29

220 39 63
                                    

Happy Reading

Matahari yang cerah di pagi hari ini di sambut dengan baik oleh kedua wanita yang tengah berolahraga di lapangan yang begitu luas.

Di setiap sudut mana pun, terlihat jelas penjagaan yang begitu ketat oleh orang-orang berbadan tegap lengkap dengan alat tempurnya.

“Baru lima belas menit sudah ngeluh!”

Sinta yang mendengar itu rasa nya ingin menjitak, menggeplek bin menendang wanita yang ada di sebelahnya sekarang

“Gue lagi malas yoga yogaan gini lo paksa!” jawab Sinta sambil merengut

“Yoga tuh bagus untuk tubuh. Badan lo harus sering olahraga biar ga gendut!” jawabnya

“Yigi tih bigis intik tibih
Bidin li hiris siring ilihrigi biir gi gindit” Sinta menjawab sambil memonyongkan bibirnya membuat sang lawan bicara kesal mendengar nya.

“Kalo gue mah ga bakal gendut. Emang lo perut udah kayak gentong gitu!” ujar Sinta membuat Lili merenggut mendengar nya.

“Apa? Mau sok-sokan nangis? Mau merajuk? Udah deh Li ga mempan lagi di gue!”

Lili memandang jengah kearah Sinta yang tersenyum mengejek kearahnya

“Gue ga gendut! Gue lagi hamil! Awas lo ya. Liat aja nanti, kalo anak gue udah lahir gue pasti kurus lagi! Gue cantik lagi!” Lili beranjak dari duduknya sambil menggerutu membuat Sinta tertawa mendengarnya.

“Serah bumil deh!”Teriaknya sambil ikut beranjak untuk menyusul Lili.

Akhirnya, cuma dengan cara begini dia bisa lari dari tuntutan si bumil yang selalu memaksanya olahraga.

“Jangan pegang-pegang anak gue!” tukas Lili sambil menggeser duduknya untuk menjauh dari Sinta yang sudah duduk di sebelahnya.

“Yaelah merengut teros! Liat noh keriput lo sudah nambah” Sinta menoel pipi gembul Lili membuat Lili memicingkan matanya tajam

“Idih matanya mau gue colok? Jangan marah-marah kasian keponakan gue kena tekanan batin dari emaknya”

“Lo yang bikin gue setiap hari ngebatin ga jelas! Kenapa gue bisa mungut teman yang modelan kayak lo gini ya dulu” sinis Lili membuat Sinta tertawa

“Lupa neng lo mungut teman se baik gue di mana? Wah parah ngajak gelut lo ya?” balas Sinta

“Udah sana siap-siap. Setengah jam lagi kita berangkat buat cek up”

Perjalanan 15 menit di tempuh untuk sampai ke klinik tempat dokter yang menangani masa kehamilan Lili

Lili beranak dari mansion nya bersama Sinta dan seorang supir pribadi kepercayaannya.

Sinta menghela nafas saat matanya menatap kearah kaca yang langsung terlihat Lili yang duduk di belakang sambil termenung.

Tangan Lili senantiasa terus mengelus perut besarnya. Matanya menatap kosong kearah pepohonan yang mereka lewati untuk sampai ketempat tujuan.

“Sebentar lagi kita bakal bertemu ya sayang”

“Anak-anak Mama sehat-sehat terus ya, jangan nakal. Jangan buat Mama rindu terus sama Papa ya nak.”

Lili menghapus air matanya yang menetes. Selalu seperti ini. Nyatanya, hamil di usia yang begitu muda tidak lah mudah. Ditambah lagi harus menghadapi masa-masa sulit ini sendirian.

Hatinya masih terus mengatakan bahwa Vino sudah bahagia di sana. Batinnya terus menegaskan bahwa Vino telah bersama dengan orang yang tepat dan mereka saling mencintai.

3/3 BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang