EXTRA PART

144 22 9
                                    

Assalamualaikum guys.

Mana nih yang sibuk minta extrapart. Ini aku kasih sedikit aja ya. Finally guys. Akhirnya aku lulus sekolah. Jadi mungkin bisa lanjutin karya aku jika ada ide baru. Hahha

Tapi buat kalian jangan lupa kasih like terus ya. Sama follow. Tungguin karya aku yang berikut nya okeee!

Happy Reading ______________________________________

B

unyi mainan yang saling beradu dengan kicauan cadel dari si pemain, membuat kedua orang yang sedang berdiri di depan pintu mendelik tajam kearahnya.

“Linnnnooooo!!!!”

Merasa terpanggil, anak laki-laki berusia tiga tahun itu segera menoleh ke sumber suara sembari tersenyum cengengesan.

“Ayo tulun! Tatat bilang mama nih ya!” ucap gadis kecil yang mirip dengannya. Bedanya dia memiliki rambut yang lebih panjang dari Lino.

Lino menggeleng keras. Ia tahu kedua saudara kembarnya itu menyuruhnya turun pasti karena disuruh Mama mandi. Lino sangat membenci mandi!!

“Lino ga suta andi! Lino ga cuta ail, ail itu mengelitannnn!”

Luna memegang kepalanya yang mungil. Melihat kedua kakaknya ini selalu saja ribut.

“Lino ayo andi. Kakak Lani uda andan mala-mala. Luna pucing dendaaalnya!”

“Luna duluan, ladian ngakunya kakak. Tapi  bilan K aja da isa.” gerutunya sambil geleng-geleng kepala kecil.

Lani dan Lino serentak menoleh ke adik bungsunya itu. Merasa tak terima Lino turun dan berlari bersama Lani untuk menyusul adiknya.

“Leni angan cembalangan! Lani uga ga isa momong G!” teriak keduanya sambil berlalu.

***

Kebisingan yang ada di lantai bawah menandakan begitu meriah acara ulang tahun si kembar tiga itu.

Malam ini Lani, Lino dan Luna. Tepat berada di usia yang ke-3 tahun. Ketiganya sudah siap dengan baju yang amat lucu.

Vino berdiri disebelah kiri dan si cantik, istrinya berdiri di sebelah kanan. Menuntun ketiga anaknya bernyayi lagu kebangsaan ulang tahun.

“Ini hadiah dari uncel dan aunty semuanya ya sayang” ucap Lili memberikan  kado-kado dari para sahabatnya.

Ketiganya hanya menggangguku biasa. Toh bagi mereka, tanpa ulang tahun pun mereka bisa minta apapun kepada uncel-uncel mereka.

Mereka menduduki tahta tertinggi sebagai ponakan pertama yang ada dari sircle orang tua mereka.

“Lino da uta, om Edward telalu datang cendili. Padahal uncel yang lain bawa aunty-aunty antik” ucap Lino membuat yang lain tertawa. Anak kedua dari pasangan ini memang tidak pernah menyembunyikan apa yang ia pikiran.

“Aunty Cita uga. Lani da pelnah liat aunty datang ama uncel balu” sahut lani membuat tawa itu semakin menjadi.

Memang hanya anak bungsu mereka yang sedikit lebih pendiam. Sifatnya lebih dewasa ketimbang kedua kakaknya.

Luna memang menurunkan langsung sifat diam dari Vino. Ntahlah anak itu memang paling beda.

Vino memandai ketiga anaknya yang dikelilingi oleh sahabat-sahabatnya.
“Kebahagiaan ini masih terasa mimpi. Papa janji, kebahagiaan ini tidak akan berhenti di sini. Hutang Papa kepada kalian belum tuntas. Jadi teruslah bahagia kesayangan Papa. Agar pilihan yang Mama kalian buat waktu itu tidak menjadi penyesalan.”

“Om Tibo tok, lambunya telalu aja ceperti sosis. Tenapa ngga pelna lunus ya?”

“Heh keong. Sembarangan rambut uncel ini lambang dari kegantengan uncel. Lani ga boleh gitu. Ntar Lani dapat jodoh kriting mau”

“Tliting itu apa ya aunty?” tanya Lino kepada Cika yang sedang menggendongnya.

“Kriting itu rambut yang tidak lurus. Seperti uncel Kibo.” jawabnya membuat anak kecil itu mengangguk tanda ia mengerti.

Di pojok kanan ada Luna yang senantiasa menggandeng tangan Edward. Anak bungsu dari Vino itu memang lebih lengket dengan uncelnya yang satu itu.

Jika di tanya alasannya apa. Dia selalu bilang Uncel Edward yan palin tidak belisik. Dan Luna suka.”

“Luna mau minta kado apa lagi dari uncel tahun ini?” Ucap Edward sambil mengangkat Luna keatas pangkuannya.

Keduanya sudah duduk di pinggir kolam berenang mengasingkan diri lebih baik menurut mereka. Maybe?

“Luna mau ikut liat om latihan oleh da?”

“Tapi liatna lama-lama. Luna mau liat om latihan cetiap ali, campe ulan tahun Luna yan ke 4.” ujarnya sambil menyodorkan tangannya yang bersisi 4 jari.

Hahaha Li-li. Anak lo permintaannya dari orok juga udah macem-macem”

“Boleh tapi jangan sering-sering. Kan Luna harus main juga sama Kak Lani dan Lino.”

“Ciapp Uncel. Makasih Uncel.”

“Uncel Edward yang telbaikkk!” teriaknya sambil mengecup kedua pipi Edward bergantian.

Dari atas gedung yang lebih tinggi dari kediaman Vino. Terlihat mata yang bersembunyi di balik teropong kecil yang senantiasa ia pegang.

Gigi rapinya menggeretak. Tangannya terkepal menandakan dirinya begitu emosi melihat pemandangan itu.

Liat aja, kebahagiaan itu tidak akan berlangsung lama! ”




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

3/3 BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang