balada perasaan kakek

11.3K 1.2K 173
                                    

Jika biasanya para orang tua akan bersusah payah mengajak anaknya untuk mandi, maka pengecualian untuk si bayi buncit satu ini. Iya benar, si bayi buncit Junhyuck yang menjadi kesayangan banyak orang ini justru sangat senang dengan aktivitas bernama mandi. Apalagi jika mandinya bersama Papa Haechan. Karena dia bisa leluasa berlama-lama main air, membuat busa sabun banyak-banyak, dan tentu saja juga membuat Papa Haechan ikut basah bersamanya hingga berakhir mandi lagi.

Tapi dia juga senang kok dimandikan oleh Mama Injun. Walaupun tidak seheboh saat Papa Haechan memandikannya, Junhyuck suka saat Mamanya yang cantik itu menggosok seluruh tubuhnya dengan penuh kelembutan. Apalagi sang mama juga memberi bonus berupa pijatan, yang  sangat dinikmati Junhyuck hingga bayi itu kerap tertidur saat sedang mandi.

Lalu tebak, pada sabtu pagi yang cukup rusuh ini siapa giliran yang memandikannya? Yaps benar, Papa Haechan!

Kondisi kamar mandi sekarang sudah tidak bisa didefinisikan seperti apa bentuknya. Lelehan sabun cair yang tumpah entah bagaimana caranya, mengotori lantai hingga licin. Belum lagi dengan pelampung leher milik Junhyuck yang kini tergeletak nahas dengan kondisi kempes dan sobek.

Renjun yang baru selesai membuat makanan penutup dan hendak melihat keduanya pun dibuat mengelus dada. Apalagi sang anak yang saat dipelototi justru terkekeh-kekeh riang tanpa dosa, sembari asik memainkan kumpulan busa di tangannya. Mama cantik itu lantas beradu pandang dengan suaminya, meminta penjelasan atas kondisi kacau yang baru saja mereka ciptakan.

"Hehe.. Hai, Mama!" Haechan tersenyum kikuk, dengan kedua tangan yang sibuk menopang tubuh si gembul di dalam air.

Renjun menghela napas, berdiri di ambang pintu sambil memicingkan mata. "Siapa yang suruh lama-lama di kamar mandi main air, hm?"

Haechan agak takut sebenarnya dengan Renjun, namun sebagai ayah yang baik, jadi ia memberikan jawaban yang cukup simpel. Katanya, "hehehe, aku kan cuma nurutin hobinya anakku.."

Renjun buru-buru membilas tubuh Junhyuck saat menyadari bahwa kedua tangannya sudah keriput akibat terlalu lama berendam dalam air, kemudian menyelimutinya dengan handuk dan dibawa masuk ke kamar. Namun sebelum itu, ia mentitah suaminya selaku otak dari kekacauan ini agar mempertanggungjawabkan perbuatannya. "Tanggung jawab ya, Pa? Lantainya licin banget loh ini, bahaya.."

"Aku harus apa ya, Ma?" Haechan menggaruk kepalanya, mengamati hasil perbuatannya dan Junhyuck di depan mata sembari meringis.

"Itu ada sikat yang biasa aku pakai buat gosok lantai di pojok, nah kamu pakai aja itu."

Haechan mengangguk, kemudian berjalan malas menuju pojok kamar mandi. Mengambil sikat pendek kesayangan istrinya sembari melepas kaus yang sudah basah. Diimbuh kikikan Renjun dari luar, papa muda itu mulai melaksanakan hukumannya membersihkan lantai yang licin akibat tumpahan sabun. Ya, hitung-hitung juga ia berbuat kebaikan. Pasalnya sudah lebih dari seminggu, lantai kamar mandi belum sempat dibersihkan oleh Renjun. 

Disisi lain, sebenarnya ini masih terlalu pagi untuk bayi mereka turun ke bathub membersihkan diri. Pukul delapan seperti ini, biasanya bayi itu masih bergelung nyaman dalam pelukan Haechan di atas kasur. Menikmati sisa-sisa kantuk dengan ditemani celoteh burung di atas atap.

Namun pagi ini berbeda. Neneknya, yaitu Ten, semalam meminta izin pada Haechan dan Renjun untuk meminjam Junhyuck hari ini pergi ke pesta pernikahan kolega Johnny. Jadilah, pagi-pagi sekali jagoan mereka dibangunkan agar ketika Ten datang, tidak ada kerusuhan lain yang tercipta di dalam rumah. Ingat, otak rusuh Haechan adalah turunan dari Mama Ten.

"Badanku mengerut kelamaan di air."

Renjun yang tengah menyuapi Junhyuck di meja makan tersenyum geli saat suaminya datang dan mengadu, padahal aduannya juga imbas dari perbuatannya sendiri.

uwugami | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang