10

77 18 0
                                    

Happy Reading

Gambar menarik 👹

Jadi itulah keputusan mutlaknya. Rumah mereka memang tidak bertingkat. Kamar pun cuma dua, kamar utama dan kamar tamu. Mereka sengaja memilih rumah minimalis karena mereka hanya berdua saja.

Rumah mereka memang tidak tingkat, tapi semuanya ada didalam rumah itu. Seperti rumah pada umumnya, yang membedakan rumah itu hanya ada tambahan ruang melukis Lili disatuin dengan peralatan kamera-kamera milik Vino. Ruang olahraga mereka berdua. Dan sedikit ruang tambahan lainnya.

Rumah itu akan berwarna black white. Itu permintaan Vino langsung. Yang membedakan hanya kamar dan dapur warnanya seperti keinginan nyonya di rumah itu. Warna purple!

Siang ini mereka akan belanja kebutuhan dapur, untuk rumah biarlah orang suruhan Varel yang mengurus semuanya.

"Ki nanti pulang belanja ke rumah Mami ya, mau ngambil barang gue ada yang ketinggalan"

"Hmm sekalian ntar lo disana aja dulu. Gue mau ke markas nanti gue jemput sebelum jam 10"

"Ngga makan malam dirumah?"

"Ngga kayak nya"

"Oh ya udah, titip salam buat Putra!" Lili mengatakan itu sambil memasang sabuk pengaman ditubuhnya

"Ngapain pakek salam-salam segala? Ganjen kan udah punya suami juga!" Vino mendelik kearah Lili.

"Ngga ada, kemarin gue belum sempat makasih aja sama dia"Ucap Lili

"Makasih buat apaan?"Tanya Lili

"Buat dia yang sudah nemuin lokasi nyokap bokap kemarin!" setelah itu tidak ada lagi pembicaraan. Vino sibuk dengan kemudinya, dan Lili sibuk dengan hpnya.


⭐⭐⭐


Keranjang dorong itu sudah penuh dengan bahan-bahan dapur. Vino benar-benar baru mengetahui sisi istrinya yang ini. Dia tidak menyangka gadis semanja Lili sangat handal dalam urusan yang bahkan belum tentu semua perempuan mampu seteliti istrinya.

Dan dia menyadari semua bahan yang dimasukkan Lili kedalam troli tidak ada satupun yang tidak ia sukai.

"Kenapa lo ngga ambil kerangnya?" Vino bertanya saat Lili melewatkan jenis seafood yang satu ini. Padahal yang lain sudah berpindah ke troli.

"Lo elergi kerang"

"Kenapa ngga diambil lobak nya?" Tanya Vino saat lagi-lagi Lili melewati bahan makanan yang lainnya.

"Lo ngga suka lobak ki"

"cabe rawitnya kenapa dikit banget, emang cukup?" Tanyanya lagi

"Lo ngga suka pedas ki"

Oke dapat Vino simpulkan sekarang. Lili mengetahui semua apa yang disukai dari dirinya dan apa yang tidak disukainya.

Sampailah mereka kedalam deretan cemilan. Mata lili langsung berbinar saat melihat deretan permen Yupi yang bermacam-macam bentuknya.

"Ki ambil itu, yang gambar kadal itu. Itu itu juga yang gambar buaya juga, haa iya itu yang gambar bintang juga," Dan akhirnya Vino hanya mengehela nafasnya saat semua macam dari permen yupi itu akhirnya masuk kedalam troli mereka.

Sudah selesai dengan urusan belanjanya, keduanya segera beranjak kearah mobil mereka.

Lili tersenyum dibalik topi hoodie yang dia kenakan. Gadis itu masih berjalan santai walau dia sangat tau dibelakang pohon seberang jalan, sudah ada dua motor yang dari tadi mengikuti langkah mereka.

3/3 BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang