaemin mengomeli gue.
"Kan ada kamu yang bisa jaga aku hehe." Gue menyengir tak bersalah. Jaemin pun hanya tersenyum mendengar perkataan gue.
"Dah selese." Jaemin menutup luka gue dengan plester.
Setelah selesai dengan urusan kita, gue dan Jaemin langsung menuju kantin.
---
Kringgg.....
Bel pulang berbunyi"Na, Nana." Gue manggil Jaemin.
"Oh?"
"Kamu kenapa bengong gitu?" Tanya gue.
"Engga kok, yaudah yok kita pulang." Jaemin menarik tangan gue, membawa gue menuju parkiran.
Sesampainya di parkiran,
"Na kamu beneran nggapapa kan? Muka kamu masih pucet dari tadi pagi." Kata gue khawatir."Engga aku nggapapa."
"Tapi kamu beneran ngga sakit kan? Ngga harus ke dokter kan?"
Jaemin hanya mengangguk sambil tersenyum sebagai tanda jawaban. Lalu dia memakaikan helm ke gue sebelum naik ke motor. Kita pergi meninggalkan sekolah menuju rumah gue.
Jaemin? Dia tidak apa-apa bukan? Kekhawatiran gue tidak berdasar kan? Gue harap jawaban dari Jaemin adalah jawaban sesungguhnya dan tidak terjadi apa-apa dengannya.
.
.
.
.
.
Vote💚
KAMU SEDANG MEMBACA
PERGI [END]
Teen Fiction'sebuah kebenaran yang membuat dia pergi untuk selamanya'