Hai jangan lupa vote dan komen ya.
Happy Reading
Satu minggu telah berlalu, Kini Lili resmi tinggal di rumah tetangganya itu. Alias rumah keluarga Raygan. Varel memboyong putri dari sahabatnya untuk tinggal dirumahnya. Ia mewanti-wanti jika ada hal buruk yang akan terjadi jika anak gadis itu harus tinggal sendirian.
Perusahaan besar Williams Grup resmi diambil alih oleh Pewaris tunggalnya. Yaitu Lili William. Untuk sekarang Lili mempercayakan langsung seluruhnya kepada Varel dan orang-orang kepercayaan Papanya dulu. Hanya Varel yang bisa menghandle perusahaan besar itu. Ia masih harus belajar lagi.
Kamar gadis itu bersebelahan langsung dengan kamar Vino dan Ilham. Kamar bernuansa Lilac itu tepat berada ditengah-tengah kamar putra keluarga Raygan.
Sekarang hari senin, Gadis itu sudah akan mulai sekolah seperti biasanya. Ia harus menuntaskan sekolah kejuruannya dua bulan lagi.
Selepas itu dia akan fokus untuk belajar memegang perusahaan sendiri. Dia tidak mau terlalu lama merepotkan keluarga ini besar yang sudah sangat baik kepadanya.
Tokk tokk tokk
Suara ketukan itu membuat dia menoleh kearah pintu yang terbuka sedikit. Menampilkan sosok Anggun yang seakan meminta izin masuk kedalam kamarnya.
“Tante masuk ya?” Ucap Anggun
“Masuk aja tan, Lili lagi siap-siap bentar”
Anggun berjalan kearah Lili yang tengah bercermin di depan kaca sambil menyisir rambutnya.
Anggun mengambil alih sisir itu. Mengelus lembut puncak kepala Lili seperti tengah menyisir rambut putrinya sendiri.
“Ada apa tan?” Lili sedikit demi sedikit sudah mulai mencoba bangkit dari keterpurukannya. Gadis itu tidak ingin egois, membuat orang yang ada disekitarnya ikut sedih akan keadaannya. Terutama Anggun. Wanita itu sudah berusaha kuat mengisi kekosongan dan berupaya menjadi ibu yang baik untuk putri sahabatnya itu.
Walaupun berbeda, tapi Lili tidak benar-benar kehilangan sosok Mama di hidupnya. Karena Anggun memainkan dengan baik peran ibu baginya.
“Nanti sebelum berangkat Om Varel ada yang mau di omongin.” Anggun menyampaikan maksudnya datang kemari.
“Oh ya udah nanti pas sarapan aja gimana tan?” Lili mendongak menatap Wajah Anggun yang masih Cantik bahkan diusianya sekarang. Tidak kalah cantik dengan Mamanya.
“Iya. Ya udah tante ke kamar Vino dulu ya jangan lama-lama siap-siapnya ini hari senin ntar kalian telat.” See? Anggun benar-benar seperti ibu sambungnya.
Memang sial atau apalah itu. Memang seharusnya Lili dan Vino tidak boleh disatukan. Mereka tumbuh bersama, sebelas dua belas sifat mereka pasti sama. Terutama sifat ngaretnya! Tidak ada yang bisa menandingi.
Tepat pukul tujuh gerbang sudah ditutup. Jadilah keduanya telat mengikuti upacara rutinitas setiap senin pagi.
“Gara-gara lo ni, kita telat kan.” Lili menggerutu gadis itu masih kesal perihal Vino yang banyak melamun disaat sarapan pagi tadi.
“Ya lo kira aja kali, gimana gue ngga kaget sama ucapan bokap tadi.” Balasnya
Kini keduanya sudah berada di rooftop sekolah. Keduanya sudah terlalu sering seperti ini. Terutama Vino, dia akan bolos jika di jam pelajaran umum. Dan akan sangat fokus jika kelasnya sedang belajar TI sepenuhnya.
