Happy Reading
L
ion.
Dua bulan sudah hal itu terjadi, keduanya jarang berkomunikasi, hanya saja mereka sudah tidur satu ranjang di dalam kamar yang sama.
“Tadi Edward nelpon markas di serang gue mau ke sana dulu lo mending nginep di rumah Papi malam ini” Ujar Vino sambil memakai jaket kebesarannya. Kabar ini begitu mendadak. Membuatnya harus bergegas sekarang
“Gue ikut” Lili ikut beranjak dari duduknya
“Bahaya Li, lo di rumah Papi aja,nini BW nyerangnya nggak main-main di markas belum ada persiapan kali ini lo harus dengerin gue!” Ucap Vino
“Justru itu, gue pasti berguna di sana Vin. Lo pikir gue bakal diam aja liat markas Ranex di porak-poranda sama BW? Pliss izinin gue, Ranex amanah untuk gue dari Papa” Lili langsung beranjak mengambil pakaian serba hitamnya. Wanita itu membuka lemari khusus yang ada di ruang melukisnya
“Jangan pakek itu LILI!” Teriak Vino saat melihat Lili keluar dari ruangan dengan menggunakan jaket lambang tertinggi dari Ranex. Jaket dengan gambar naga yang meliliti bunga mawar membuat Vino menggeleng
“Stop halangi gue! Gue sudah nunggu waktu ini sangat lama Vin! Malam ini, malam ini leader dari BW akan ikut ke pertempuran. Jadi stop halangin gue!”
Vino terkejut, bagaimana Lili bisa tau leader dari BW ada di markasnya sekarang? Padahal ia tidak memberikan informasi itu.
“Tangkap!” Seru Lili sambil melempar senjata Api favorit mereka berdua. Itu pemberian almarhum Papanya dulu saat mereka berusia 14 tahun.
Vino mendengus sebelum tersenyum saat Lili mengedipkan sebelah matanya.
Deruman dari mobil merah yang Lili kendarai membuat mereka sejenak memberhentikan kegiatannya. Vino duduk di sebelah sambil merakit pistol mereka berdua.
Memasangkan segalanya macam alat pertempuran ke badan dirinya dan badan Lili juga. Lili hanya fokus mengemudi, badannya sudah penuh dengan bermacam alat, segala sela tubuhnya penuh dengan senjata.
Di pertengahan jalan tadi Vino menggerutu karena harus memasang baju anti peluru ke tubuhnya sebelum akhirnya tertutupi dengan jaket hitam kebesaran Ranex itu.
“Wohoooo!!!” Teriak Lili sambil menyembulkan kepalanya dari kaca. Tangannya sudah memegang dua pistol. Mobilnya sudah bergerak otomatis. Tangan gadis itu sibuk menarik pelatuk pistolnya.
Tenang, ia menggunakan peluru bius didalamnya. Dia masih waras tidak mau mengotori markas kebesaran Ranex dengan darah najis musuh Ranex!
Vino sudah turun lebih dulu. Itu perintah dari Vino. Dia tidak boleh keluar dari mobil sebelum musuh tinggal sedikit.
Jadilah wanita itu berada di dalam mobil anti pelurunya. Membuka kap atas agar ia lebih leluasa beraksi.
Anak-anak Ranex kualahan, mereka kekurangan anggota karena serangan yang begitu mendadak.
Dari atas mobil sini Lili bisa melihat mereka kalah jauh masalah personil. Di depan pintu gerbang kedua Ranex sudah penuh dengan anggota Ranex yang berusaha mencegah anak BW masuk kedalam lapangan Ranex.
