Azel merebahkan tubuhnya diatas kasur ukuran queen size milik Valery, sambil menuggu Valery keluar dari kamar mandi karena terlalu asik membersihkan tubuhnya sampai lupa bahwa Azel menunggunya dengan bosan. Akhirnya setelah lebih dari 15 menit menunggu, Valery muncul juga sudah lengkap menggunakan piama tidur warna biru dengan gulungan handuk diatas kepalanya.
Azel bangun dari posisi terlentangnya, masih diatas kasur seraya menyilangkan kaki mencari posisi duduk yang nyaman. "Sesuai janji lo Vale, sekarang ceritain semuanya!"
Valery mendesah panjang, mungkin inilah saatnya ia membagi cerita kepada sahabatnya, Azel. Valery menyandarkan punggungnya pada penyangga tempat tidur, setelah itu memejamkan matanya sebentar. "Mau yang mana dulu? Rio atau Juno?"
Azel diam sejenak, setelah itu menepukkan kedua tangannya keras membuat Valery kaget. "Rio! Gue penasaran banget ada hubungan apa lo sama Rio?"
Valery memutar mata bosan ia sudah tahu Azel pasti menanyakan tentang ini.
"Rio..." Valery diam sejenak setelah itu kembali melanjutkan. "Awal kita ketemu waktu kelas 3 SD kalo nggak salah. Dia murid pindahan waktu itu, gue nggak tau tepatnya dia pindahan dari mana. Dari penilaian gue pastinya Rio dari luar negri karena wajah kebule-buleanya itu kelihatan banget. Waktu itu gue lagi buru-buru dan Rio celingak-celinguk nggak jelas akhirnya kita tabrakan dan dari situ gue sama Rio saling salah menyalahkan sampai gue tiap hari selalu ngerjain dia karena nggak terima ditabrak dan kenyolotan Rio yang bikin gue semakin geram sama dia,
"Hari itu, gue lupa hari apa yang jelas Rio dateng ke sekolah sama mamanya, ternyata kedatangan mamanya ke sekolah mau ngurusin kepindahan Rio. Waktu tau Rio pindah sekolah gue seneng banget nggak ada lagi manusia macam Rio disekitar gue. Gue kira Rio balakan pindah besok atau seminggu kemudian, taunya Rio-"
"Pindah di hari itu juga?" sela Azel ditengah percakapan panjang Valery.
"Azel, please, jangan motong!"
Azel memamerkan rentetan gigi putihnya tidak merasa bersalah. "Lanjutt..."
"Seperti dugaan yang lo bilang, Rio pindah di hari itu juga dan nggak tau dia pindah kemana. Beberapa hari setelah kepindahan Rio gue ngerasa tentram banget, nggak ada cowok songong kaya Rio lagi di sekolah. Tapi, setelah itu gue ngerasa kesepian soalnya nggak ada lagi orang yang bakalan gue jahilin tiap hari. Setelah beberapa tahun Rio nggak ada kabarnya dan dimana keberadaanya disaat itu juga gue udah ngelupain Rio."
"Terus, awal lo ketemu sama Rio lagi gimana??" tanya Azel yang masih kepo.
"Waktu pertama kali ketemu Rio itu... kalo nggak salah pas gue nganterin kue ke rumah dia,"
"Di hari pertama Rio pindahan dan resmi jadi tetangga baru?"
"Exactly! Tapi saat itu gue masih belum tahu kalo dia itu Rio. Lo inget waktu kaki gue kesandung pas dikanti waktu itu? Ehm... Awal kita masuk sekolah, lo inget?"
Azel mengingat kembali apa yang Valery bilang, mengembalikan memori otaknya yang sering kali lupa. "Ohh.. Gue inget! Waktu dia ngucapin nama lengkap lo selengkap-lengkapnya 'kan Val?"
"Nah iya! Dari situlah dan sampai sekarang gue inget kalo dia itu Rio si anak mami yang dulu dan sampai sekarang sering gue jahilin."
"Terus tadi kalian kemana? Pake ada adengan drama Korea pula di depan rumah. Menggelikan ihh!" ujar Azel dengan wajah yang sulit di artikan.
"Kita dari taman kompleks dan nggak ada adengan drama Korea menggelikan seperti yang lo bilang Azel!"
Azel menyipitkan kedua matanya curiga, kenapa tiba-tiba Valery dan Rio jadi akrab dan pergi ketaman bersama. "Hayo... Ngapai kalian ketaman berdua?"
"Main sama anak-anak tetangga satu kompleks lah Zel, seru tahu main kejar-kejaran sama mereka."
"Ah lo mah modus!" sindir Azel langsung dan di hadiahi cubitan maut dari Valery.
Dengan wajah kesakitan Azel mengelus lengan yang tadi di cubit Valery. Menatap Valery kesal yang sekarang sudah merubah posisinya menjadi tiduran diatas kasur.
Valery memejamkan matanya sejenak merasakan desiran aneh yang tiba-tiba ia rasakan saat kembali mengingat bayanga mata coklat Rio yang berada sangat dekat sampai-sampai aroma parfum Rio menyeruak masuk ke dalam rongga hidungnya dan juga tawa lepas Rio yang sangat jarang terjadi....
PLAKK
Dengan santainya Azel menepis kening Valery, meninggalkan bercak merah disana membuat Valery mengadu kesakita. "Aww Azela lo bener-baner...."
"Lo sih! Ceritanyakan belum selesai udah mau tidur aja. Sekarang ceritain cowok yang nggak sengaja ketemu pas istirahat tadi siang. Siapa tadi namanya?"
Valery kembali menghela napas panjang, "Juno."
"Nah itu dia, Selama gue kenal ama lo nih ya Val, cuma cowok itu yang nggak tahu kenapa bikin lo jadi ketakutan."
Azel menatap lekat wajah Valery yang sedang memejamkan matanya, entah apa yang sedang ia pikirkan. Setelah bertemu Cowok tadi Valery berubah aneh seperti ini, menjadi lebih sedikit pendiam.
Velery bangun dari posisi tidurnya, duduk bersila dihadapan Azel dan menatap Azel dengan serius. "Gue bakalan ceritain semuanya, tapi tolong jangan pernah motong cerita yang bakalan panjang ini!"
Azel mengedipkan matanya beberapa kali kaget melihat Valery yang tiba-tiba bangun dan menatapnya serius. "Ish! Wajah lo nggak usah di sok seriusin deh Val, serem gue ngeliatnya!"
"Gue ajak serius lo malah ngajakin bercanda!" ujar Valery kesal.
"Lo 'kan jarang banget masang wajah serius yah gue kaget aja!" Azel mencebikkan bibirnya menatap Valery dengan wajah merasa bersalah.
"Seperti yang lo bilang. Lo penasaran sama Juno 'kan? Gue bakalan ceritain semuanya. "
=== === ===
An:
Sory ya kalo chapter yang ini pendek. Next chap bakalan secepatnya dilanjutin, kalo nggak jumat, sabtu, kalo nggak sabtu, minggu hehehe :D
Bocoran buat chapter selanjutnya, yang penasaran banget sama Juno dan kepengen flashbacknya juno next chap bakalan terbongkar sedikit XD hihihi...
Vote dan komen jangan lupa yee...
-RW

KAMU SEDANG MEMBACA
Valery
Teen FictionSiapa sih yang nggak kenal Valery? Cewek trouble yang terkenal di kalangan guru dan anak-anak di sekolahnya. Dan pada suatu hari, ia dipertemukan kembali oleh musuhnya sejak ia duduk dibangku sekolah dasar . Namanya Andrio. Si cowok super cool, p...