Chapter 21

10.5K 602 64
                                    

Langkah besar Davin membawanya menyusuri koridor kelas XI menuju salah satu ruang kelas yang sudah Davin ketahui sejak beberapa Hari yang lalu. Davin yakin ini semua ada sangkut pautnya dengan cowok phisyco itu. Selama ini semuanya baik-baik saja, kehidupan Valery berjalan seperti biasanya. Setelah dia tiba-tiba muncul dan menjadi murid di sekolah ini adiknya, Valery, sepertinya sangat terusik dengan kehadiran orang yang membuatnya kembali mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu.

Saat sampai didepan pintu kelas, Davin membukanya dengan kasar menimbulkan kebisingan didalam sana. Matanya menelusuri seluruh ruang kelas, saat di pojok ruangan orang yang Davin cari berada disana.

Dengan cepat Davin menghampirinya mengangkat kepalan tanganya diudara lalu menghantam wajah Juno dengan keras.

Bunyi teriakan memekakkan telinga Davin. Kala penghuni kelas itu melihat Davin memukul wajah Juno yang kedua kalinya membuat sudut bibir Juno mengeluarkan darah. Suasana kelas yang tadinya biasa saja, kini menjadi tegang.

Davin mencengkram erat kerah baju Juno lalu mendekatkan wajahnya, "itu semua kerjaan lo 'kan?!" hardik Davin di depan wajah Juno.

Juno menghapus darah yang mengalir dari sudut bibirnya dengan santai lalu menatap Davin dengan senyum miring. "Davin! Long time no see? Lo apa kabar?"

Davin mengatupkan kedua rahanya kuat, "Gue serius! Itu semua kerjaan lo kan? Lapangan indoor!!"

Juno memutar bola matanya, "Maksud lo apaan? Gue nggak ngerti. Gue dari tadi di kelas." Mata Davin mentap Juno curiga. Davin yakin itu rencana awal Juno utuk kembali mengusik kehidupan Valery.

"Kita baru selesai kelas Fisika kak. Dari tadi Juno emang di kelas."

Salah satu murid memecahkan ketegangan yang tengah menyelimuti mereka. Juno melirik kekanan diikuti Davin yang memutarkan kepalanya kebelakang. "Lo dengerkan apa yang dia bilang? Gue dari tadi di kelas." ujar Juno kemudian seraya meringis merasakan sudut bibirnya mulai berkedut dan terasa perih.

Davin melepaskan cengkramannya, menghempaskan tubuh Juno kebelanag dengan keras lalu meninggalkan kelas Juno dengan luapan emosi yang tertahan.

Kedua tangan Davin masih terkepal kuat, rahangnya terkatup rapat menahan emosi yang tidak bisa ia luapkan pada Juno. Sepanjang koridor semua pasang mata memperhatikannya, beberapa adik kelas menatap Davin takut.

Davin tidak menggubris itu ia melangkahkan kakinya menuju UKS tempat dimana Valery berada.

Azel yang baru mengetahui kejadian beberapa menit yang lalu dari Rio segera menemui Valery menghambur dalam pelukan Valery. "Kenapa lo bisa pergi sendirian?!" ujar Azel setengah kesal. "Lo baik-baik aja? Badan lo nggak ada yang lecet? Lo nggak diapa-apain sama orang itu kan?"

"Ah! Azel stop it! Gue pusing."

Azel memanyunkan bibirnya mendengar jawaban Valery.

"Gue tadinya cuma ke loker, gue pikir nggak perlu ditemenin. Taunya kejadian kayak tadi. Kalo gini terus mental gue yang kenapa-kenapa!" keluh Valery sambil memejamkan matanya.

"Eh, kak Davin udah dikasih tau kalo Vale-"

"Udah, gue juga udah bilang kalo Valery gue bawa ke UKS." jawab Rio memotong kalimat Azel.

Azel mengangguk pelan lalu mentap wajah Valery yang tengah tertidur dengan sendu. "Selama ini lo baik-baik aja kok Val di sekolah. Sekarang kenapa lo jadi di teror melulu? "

Bunyi derit pintu membuat Rio dan Azel mengalihkan pandanganya. Davin bediri disana mentap mareka satupersatu setelah itu menatap Valery lama.

Davin menghampiri mereka, duduk ditepi kasur memperhatikan wajah damai Valery saat tidur.

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang