Miya Atsumu terbiasa hidup mewah sedari kecil. Apapun keinginannya terpenuhi hanya dengan jentikan jari. Kala roda kehidupan berputar, Atsumu yang terbiasa hidup mewah tak bisa dengan kehidupan serba berkecukupan.
Di lain hal, Sakusa Kiyoomi taipan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Wajah omega muda itu kini lebih berseri. Pipi tingginya merona dengan kulit halus nan kencang. Jari-jarinya tak henti berputar pada perutnya yang buncit.
Memasuki bulan ke enam perkembangan janinnya semakin baik. Shinsuke yang memeriksapun turut senang saat si calon bayi dan ibunya terlihat sangat sehat.
Bahkan saat usia kehamilannya bertambah, Shinsuke pikir Atsumu semakin cantik dan manis.
"Baiklah sampai bertemu bulan depan Atsumu. Tetap jaga pola makanmu dan atur stress mu dengan baik oke? Bulan depan kita akan memasuki trimester akhir dan itu artinya akan semakin dekat menuju waktu kelahiran."
Bibirnya melengkung indah. Ia menatap takjub pada bulatan penuh yang sesekali membuatnya sesak hingga sulit tidur. Pergerakan-pergerakan kecil calon bayinya kini lebih terasa dibandingkan bulan sebelumnya.
"Aku senang moodmu sangat baik."
"Mengetahuinya dalam keadaan sehat dan memiliki jari tangan dan kaki yang lengkap membuatku bahagia Kita-san."
Shinsuke ikut tersenyum. Manis sekali, omega yang mengandung memang nampak lebih manis.
"Kau mencintainya?"
Kelereng hazel itu menatap terkejut. "H-huh?"
"Bayimu, kau mencintainya?"
Atsumu tersenyum kecut. Ragu untuk menjawab.
"Apakah pantas untukku menaruh cinta terhadapnya, saat aku menukarkannya dengan sejumlah uang untuk kepentinganku sendiri? Aku bahkan malu saat mengucapkannya Kita-san."
Shinsuke melupakan hal tersebut. Dan ia rasa ia telah berkata hal yang membuat omega muda itu murung. Shinsuke menyesal menanyakannya.
—————————
Saat menikmati waktu tehnya dengan sapuan angin sejuk awal musim dingin Astumu kedatangan seorang tamu.
Sosok asing yang berlenggok angkuh mengangkat dagunya dengan tinggi sembari meandangnya rendah.
"Miya Atsumu, benar?"
Perempuan itu tidak menyodorkan tangannya. Ia hanya berdiri pongah di hadapan Atsumu yang bingung.
"Kekasih Kiyoomi, Orihara Aoi. Senang rasanya bisa menemui selingkuhan priaku secara langsung."
Astumu tersentak. Ia refleks terbangun hingga selimut tipis yang menutupi punggungnya berakhir terkapar di atas rerumputan. Ia tahu siapa itu Orihara Aoi, seorang model yang memiliki paras cantik dengan popularitas tak kalah dari Kiyoomi.
"Oh, bahkan kau hamil? Benar-benar pelacur sejati yang membuka kedua kakinya demi uang?"
Ia menangkup perutnya dengan gestur melindungi. Alaram bahaya berbunyi memenuhi kepala. Atsumu tahu jika yang dihadapannya ini seorang alpha. Meski bukan alpha dominan, namun auranya cukup kuat untuk menekannya.
"Dengar Miya Atsumu, pergi dari sisi Kiyoomi sesegera mungkin jika tak ingin kau dan bayimu berakhir meregang nyawa di tanganku."
Atsumu pun tahu jika itu bukan sekedar ancaman.
————————————
"Apa aku terlalu kasar tadi?"
Eita berujar cemas menatap kekasihnya yang terlihat tak bersemangat. Air wajah Rintarou bahkan tak seceria biasanya ketika mereka menghabiskan waktu bersama.
"Aku baik Eita, hanya memikirkan sesuatu."
Rintarou mengulas senyum tipis. Menghimpit tubuh telanjangnya kedalam pelukan kekasihnya. Ia merindukan Atsumu itu sebabnya Rintarou berubah murung. Enam bulan sudah sahabat pirangnya bertolak ke Miyagi, berkata jika ia akan tinggal dengan sanak saudara. Namun hingga hari ini tak satupun kabar atau sekedar pesan singkat yang Rintarou dapatkan darinya.
Eita mengeratkan rengkuhan. Menciumi surai coklat gelap kekasihnya sayang. Jika hal ini berhubungan dengan Atsumu, Eita tidak dapat berbuat banyak. Ia bahkan tidak bisa mengatakan hal sesungguhnya pada Rintarou.
"Aku merindukan Atsumu." Lirih Rintarou.
Kecurigaannya bertambah tatkala ia mendapatkan kabar bahwa ayah dari sahabatnya telah berpulang. Rintarou tentu saja hadir untuk memberikan penghormatan terakhir, namun hingga upacara selesai ia tak dapat menemukan Atsumu dimanapun. Sosok itu tak ada di sana dipemakaman ayahnya.
Sebenci itukah Atsumu pada sosok ayahnya?
"Ia menghilang bak ditelan bumi. Kuharap dimanapun ia, ia selalu baik-baik saja."
Eita tak dapat merespon apapun selain mengusap surai kekasihnya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.