Chapter 18 :: Juno's Story

12.7K 741 55
                                        

Saat pintu kamar kembali tetutup Valery dan Azel saling berpandang, "Kak Davin kenapa?" tanya Azel heran kerena kemunculan Davin yang tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu datang dengan wajah yang sulit diartikan.

Valery mengendikkan bahu, ia sendiri juga heran tidak biasanya Davin masuk tanpa mengetuk pintu. "Nggak tau."

"Ih! Kak Davin resek, ceritanya jadi kepotong kan!" gerutu Azel sedikit kesal.

Valery memanyunkan bibirnya, sekarang ia jadi penasaran apa yang akan Kakak-nya sampaikan. Dari raut wajahnya Valery sudah bisa menebak sesuatu yang akan Davin sampaikan itu pasti sangat serius.

"Yah, malah ngelamun dia!" Azel menjentikkan kedua tangannya di depan wajah Valery.

"Hais! Iya iya gue lanjutin." mendengar apa yang Valery ucapkan Azel memperbaiki duduknya, mencari posisi yang berbeda dan nyaman.

"Jadi, tepat satu minggu setelah kejadian Juno bilang pernyataan itu, ada yang aneh dari Juno dia tiba-tiba nggak masuk sekolah, tanpa ada surat keterangan ataupun kedatangan bibi Zill langsung nemui wali kelas untuk minta izin berhalangan masuk. Kemungkinan dari semua kemungkinan yang gue mungkinkan mungkin, Juno sakit, izin, malas sekolah, atau apalah dari semua kemungkinan kemungkinan lainya. Setiap kali gue coba nelfon, nomornya nggak aktif. Juno bener-bener menghilang dia nggak pernah ngasih sedikit kabarpun..."

Flashback on....

Valery's POV.

Sudah satu minggu lebih Juno benar-benar tidak ada kabar, hilang dari peredaran. Beberapa kali aku mencoba untuk menghubungi Juno, hasilnya nihil, ponsel Juno tidak pernah aktif. Aku sendiri sudah mencoba menghubungi nomor bibi Zill beberapa kali tapi, nomornya juga tidak bisa di hubungi. Sempat aku bertemu beberapa pengawal Juno saat mereka tiba-tiba datang ke sekolah mereka tidak ada satupun yang menjawab semua pertanyaan yang aku ajukan mulai dari dimana Juno sekarang, apakah Juno baik-baik saja, atau mungkin Juno sedang pergi keluar kota.

Aku mencoba mencari tahu dimana letak tempat tinggal Juno, hasilnya juga nihil. Jujur, selama aku berteman denganya aku sama sekali tidak tahu dimana rumahnya. Aneh memang, kami dekat tapi aku sendiri tidak tahu dimana letak tempat tinggal Juno. Setiap kali aku menanyakan alamat rumahnya Juno tidak pernah menjawab ia segera mengalihkan topik pembicaraan.

Aku melempar tas diatas sofa kebiasaan buruk yang sulit dihilangka, aku melangkahkan kaki menuju dapur mengambil segelas air dan menenggaknya sampai habis setelah itu menuju lemari pendingin mencari keberadaan es krim rasa vanila dan kembali lagi ke ruang keluarga menghempaskan tubuhku diatas sofa. Aku kembali memperhatikan ponsel kalau-kalau Juno menghubungiku.

Aku menghela napas tidak ada satupun notifikasi masuk. Aku memasukkan satu sendok es krim ke dalam mulut begitu seterusnya. Mataku melirik koran yang berada di atas meja, penasaran apa berita yang disampaikan, aku meraih koran tersebut menyingkirkan kotak es krim di atas meja.

Pandanganku terpaku pada headline news yang tertera disana tertulis, 'Syahriez Company mengalami kebangkrutan.'

Syahriez Company, nama yang tidak asing, aku berusaha mengingat nama itu, seperti familiar. Mataku membulat saat memori ingatanku kembali, aku meraih ponsel yang berada di saku seragam sekolah kembali mencoba men-dial nomor Juno, tersambung.

Aku mengatur napas, sambil bolak-balik kesana- kemari menunggu jawaban. Aku kembali men-dial nomor Juno masih juga tidak diangkat. Apa mungkin selama ini Juno tidak bisa dihubungi dan menghilang tanpa kabar karena berita ini?

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang