empat belas

3K 352 10
                                    

Rintarou menatap punggung sahabatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rintarou menatap punggung sahabatnya. Memandangnya dengan rasa bersalah namun di sisi lain ia merasa lega Atsumu mengetahui kebenarannya. Punggung omega pirang itu nampak rapuh. Terduduk di kursi roda sembari menatap ke luar jendela dengan pikiran melalang buana.

Satu bulan sudah sejak kejadian di rumah sakit kala Rintarou membeberkan keburukan si super model berikut mantan kekasihnya. Satu bulan itu juga ia memboyong Atsumu meninggalkan Osaka sebelum akhirnya sampai di ibu kota untuk mendapatkan perawatan yang lebih memadai.

Ditengah rehabilitasinya untuk kembali memfungsikan kedua kakinya secara normal, Rintarou pun mengatur jadwal terapi psikologi untuk Atsumu. Bukan tanpa alasan, psikisnya sedikit terguncang. Ditengah kebenaran kematian ayahnya, Atsumu juga harus kehilangan bayi perempuannya yang belum sempat ia berikan nama. Meski hal itu termasuk dalam kesepakatan kontrak mereka.

Meski terlihat baik, Rintarou sesekali mendapati Atsumu tengah tersedu dengan selembar foto hitam putih berada dalam pelukan yang ia yakini si bayi saat masih dalam perutnya. Maka darinya keputusan memberi psikoterapi Rintarou pikir akan sangat berguna untuknya.

Tentang kontrak, Rintarou tidak dapat mengatakan Atsumu korban saat si pirang sendiri telah mencoretkan tanda tangannya di atas materai. Juga jangan kira Kiyoomi dan bawahan busuknya itu luput dalam menepati segala yang tertulis termasuk bayaran yang Atsumu terima berikut surat kepemilikan bangunan dan satu unit hunian mewah di pusat kota hyogo.

Namun kini tidak ada artinya lagi dibandingkan dengan binar redup Atsumu yang semakin layu.

"Rin, sudah lama di sana?"

Rintarou tersenyum lebar. Menghampiri sisi belakang kursi roda ikut menikmati pemandangan luar. Tadi malam salju turun dengan deras hingga seluruh kota nyaris ditutupi selimut putih pertanda musim dingin telah datang.

"Bagaimana sesi hari ini?"

"Mereka bilang aku mengalami kemajuan, jika terus berlatih dalam dua bulan aku bisa berjalan lagi."

Rintarou ikut senang melihat senyuman kecil di wajah sahabatnya.

"Maaf membuatmu repot sampai harus mengurusku. Aku banyak berutang padamu Rin."

"Ya, untuk itu cepatlah pulih dan mulai hidupmu yang baru disini."




—————————————————————




Kiyoomi menatap si kecil ngeri. "Kenapa bisa sekotor ini?" Tanyanya putus asa begitu mendapati wajah beserta baju putri kecilnya kotor dengan remahan biskuit.

"Diii!! Didiii!!"

Pria itu mengalah. Meraih tubuh si kecil untuk ia bawa dalam gendongan. "Daddy hanya pergi sebentar untuk memanggang roti, tapi lihat kekacauan yang sudah kau buat Ayu-chan?"

Bayi delapan bulan itu tertawa geli saat Kiyoomi menciumi pipi gembilnya gemas. Kelereng madunya menatap sang ayah berbinar menunggu ciuman lain yang diberikan pada wajahnya. Sementara Kiyoomi yang ditatap demikian hanya mampu tertawa renyah.

"Tidak ada ciuman lagi untukmu rubah kecil."

Hari demi hari berjalan lebih cepat dari yang ia rasa. Bayi kecil yang dulu hanya dapat tertidur seharian penuh saat ini mulai belajar merangkak ke sana kemari mengikuti Kiyoomi. Putri kecilnya bahkan telah mendapatkan gigi pertamanya beberapa bulan lalu.

"Aya!! Didi buuu!"

"Bocah cerewet, baa-chan sebentar lagi sampai. Dan kau harus kembali bersih Ayu-chan kau dengar daddy?"

Kelereng bundar itu menatapinya polos. Kiyoomi mau tak mau tersenyum. Mau dilihat dari sisi manapun Ayu— Ayumi memang jiplakannya nyaris seratus persen. Namun ketika menatap wajahnya lekat, Kiyoomi akan mendapati siluet lain hanya dari bola mata putrinya yang berwarna karamel.

"Sementara daddy bekerja, Ayu-chan akan bermain dengan baa-chan oke?"

Terlihat sedikit ganjil mendapati Kiyoomi yang dulunya dikenal dingin menjadi begitu hangat bahkan tak jarang mengoceh pada putrinya. Delapan bulan bukan waktu yang sebentar atau lama namun ada perubahan yang dibawa gedis kecil itu padanya.

Meski pada bulan-bulan pertama Kiyoomi kesulitan mengasuhnya bahkan untuk sekedar menyentuh alpha itu tidak mampu. Ada wajah Atsumu yang tertinggal di sana. Memorinya kembali terbawa pada hari dimana kebenaran terungkap. Tatapan kecewanya juga air mata omega pirang itu membekas dalam ingatan.

"Tolong jaga Ayumi lagi untuk hari ini kaa-sama. Ada meeting yang tidak bisa diwakilkan, aku belum bisa membawa Ayumi keluar hingga usianya dua tahun atau setidaknya saat ia bisa berjalan."

Sayaka mengangguk-angguk sekenanya asik menggodai cucu perempuannya yang cantik. Rasanya Sayaka patut bersyukur sebab Ayumi tipikal anak yang cerewet berkebalikan dari Kiyoomi saat bayi dulu.

"Ya, ya cepat pergi Kiyoomi. Ah, tentang ibu Ayu-chan bagaimana?"

Kiyoomi melengos pergi menghindari pertanyaan sang ibunda. Sementara alpha setengah abad itu mendengus tipis.

"Lihatlah ayahmu, ia berubah jadi pengecut seperti itu Ayu-chan."

Kiyoomi hanya belum mampu. Ia masih tidak memiliki muka untuk muncul di depan Atsumu.




 Ia masih tidak memiliki muka untuk muncul di depan Atsumu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vertrag ; SakuAtsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang