Davin menghembuskan napas panjang, seperti sedang memikirkan sesuatu. Setelah meyakinkan Valery bahwa semuanya akan baik-baik saja meskipun cowok psiko itu berkeliaran disekitar mereka, Davin tetap harus waspada, takut kalau saja Dia akan membuat Valery kembali mengingat kejadian buruk itu.
Bagaimana caranya Dia bisa kembali lagi, dan dari mana Dia tau kalau Valery sekolah disini. Jangan-jangan Dia juga masih ingat dimana letak tempat tinggal keluarganya. Davin meremas rambutnya, ia harus mengetahui apa motiv Dia kembali muncul. Davin menuju parkiran sekolah, menuju mobil dan masuk ke dalamnya. setelah keadaan disekitarnya aman dan tidak ada yang mencurigakan Davin mengambil ponsel yang berada di saku baju seragamanya, men-dial nomor seseorang yang ia kenal.
"Hallo... Gue butuh batuan lo sekarang."
"...."
"Inget kejadian Valery waktu itu?"
"...."
"Nah, tolong cari tau kenapa itu cowok psiko bisa balik lagi kesini."
"...."
"Gue butuh informasinya cepat, gue harap anak buah lo bisa diandalkan."
tuttut...
Davin kembali menghembuskan napasnya panjang, memejamkan matanya lama. Yang ia harap Cowok itu hanya menuntut ilmu disini, bukan membuat sesuatu yang bakalan membahayakan Valery. Davin mendesis, ia tidak yakin kalau cowok gila itu tidak akan membuat hal yang macam-macam.
***
Pot yang tadi pecah beserta bunganya, kini sudah di pindahkan ke belakang sekolah. Valery memperhatikan pecahan pot beserta bunganya yang tergeletak tak jauh dari sana dengan bingung. Hukuman yang ia harapkan bukan ini, lebih baik membersihkan kaca, taman sekolah, koridor ataupun yang lain, jangan yang seperti ini. Tadi waktu jam istirahat kedua berbunyi, namanya sudah mengalun keras kesepenjuru sekolah melalui speaker dengan suara Ibu Mila yang sangat nyaring.
Semua siswa-siswi dan juga para guru sangat hapal, bahwa setiap nama Valery dipanggil melalui speaker sekolah pasti sudah tahu kalau ia membuat ulah lagi. Azel dan putri yang berada disamping Valery melihatnya dengan serius saat Valery melihat pecahan pot yang berantakan itu tanpa minat.
Saat sampai didepan pintu ruangan Ibu Mila, Valery mengetuk pintu itu membukanya segera sebelum ibu Mila mengizinkan.Valery duduk dikursi yang disediakan berhadapan langsung dengan Ibu Mila setelah Ibu Mila memberikan isyarat untuk duduk.
Ibu Mila menatap Valery lama, sedangkan Valery masih memasang wajah datarnya. "Saya udah nggak tau lagi mau ngasih hukuman apa. Setelah saya pikir, kamu lebih baik menanam kembali bunga saya. Kembalikan bunga saya seperi semula."
Kali ini nada bicara Ibu Mila sangat berbeda, terdengar seperti keluhan dan nada yang sangat lembut tapi tidak terdengar lembut seperti terlalu lelah untuk berbicara dihadapan Valery tidak seperti biasanya, selalu menaikan intonasi nada atau berbicara sinis saat bertemu Valery.
"Saya harus nanam bunga? Persis kaya semula? Lah , potnya 'kan pecah bu?" ujar Valery tanpa dosa membuat wajah Ibu Mila berubah menyeramkan.
Akh! Ini pasti terdengar buruk nantinya.
"Untuk pot itu urusan kamu yang saya tau bunga saya harus kembali seperti semula!!!" ibu Mila membulatkan matanya sempurna kesal karena menyesal sudah berbicara lembut kepada Valery.

KAMU SEDANG MEMBACA
Valery
Teen FictionSiapa sih yang nggak kenal Valery? Cewek trouble yang terkenal di kalangan guru dan anak-anak di sekolahnya. Dan pada suatu hari, ia dipertemukan kembali oleh musuhnya sejak ia duduk dibangku sekolah dasar . Namanya Andrio. Si cowok super cool, p...