Aku sedang melenggang keluar dari pintu mall sebelah utara dengan tentengan satu belanjaan ketika kudapati Ruby dan kedua orang tuanya berjalan dari arah berlawanan. Mereka baru tiba dan hendak masuk.
Wah ... kebetulan yang indah.
"Kak Thana?"
Langkahku terhenti sejenak. Netraku bersirobok dengan wanita yang kini berdiri begitu anggun dengan kaftan dan riasan tipis. Di sebelahnya adalah John Auriga, suami alias selingkuhannya saat masih bersama papa, dulu.
Pria dengan setelan kemeja salur dan celana bahan itu tersenyum padaku. "Sudah lama gak bertemu. Bagaimana kabarmu, Thana?"
Haha. Ini lucu. Lucu sekali. Yang bertanya justru si selingkuhan itu alih-alih wanita yang jelas-jelas rahimnya dulu kudiami sebelum lahir ke dunia. Hh jangankan bertanya, kurasa mood wanita itu seketika rusak saat melihatku. Nampak dari pandangannya yang datar.
"Kak Thana abis belanja ya?" Ruby mendekat. Cewek itu mengenakan dress putih selutut dengan renda-renda kecil di bagian bahunya. Rambutnya terurai indah, tapi sedikit pendek - kurasa dia potong rambut baru-baru ini. Tapi yeah, harus kuakui, dia cantik. Mirip ibunya.
Aku berdecak dan melengos begitu saja. Tidak guna meladeni ucapan sang tuan putri egois yang sedang bermain peran. Ruby bilang ingin kakaknya kembali, tapi dia tidak bersedia berbagi perhatian dan kasih sayang ibu dan pacarnya. Hahaha lucu! Eh sebentar! Kenapa aku seolah mengharapkan belas kasih cewek itu?? Tidak-tidak! Bukan begitu maksudku. Aku tidak sudi mendapat apalagi memohon belas kasihnya! Ck.
Kulangkah kaki ke depan seraya berdecak kesal - plus mengumpat dalam hati. Abang ojol yang kupesan membatalkan order tiba-tiba karena urgen - istrinya mau melahirkan, katanya. Terpaksa kulangkahkan kaki agak jauh menuju halte lantaran malas memesan ojol lain. Sore lumayan padat karena akhir pekan. Jalanan pun demikian. Kusebrangi jalan sambil tengok kanan-kiri saking banyaknya kendaraan. Aku memang sengaja ke mall untuk beli baju secara offline. Distro langgananku, yang pemiliknya jadi temanku, launching produk baru ; T-shirt. Dan aku jelas akan memburunya sekalian menemui temanku itu. Nanti malam juga akan kukenakan saat manggung di ka-
"Kak Thana!"
Samar kudengar seseorang memanggilku. Tubuhku yang telah sepenuhnya menyebrang spontan berbalik dan mendapati Ruby di sana, di sisi bersebrangan jalan.
"Tungguin! Aku mau bicara!" Ruby tengok kanan-kiri hendak menyebrang.
Dua alisku tertaut. Segitunya? Sampe ngejar gue? Netraku lalu menangkap kedua orang tuanya berjalan tergesa untuk menyusul. Drama apa lagi ini, ya Tuhan ...
Sayang sekali, drama kali ini lebih dari perkiraanku. Aku tidak tahu, sungguh tidak tahu, saat Ruby melengkungkan senyum seraya berjalan ke arahku, menyebrang dengan yakin bahwa tidak akan ada kendaraan apapun yang melintas cepat, tapi di saat yang sama, satu kendaraan justru sungguhan melintas cepat, bus mini, klaksonnya nyaring menarik atensi seluruh manusia di sekitar, jeritan banyak orang bergantian merasuki telingaku, namun indera pendengarku hanya didominasi oleh jeritan wanita itu, wanita yang kini berlari secepat kilat, mengalahkan sang suami yang juga gesit menggapai sang putri.
Dan tuan putri itu?
Dia telat sadar. Adegannya persis di sinetron-sinetron. Dan aku hanya bergeming kaku, terpaku menyaksikan insiden di depan dengan lidah kelu, juga kepalan kuat jemari yang berkeringat.༺༻
PLAKK
Satu tamparan. "Apa yang kamu pikirkan?! Apa sulitnya menunggu Ruby tanpa harus membuat dia menyebrangi kendaraan-kendaraan cepet seperti itu?!! Ruby bukan kamu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] IF (Friendshit, Broken Home, Love triangle)
Teen FictionThana hanya ingin dianggap ada. Thana hanya ingin kelahirannya diinginkan. Namun agaknya itu berlebihan ya? Pengandaian hanya milik manusia tanpa harapan. Manusia tanpa harapan itu menyedihkan. Dan Thana tidak mau jadi menyedihkan. Karena itu ... Th...