"Oi! Lo lagi mikirin apaan sih?" teriakan tiba-tiba Rio yang cukup keras itu membuat Valery terkejut dan segera mengangkat wajahnya.
"Lo rese banget sih!!"
Duagk
Rio meringis kesakitan akibat perbuatan Valery yang dengan cepat minginjak kaki Rio dengan kuat dan akhirnya lutut Rio juga ikut membentur meja karena Riorefleks mengangkat kakinya.
"Lo kejam banget! Udah dua kali ya lo nginjek kaki gue!"
"Lo sih, ngagetin gue!" bentak Valery tidak mau kalah.
"Lo lagi mikirin apaan?" tanya Rio mulai serius.
"Iihh, kepo banget!" Valery memutar matanya dengan wajah mengejek.
"Gue serius. Aneh aja liat lo bengong. Biasanyakan lo kaya bocah hiperaktif yang nggak bisa diem." ucap Rio dengan cuek membuat Valery membulatkan matanya.
"Heh! Lo bilang gue bocah? Hello Rio gue udah kelas XI dan lo masih bilang gue bocah? Wah mata lo mines berapa sih?"
"Apa yang gue bilang bener kok. Lo itu masih kaya anak kecil yang suka teriak sana-sini. Persis seperti yang lo lakuin tadi."
Valery mengepalakan kedua tangannya kesal, mendengar ucapan Rio yang terdengar seperti sindiran. Rio yang melihat raut wajah Valery yang berubah merah menahan amarah hanya menatapnya cuek, seakan tidak tau apa yang baru saja ia katakan.
Suasana diantara mereka berdua sedikit horor melihat betapa merahnya wajah Valery yang siap meluap saat ini juga tapi, karena kehadiran waiter yang tiba-tiba datang membawa pasanan mereka membuat Valery menatap waiter itu tajam.
Setelah meletakan pesanan yang mereka pesan diatas meja, waiter itu meninggalkan Valery dan Rio dalam keadaan hening. Rio sudah menyantap makanannya dengan lahap, sedangkan Valery masih menatap Rio tajam.
Rio menengadahkan wajahnya melihat Valery, Rio tau sedari tadi Valery menatapnya seperti ingin membunuhnya saat ini juga, tapi Rio pura-pura tidak tahu akan hal itu.
"Kenapa nggak dimakan?"
Valery mengebrak meja dengan keras membuat seluruh pasang mata di restorant ini beralih melirik ke meja mereka kembali. Dengan kesal Valery menyambar sendok dengan cepat dan menyantap makanan nya dalam diam. Rio tersenyum kecil disela-sela makannya melihat wajah cemberut Valery yang membuat pipinya semakin tembam saat ia mengunyah makanan nya.
Satu hal yang Rio ketahui bagaimana cara membuat Valery marah. Ya itu, menyamakanya dengan anak kecil.
Rio lebih dulu selesai makan, dibanding kan Valery yang makanya sangat lama. Rio memperhatikan Valery yang menatap makanannya dengan enggan. Mood Valery benar-benar hancur sekarang. Ia kesal atas ucapan Rio yang menyamakanya seperi anak kecil. Iya sih, kalau dipikir-pikir Valery memang selalu teriak sana-sini tapi, Ya... Itu memang kebiasan Valery yang sangat susah dihilangkan.
Setelah selesai makan Valery dan Rio beranjak pergi dari sana, menuju basement dan kembali pulang ke rumah. Valery masih diam begitu juga Rio, sesekali Rio melirik Valery pandanganya lurus kedepan. Saat mereka sudah berada di dalam mobil Valery masih diam, membuat Rio sedikit risih melihat Valery diam seperti itu.
"Beneran ngambek ni anak.'' batin Rio.
"Masih marah?" tanya rio dengan polosnya.
Valery masih diam tidak menanggapi pertanyaan Rio. Pikir sendiri lahhh! Ihh! Gerutu Valery dalam hati.
"Gue boleh tanya sesuatu?" pertanyaan kedua yang diberikan Rio, membuat Valery menoleh ke arah Rio dengan bingung. Melihat Valery yang hanya diam saja membuat Rio menyimpulkan bahwa raut wajah Valery seperti mengatakan 'lo-mau-nanyain-apa?'

KAMU SEDANG MEMBACA
Valery
Teen FictionSiapa sih yang nggak kenal Valery? Cewek trouble yang terkenal di kalangan guru dan anak-anak di sekolahnya. Dan pada suatu hari, ia dipertemukan kembali oleh musuhnya sejak ia duduk dibangku sekolah dasar . Namanya Andrio. Si cowok super cool, p...