NONO!

10.8K 1.1K 146
                                    

Haechan suka hari libur!

Tentu, semua orang pun menyukai hari dimana mereka bisa bermalas-malasan dan mengistirahatkan tubuh sejenak dari rutinitas mencekik sepanjang hari sebelumnya.

Haechan pun demikian. Tadinya, ketika melihat ada dua warna merah yang berurutan mewarnai kalendernya, Haechan sudah membayangkan betapa asiknya bermalas-malasan sambil bersilaturahmi seharian dengan kasur dan antek-anteknya. Tidur, makan, tidur lagi. Setidaknya, siklus itu yang ia harapkan akan terjadi sebelum teringat kalau sekarang ia sudah bukan lagi seorang remaja melainkan suami sekaligus papa dari dua bayi. Jadi, mau tidak mau dan suka tidak suka, pada pagi yang cukup dingin di hari libur begini ia harus tetap bangun untuk membantu istrinya mengurusi dua bayi mereka.

"Mau jalan-jalan nggak? Mumpung libur,"

Renjun mengalihkan fokus dari pemanggang yang sedang bekerja memanggang adonan cookies nya. Ia sepenuhnya mengalihkan atensi pada sang suami yang barusan bicara memberi usul sembari berdiri di pintu dapur menggendong Chenle.

"Kamu nggak inget nanti sore kita mau kemana?" Renjun balas bertanya sambil matanya bergerilya menatap penampilan dua laki-laki beda usia itu.

Haechan mengerjap beberapa kali, kemudian meringis saat sadar kalau ada agenda penting yang menanti mereka sore nanti. Pernikahan duo J.

"Ya udah, berarti lain kali aja," sahutnya pasrah. "Kalau gitu habis ini aku mau ajak bayi-bayi keliling komplek boleh?" Haechan kembali memberi usul sekaligus meminta izin, sebab tidak betah berada di rumah menunggu hingga sore hari mereka pergi. Lagipula, sudah lama sekali sejak terakhir ia mengajak bayi-bayinya pergi keluar.

"Cpk! Bababa!" Chenle mengeluarkan jempolnya dari mulut, beralih menepuk-nepuk pipi Haechan sambil tersenyum. Seolah ia setuju dengan usulan papanya itu.

Haechan mengangguk, tertawa gemas sambil balas menciumi pipi merah Chenle yang terdapat cetakan bantal. "Habis ini keluar sama Papa mauuu? Kita liat ikan di kolam taman, ya?"

Chenle masih senyum-senyum menanggapi bicara papanya, sambil sesekali melirik sang mama yang tengah sibuk mengeluarkan adonan cookies dari dalam pemanggang. Aroma manis yang lezat menguar ke penjuru rumah, sukses menjadi melodi pemanggil bagi cacing-cacing di perut yang tak pernah kenyang.

"Aku mau coba dong!"

Renjun mengabaikan presensi Haechan yang sudah berdiri antusias di sebelahnya. Ia dengan hati-hati memindahkan cookies yang masih panas ke atas loyang besar, kemudian menatap suaminya dengan seulas senyum tipis. "Tunggu ya, ini masih panas. Nanti lidah kamu sakit,"

Haechan meleleh, bagai coklat batang yang digunakan istrinya untuk membuat adonan cookies. Ia rasa, cookies buatan istrinya sekarang akan kalah manis dengan perhatian kecil yang barusan lelaki mungil itu berikan.

chup!

Satu kecupan manis di ujung bibir Haechan berikan pada Renjun sebagai bentuk apresiasi atas perhatian juga cookies coklatnya. "That's sweet of you to say,"

Renjun menutupi rasa tersipunya dengan tatapan garang. Mama cantik itu menunjuk Chenle yang berada di antara mereka dan tengah asik mengemuti jempolnya sembari terkekeh-kekeh lucu. "Ada Lele di sini!"

"Ye ni!"

"Eh?"

Renjun melebarkan mata saat mendengar suara cempreng lain dari arah bawah, tepatnya di antara kedua kakinya dengan Haechan. Segera ia menunduk, kemudian menemukan si bola ubi yang entah sejak kapan sudah berada di sana dengan hanya memakai celana pendek juga kaus dalam yang menutupi perut buncitnya.

"Astaga.."

Dan Renjun tidak bisa untuk tidak refleks menepuk kening saat sadar apa yang sedang dilakukan oleh bayi gembul itu. Sebuah kerusuhan kecil dimana bayi sulungnya papa mama Lee itu duduk anteng di depan rak penyimpanan sembari memeluk sekaleng susu bubuk yang sudah terbuka dan berantakan isinya.

uwugami | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang