23

99 18 0
                                    

Happy Reading

Akhiri Drama ini
Hari sudah menunjukkan pukul 7 malam. Teman-teman mereka sudah kembali sebelum magrib tadi.

Lili kini tengah menyiapkan makan malam seadanya. Hanya ada tumis toge dicampur udang dan telor ceplok satu.

Lili sudah memanggil Vino dan kini tinggal menunggu Vino datang.

“Kok telurnya cuma satu?” Tanya Vino sambil mengambil tempat yang biasa ia duduki

“Oh iya ini bahan makanan udah habis, ntar temenin gue ya buat belanja. Kalo besok gue nggak sempet kayaknya” Ujar Lili membuat Vino menghentikan makannya.

“Sorry gue ada urusan. Belanja sendiri kali ini gapapa kan?” Tolak Vino

Lili melihat kearah Vino, lalu segera membuang pandangannya  kearah lain.
“Oh iya sendiri nggak masalah sih” Ucapnya sambil menyelesaikan makannya dengan cepat.

“Ntar kalo sudah selesai panggil gue aja. Gue mau siap-siap dulu” Ucapnya sambil bangkit untuk undur diri lebih dulu. Biasanya dia akan menemani sampai Vino benar-benar selesai makan. Karena Vino adalah tipikal orang yang makannya sedikit-sedikit tapi nambah terus.

Lili memandang pantulan dirinya di kaca besar itu. “Harus belajar mandiri. Hidup nggak boleh bergantung!” Ujarnya pada diri sendiri.

Dirinya memang harus belajar mandiri. Stop bergantung kepada orang sekitar. Karena pada dasarnya diri akan membentuk benteng terkuat karena bisa melakukan apapun sendiri.

Meski sudah terbiasa hidup dikelilingi orang-orang yang menyayanginya. Kini Lili harus bisa mendirikan benteng sendiri menggunakan pilar kokoh miliknya sendiri.

Lili menggunakan mobil merahnya untuk belanja kali ini. Wanita itu kini tengah sibuk memilih dan memasukkan beberapa bahan dapur untuk mengisi kulkasnya yang benar-benar sudah kosong.

Langkahnya terhenti saat ingin mengambil susu ketan hitam kesukaannya. Matanya mengarah ke rak susu ibu hamil. “Ntah kapan gue bakal bisa minum susu itu rutin” Batinnya.

Lili kini sudah selesai dengan urusannya. Kini waktunya ia harus mengisi perutnya. Tadi dia sangat sedikit makannya. Moodnya tiba-tiba anjlok mendengar penolakan Vino.

Langkah kakinya langsung menuju ketempat makan yang menyatu dengan tempat ia belanja.

“Padahal bukan malam minggu, tapi rame banget” Gumamnya kecil. Matanya mencari-cari meja kosong untuk tempatnya duduk.

Deg!

Langkahnya terhenti tak kala bola matanya menangkap pemandangan itu.
Dipojok kiri sana ada Vino. Tapi kali ini laki-laki itu tidak sendirian. Dari sini ia bisa melihat Vino sedang mengelus puncak kepala gadis itu. Karin! Iya gadis itu adalah Karin!

Dadanya serasa sesak melihat itu. Kenapa harus sekarang? Kenapa badai itu datang disaat dia benar-benar sudah bergantung dengan Vino? Kenapa takdir seakan memainkannya?

Lili menarik nafasnya. Ingat! Lili bukan gadis lemah yang cengeng. Wanita itu menguatkan batinnya sendiri. Meyakinkan kalau semua akan baik-baik saja.

Lili membawa langkahnya menuju kedua insan itu. Tangannya masih mendorong troli yang berisi belanjaan yang sudah ia bayar tadi.

“Eh itu bukannya Lili tetangga kamu ya sayang?”

“Sayang?!” Lili menghentikan langkahnya. Seolah-olah kaget bahwa bisa bertemu mereka berdua disini.

“Loh lo kan model sugiono itu kan?!” Tanya Lili dengan nada ia buat sedikit terkejut.

3/3 BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang