#19 || Tidak Lagi Berarti

1.1K 143 47
                                    

Ujian sekolah berlangsung biasa saja bagiku. Aku pun tidak sampai menghindari Pi mati-matian lantaran cowok itu juga tidak memaksaku seperti yang lalu-lalu. Sudah kubilang, kan? Bahwa Pi telah memilih.

Maka dengan hari terakhir ujian yang mana penutup serangkaian kegiatan formalku di sekolah, kuembuskan napas lega. Satu telah beres.

"Thana!" Mou menepuk bahuku. "Nongkrong yuk! Sekalian buat rayain selesainya ujian ... Gila!! Berapa hari gue gak belajar gara-gara kasus kemaren!? Kepala gue pusing anjir!"

Aku terkekeh. Mou merentangkan dua tangannya. Lega luar biasa. Lalu dari depan, muncul Ved dan cengiran khasnya. "Gimana? Mau, kan?"

Dahiku berkerut, kutengok Mou yang sudah nyengir. "Udah planning dari kemaren. Tapi lo nya kan susah diajak ngomong, Na."

"Planning apaan?"

"Double ... date?"

Netraku menyipit. Kutatap Mou dan Ved bergantian. Kalau double berarti ... Mou dan Nohan? Mereka sudah jadian? Lalu ... aku? Dengan Ved? Ap-

"Kebanyakan mikir!" Ved mengapit leherku dengan tangannya. "Ayo."

"Hey! Lepasin gak!"

"Enggak mau!"

Ish! Mou cekikikan melihat pergulatanku dengan Ved. Di saat yang sama, Pi baru keluar dari ruang guru. Keributan kami terhenti sejenak. Netraku dan Pi bersirobok, dalam dan intens, sebelum kemudian bola matanya bergulir pada Ved.

Lama, dua cowok pentolan sekolah itu saling tatap, hingga kemudian Mou merangkul bahuku. "Yes! Ayo kita mulai kencan sore ini!"

Dan aksi tatap-tatapan itu berakhir, beralih pada Mou.

"Lebih baik lo jangan kecewain Thana gue ya, Ved Vodooo hahahaha ayo Na!" Ditariknya aku menjauhi mereka.

Sempat kutangkap nyalang tatapan Pi mengarah padaku kala aku melewatinya. Namun itu sudah tidak lagi berarti. Segalanya ... sudah tidak lagi berarti.

✧❁❁❁✧

Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
'Tuk hapuskan semua sepi di hati

Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka, saat kita tertawa

Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka, saat kita tertawa

🎼🎼🎼

Pada akhirnya, kami bukan lagi double date, tapi kencan berjamaah alias satu angkatan kelas dua belas. Bertempat di kafe kak Ned, di mana kakak laki-laki temanku itu berbaik hati merelakan jum'at malam kafenya khusus untuk menampung keributan kami, aku bernyanyi, mempersembahkan lagu - yang barangkali - terakhir untuk teman-temanku.

Sejujurnya aku tidak begitu dekat dengan mereka. Aku terlalu jaga jarak selama ini, tetapi momen perpisahan selalu melunturkan kekakuan yang terjadi. Kami membaur. Beberapa dari mereka turut bernyanyi mengikuti iringan gitarku, sisanya menikmati. Ada yang berpacaran, bercanda, bahkan menggodaku sambil bersuit-suit jenaka. Sebut saja Rauf. Dia pentolannya para playboy. Ved mah lewat. Namun aku tahu mereka semua menyenangkan.

Lalu ada Ved, yang mengangkat gelasnya tinggi-tinggi ketika netra kami bersirobok. Seraya mengikuti nyanyianku, dia memandangiku lekat-lekat, hingga lambat laun senyumanku merekah untuknya. Untuk terima kasih gue ... karena lo selalu ada di beberapa momen yang bikin gue gak jadi kesepian.

[✓] IF (Friendshit, Broken Home, Love triangle)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang