Chapter 11

15.5K 855 12
                                    

Valery menghela napas panjang, saat Rio mulai memelankan laju motornya memasuki kompleks rumah. Mereka berdua sampai dengan selamat mengingat betapa brutalnya Rio dijalanan.

Saat Rio memberhentikan motor digarasi rumahnya, Valery segera turun dan menoyor kepala Rio keras.  "Lo bawa motor kayak orang gila tau nggak!"

Rio yang tidak terima atas perlakuan Valery juga ikut  menoyor kepala Valery seperti yang Valery lakukan tadi. "Asal noyor kepala orang aja lo. Yang mau pulang bareng gue siapa hah?"

Valery menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, seraya tersenyun gaje. Ini semua gara-gara kak Davin! Tadinya Valery tidak mau pulang bereng Rio, setelah menimbang-nimbang dari pada uangnya habis untuk naik taxi mending pulang bareng Rio. Gratis.  

"Pulang sana!" hardik Rio kepada Valery, setelahnya ia meninggalakan Valery yang masih diam ditempat.

Merasa ada yang mengikutinya dari belakang Rio segera membalikkan badan, "Ngapain lo masih disini? Pulang sana!" usir Rio seraya mendorong tubuh Valery enyah dari rumahnya.

Valery menepis tangan Rio, berjalan masuk dengan santainya tanpa memperdulikan Rio yang terbengong di depan pintu masuk. Valery menghempaskan tubuhnya kesofa ruang tamu Rio, dilongarkan dasi yang serasa mencekik lehernya selama seharian sekolah.

Sadar dari lamunannya, Rio berjalan mendekati Valery dan menarik tangan Valery dengan kasar supaya keluar dari rumah.

"Siapa yang nyuruh lo masuk?"

"Gue main rumah lo dulu deh Yo. Rumah gue kosong, mama lagi pergi ke luar kota!"

"Ogah! Pulang nggak lo!"

"Yee! Nyokap lo aja selow-selow aja gue main kesini!"

Rio menghela napas panjang, percuma ngalawan cewek kaya Valery! Rio melepaskan cengkraman tanganya di lengan Valery dan melangkah pergi menuju kamar untuk menganti baju.

"Yo! Gue haus nih. Ambilin minum dong!"

What!

Rio memberhentika langkahnya yang sedang menaiki tangga. Membalikan badan, Rio menatap Valery tajam. "Ambil aja sendiri dibelakang!"

Setelahnya Rio kembali menaiki anak tangga hingga sampai di depan pintu kamarnya.

Terserah! Mending gue diem dikamar aja biarin dia sendirian di ruang tamu!

Setelah Rio mengganti baju seragam sekolah, ia menghempaskan tubuhnya diatas kasur seraya mengutak atik ponsel. Rio menghentikan jari tanganya yang tengah menscroll layar ponsel dengan tiba-tiba. Pikiranya kini melayang ke Valery yang masih berada dirumah.

Bagaimana kalau Valery menghancurkan dapur beserta barang-barang lain yang berada dirumahnya mengingat cewek trouble maker itu berkeliaran dirumah, ditambah lagi si empunya rumah tidak memperdulikan keberadaan Valery.

Kini pikiran buruk tentang Valery berputar-putar dikepala Rio. Dengan cepat Rio bangun dari tidurnya, membuka pintu kamar dan turun kebawah menuju ruang tamu.

Saat tiba disana, ia melihat sofa yang diduduki Valery tadi sudah kosong.

Gawatt!!!!

Rio berlari menuju dapur, benar saja Valery sudah duduk manis dimeja makan. Rio memperhatikan dapur yang masih sama persis seperti pagi tadi.

Untung dapur gue nggak kenapa-kenapa, batin Rio.

Kini pandangan Rio jatuh ke Valery yang sedang makan sesuatu dengan lahapnya diatas meja. Perlahan Rio mendekati Vale, Rio membulatkan matanya tak percaya. Valery tengah menikmati sekotak eskrim kesukaanya denga lahap.

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang