delapan

3.1K 367 36
                                    

Semarak nyanyian burung menjadi pertanda jika hari baru telah tiba menggantikan langit malam bertabur bintang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Semarak nyanyian burung menjadi pertanda jika hari baru telah tiba menggantikan langit malam bertabur bintang.

Atsumu mengelip beberapa kali. Mencoba memgumpulkan kesadarannya secara penuh, ia pikir pagi selalu datang dengan cepat. Sesekali menguap matanya membelalak nyaris memekik kala mendapati posisi intim dengan lengan kekar melingkar pada pinggangnya dengan posesif.

Feromon musk dan peppermint yang pertama menyambutnya diiringi dengkuran tipis yang menyapu pucuk kepala.

Kiyoomi di sini, memeluknya semalaman dengan begitu nyaman dan meminjamkan lengannya sebagai bantal untuk Atsumu. Wajah omega itu perlahan terbakar meninggalkan hawa panas dengan debaran jantung tak sabaran.

Posisi mereka saat ini bahkan tidak terhalang oleh apapun sebagai pembatas. Hanya kedua tubuh yang saling mendekap berbagi pelukan hingga fajar menyingsing. Bahkan Atsumu merasa jika keningnya dapat menyentuh dagu runcing Kiyoomi.

Berusaha melerai namun Atsumu mengurungkan niatnya begitu mendapati wajah lelap Kiyoomi yang sialnya masih terlihat tampan sekalipun dalam keadaan tidur. Jika ia bergerak mungkin istirahat pria itu akan terganggu, maka darinya biarkan Astumu menutup mata dan melanjutkan tidurnya. Yah sedikitnya hingga Kiyoomi bangun.


—————————



"Aku menolak perjodohan jenis apapun okaa-sama!  Dan hal ini tidak termasuk dalam acara minum teh yang sebelumnya okaa-sama minta."

Sayaka memijat peipis. Respon Kiyoomi benar-benar tepat sasaran seperti apa yang ia prediksi.

"Aoi-chan itu alpha sepertiku Kiyoomi. Jika putraku bersikeras menolak omega maka ibumu akan memilihkan orang yang ia pikir tepat."

Bangkit dari posisinya, Kiyoomi memandang dingin.

"Aku akan tetap menolaknya dengan atau tanpa alasan apapun."

Kiyoomi beranjak tanpa peduli sang ibu yang meneriaki namanya dengan keras. Ia dan gadis itu telah usai. Dan tak ada kisah lanjutan apapun yang ingin Kiyoomi tulis dengannya.

———————————————


"Miya, aku akan mengatakannya sekali dan dengarkan dengan baik."

Setelah tidur panjang keduanya menghabiskan waktu dengan obrolan ringan ditemani teh dan kue kering.

"Ayahmu telah berpulang. Beberapa hari yang lalu orangku menyampaikan berita ini. Maaf melupakan hal sepenting ini."

Lidahnya kelu. Ayahnya telah tiada? Omong kosong apa yang Kiyoomi katakan di siang bolong seperti sekarang?

Kiyoomi tahu sekali omega itu nampak terguncang. Bibirnya bahkan bergetar dengan air mata yang mengumpul di pelupuk mata. Kiyoomi bukannya sengaja melupakan kabar penting itu, ia melupakannya dan itu di luar kendali. Bukan karena dendam masa lalu atau bahkan karena hatinya yang sekeras batu.

Ia dalam masa sibuknya kala itu ketika Eita melapor jika orang tua Atsumu meninggal dunia. Orangnya mengatakan jika pria senja itu depresi lantas mengakhiri hidupnya akibat beban yang ia pendam seorang diri. Ayah Atsumu pastilah merasa kecewa juga rasa bersalah kian larut memikirkan nasib anak tunggalnya yang terlunta sendirian.

"Miya maafkan aku melupakan hal ini."

Meski begitu Kiyoomi tetap menyelenggarakan upacara pemakaman yang layak untuk mendiang.

Atsumu menggeleng dengan senyuman tipis yang dipaksa. "Tidak, meski terdengar sangat egois sebab ia meninggalkanku sendiri tetapi kupikir kini ayah tidak lagi tersiksa dengan beban hidupnya. Kuharap kini ia bisa bahagia."

Setetes liquid bening itu meluncur bebas diikuti dengan hujan tipis membanjiri tebing pipi sang omega. Atsumu terisak kecil ketika memorinya membawa pada sosok ayah yang begitu menyayanginya. Sekalipun, Atsumu tidak pernah menaruh kebencian pada sosok tersebut meski kehidupannya telah direnggut. Ayah sangat memanjakannya dan selalu menjadikan Atsumu yang pertama. Membenci pria tua itu Astumu pikir ia tak pantas.

"Kita bisa pergi ke Hyōgo jika kau ingin mengunjungi makamnya."

Wajah basah itu menandang sosok dihadapannya dengan secercah harapan dari balik bola matanya yang berair.

"B-bolehkah? T-api bagaimana jika berpapasan dengan Rintarou secara tak sengaja? Bagaimana jika— sesorang menyadari kehadiranku? Bagaimana—"

"Tidak akan ada. Tenangkan dirimu dan percaya padaku."

Atsumu kembali terisak. Dadanya terasa dihimpit batu besar. Sangat menyesakan. "Mau— aku mau mengunjungi ayah. Tolong antar aku menemuinya."

Kiyoomi akan mengabulkannya.

Dengan balutan pakaian tebal dan wajah yang ditutupi masker Astumu sampai di depan pusara ayahnya. Jemarinya menyentuh nisan dimana terukir nama pria yang menjadi cinta pertamanya.

Ia menautkan jemari. Memanjatkan beragam doa untuk mendiang beriring dengan ucapan maaf sebab tak bisa menjadi sosok yang dapat membanggakannya hingga ia wafat.

Kiyoomi tak ada disana. Ia membiarkan Atsumu dan mendiang ayahnya menikmati waktu mereka. Kiyoomi pikir Atsumu akan banyak bercerita dihadapan nisan baru tersebut dan kemungkinan besar lelaki itu akan menangis lagi.

"Sudah selesai?"

Atsumu mengangguk. Matanya terlihat bengkak dan memerah, maka tebakan Kiyoomi tepat jika lelaki itu pasti meluruhkan tangisnya.

"Ayo kembali ke Osaka jika kau tidak keberatan untuk kembali menyetir sepanjang hari."

Ia menyanggupinya. Merangkul pinggang Atsumu menggiringnya menuju mobil mereka.

"Ya, ayo kembali. Kau butuh istirahat."

Meski terlihat dengan tampang tak berdosa, kematian ayah Atsumu mungkin ada kaitannya dengan rencana Kiyoomi.

Meski terlihat dengan tampang tak berdosa, kematian ayah Atsumu mungkin ada kaitannya dengan rencana Kiyoomi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




asik double update 🤌🏻 ayo sama2 overthinking
happy weekend

Vertrag ; SakuAtsuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang