Happy ReadingMaaf
Hari sudah lewat pukul 1 siang. Tapi kedua insan itu masih bersembunyi di balik selimut tebal yang menutupi tubuh naket mereka.
Vino akhirnya tumbang dan berhenti juga di kala matahari telah terbit. Dan sekarang laki-laki itu tengah tertidur dengan mulut yang masih tersumpal di salah satu squishy milik Lili.
Hari ini hari senin. Seharusnya mereka masuk sekolah meski sudah selesai ujian. Tapi keduanya malah tumbang di atas kasur besar itu.
Lili mengerjapkan matanya yang sangat berat. Kepalanya terasa pusing. Lebih pusing daripada dia berhasil menghabiskan 7 botol alkohol!
Matanya langsung menunduk karena merasa ada yang mengganjal di kedua gunungnya. Dan benar saja. "PiRel, Im sukses!" Jeritnya dalam hati.
Misi dari Varel berhasil ia selesaikan dalam semalam. Benar! Ini adalah salah satu misi dari Varel! Varel dan anggun tau dan mendengar pertengkaran mereka semalam. Ternyata pengedap suara dikamar Vino sudah di Nonaktifkan. Karena tidak ada penghuninya. Dan jadilah kedua mertuanya mendengar pertengkaran mereka.
Varel langsung memboyong menantunya itu untuk di beri petuah dan lainnya. Bagaimanapun Lili sangat dekat dengan Varel.
Awalnya Lili bahkan tidak masalah karena Vino tidak meminta Haknya sebagai suami. Ia juga berfikir mungkin mereka masih muda?
Tapi karena hasutan dan bisikan Varel. Jadilah Lili yang terpengaruh. Oke salahkan ayah mertuanya yang menghasut bagaikan setan penggoda.
Jadilah dia harus kehilangan kesuciannya di usia yang belum genap 19 tahun itu.
Dia juga sudah memikirkan banyak hal. Dan keputusannya jatuh kepada hal ini. Masalah ia akan hamil? Biar waktu yang menjawabnya.
Lili menggeser badannya. Membuat pagutan di mulut Vino terlepas. Vino yang merasa empengnya hilang membuat laki-laki itu terbangun.
"Udah bangun lo" Ujar Vino dengan suara seraknya. Lili hanya mengangguk. Seluruh tubuhnya merasa remuk. Untuk bicarapun rasanya ia malas.
Gadis itu, tidak! Ia sudah tidak gadis lagi. Sekarang dia benar-benar resmi menjadi seorang Wanita. Karena kegadisannya sudah hilang sejak malam tadi.
Vino bangkit. Menampakkan badannya yang bidang, Lili langsung menyelimuti tubuhnya yang tersingkap.
"Maaf!"
"Maaf untuk apa?" Tanya Lili saat mendengar lontaran maaf dari Vino
"Sorry karena gue sudah khilaf" Ucap Vino membuat dada Lili serasa di tikam, kenapa harus minta maaf? Kenapa harus mengucapkan khilaf saat Vino bahkan terus bermain di atasnya tanpa henti? Kenapa merasa bersalah padahal ia melakukan dengan istrinya sendiri? Pertanyaan demi pertanyaan terus berputar di kepala Lili yang membuat wanita itu tambah pusing.
"Jadi tadi malam cuma khilaf ya?" Tanyanya kecil menyembunyikan serak di tenggorokannya. Ini benar-benar sesak. Ia kira hubungannya akan membaik setelah ini. Tapi kenapa Vino menjadi lebih dingin sekarang?
"Sorry gue nggak bisa kendaliin diri gue. Dan berujung menjadi kesalahan seperti sekarang" Ujarnya lagi membuat Lili harus memejamkan matanya. Menetralisir dadanya yang kembali sesak saat mendengar itu. "Jadi ini kesalahan?"