Anak papa
Setelah makan malam, keduanya
langsung masuk kedalam kamar, Lili terlebih dahulu membereskan peralatan-peralatan untuk sekolah besok.
Menyiapkan semua kebutuhannya dan sang suami. Lili benar-benar contoh istri yang teladan. Besok mereka sudah kembali sekolah atau lebih tepatnya mereka akan memulai simulasi-simulasi ujian kelulusan.
Senin depan mereka sudah akan melaksanakan Ujian penentu masa depan itu. Baik Lili maupun Vino mungkin bisa sedikit santai karena mereka memiliki otak jenius yang diturunkan langsung oleh kedua papa mereka.
Vino hanya diam sambil melihat Lili yang begitu sibuk, setelah menyiapkan segala keperluan untuk besok pagi. Gadis itu lebih memilih melanjutkan kegiatannya dengan bertempur dengan macam-macam kertas dan laptop di hadapannya.
"Tidur Li udah malem" Vino berucap sambil terus memainkan game POU di ponselnya.
"Bentar lagi nanggung. Lo tidur aja duluan, nanti gue nyusul"
"Gue belum ngantuk. Lo jangan sampe kesiangan besok jam pertama gue sama pak sula" Vino mengingatkannya dengan guru BK berkepala sula itu. Gurunya yang satu itu sudah berumur. Ntah mengapa sekolahnya masih menahan guru yang hobinya hanya marah-marah saja.
Tepat pukul setengah sepuluh Lili menyelesaikan pekerjaannya. Gadis itu sudah memulihkan lagi saham papanya yang turun akibat berita meninggalnya orang tuanya. Untunglah ada orang-orang kepercayaan papa mama nya dulu yang masih setia membantu dan memudahkan segalanya. Dan yang berperan penting sudah pasti Papi mertuanya.
Varel benar-benar mengangkat lagi drajat perusahaan sahabatnya yang anjlok saat itu. Dan bernasib baiklah Lili yang menurunkan otak jenis dari sang Papa. Gadis itu sangat cepat beradaptasi dengan keadaan dan posisinya.
"Udah suami ayo tidur. Ini udah malem" Lili memeluk suaminya yang masih fokus dengan game yang diperankan dengan mahluk gembul tidak memiliki kaki itu.
"Jangan ganggu Li. Bentar lagi gue cetak poin nih" Vino lagi main basket didalam game itu. Tidak cukupkah dia bermain dengan basket di kehidupan nyata? Vino bahkan menjadi ketua basket tahun lalu. Sekarang posisinya sudah berganti mengingat dia sudah akan hengkang dari sekolah itu. Tapi jasanya akan sangat diperlukan saat ada pertandingan yang sangat penting bagi sekolah.
"Ngga mau! Cepet tidur! Kalo masih main hpnya gue tidurin lo!" Ancam Lili membuat Vino lagi-lagi menghela nafas. Disini yang laki-laki siapa sih? Berasa dia yang jadi anak perawan disini.
"Ckckck mulut lo emang minta disentil ya. Sembarangan terus ngomongnya" Ucap Vino
"Ngga mau disentil, maunya di cium sama suami" Ucap Lili sambil memajukan bibirnya yang langsung disentil kecil dengan Vino.
"Lo kok mesum banget sih. Jadi cewek liar banget. Ngga ada anggun-anggunnya? " Tanya Vino
"Yah mana gue tau. Orang anak didikan papi lo nih. Lagian kata papi, gue ngga boleh jadi anggun. Karena dia mau yang jadi anggun ya cukup mami lo aja. Gue ngga boleh katanya" Lili jujur mengatakan itu. Dia memang diajari oleh varel bahkan saat dia menduduki bangku kelas 3 SD waktu itu.