Chapter 15 - 2

15.3K 835 52
                                    

Valery berlari masuk ke dalam rumah persis seperti anak kecil, mencari keberadaan mamanya dan memeluknya erat. "Mama... Vale cantik pulang!"

Davin yang berada di belakang Valery menggeleng pelan, kelakuan adiknya memang persis seperti anak kecil, tapi saat dia dinilai seperti anak kecil Valery pasti akan marah.

Saat Davin sampai dilantai dua ia memperhatikan Valery yang memeluk mamanya erat. Valery memang pintar ber-acting, Davin akui itu. Disaat dirinya sedang sedih dia masih tetap menampilkan wajah cerianya. Kalu saja Valery artis mungkin dia akan mendapatkan bayak piala award karena kepintaran ber-actingnya itu.

"Ih.. Ganti baju dulu sana. Kamu bau asem!" ujar mama Valery langsung sambil menutup hidungnya.

Valery mencium aroma tubuhnya sendiri, setelah itu mengerucutkan bibirnya. "Wangi gini dibilang asem."

Valery kembali memeluk mamanya erat, memejamkan matanya lama dibahu mamanya. Valery ingin sekali menceritakan semua kejadian yang ia alami hari ini. Tapi, ia lebih memelilih saran yang Davin berikan.

Vina -mama Valery- menatap anak perempuan satu-satunya ini dengan bingung, tidak biasanya Valery bersikap manja seperti ini. "Kamu kenapa sayang? Kamu bikin masalah lagi di sekolah?"

Valery menggelengkan kepalanya masih dengan pelukan yang erat. "Nggak, Pengen peluk mama aja."

"Oh iya. Hampir lupa. Tadi, Maura nelfon mama.Dia bilang kalo kamu udah pulang kamu langsung ke rumah dia." jelas Vina sembari membaca majalah yang ada ditanganya.

Valery melepaskan pelukannya, "Kenapa ya ma?" tanya Valery bingung.

"Nggak tau. Mama iya iyain aja tadi. Sekarang kamu ganti baju terus pergi ke sana." perintah Vina pada anaknya

Mendengar perintah mamanya,Valery segera melesat menuju kamar. Mengganti baju seragamnya menjadi baju rumahan setelah itu kembali ke bawah.

"Ma Vale ke rumah tante Maura entar ya!" teriak Valery sambil berlalu menju rumah tante Maura.

Belum sempat Valery menekan bel rumah, tiba-tiba pintu terbuka dan munculah tante Maura dengan wajah cantiknya menyambut Valery dengan senang.

"Udah tante tungguin dari tadi." ujar Maura seraya mempersilahkan Valery masuk.

Valery mengikuti Maura dari belakang mengernyit heran saat sampai di dapur. "Tante mau masak apa?" tanya Valery langsung.

"Tente mau bikin kue. Kamu bantuin tante ya."

Mendengar ucapan yang dilontarkan Maura membuat Valery meringis kecil. "Vale nggak bisa masak tan. Emang tante mau dapur tante nanti ancur gara-gara Vale? Yah tante tau sendirikan kalo Vale..."

Maura hanya menyunggingkan senyuman setekah ity memegang tangan Valery lembut. "Nah kalo gitu, tante bakalan ajarin kamu masak. kamu harus hati-hati dan jangan ceroboh."

"Tante baik banget sih. Kalo mama tau Vale masuk dapur tante, mungkin Vale bakalan ditarik pulang takut dapurnya kanapa-kenapa."

Maura menaikan satu alisnya bingung. "Kenapa gitu?"

"Tente nggak tau aja mama cerewetnya minta ampun kalo Vale masuk dapur. Mama selalu bilang gini. 'Vale ngapain kamu didapur? Jangan pegang pisau entar tangan kamu luka. Jangan pegang toples atau apapu entar tumpah terus pecah dan yang paling penting jangan sentuh sedikitpuh kompor! Entar dapur kebakar lagi!' " jelas Valery tersungut-sungut sambil meniru gaya mamanya saat mengomeli Valery kalau berada dikawasan dapur.

"Dapur kamu pernah kebakar?"

Velery meringis seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hampir kebakar tan karena Vale nggak hati-hati waktu itu."

ValeryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang