Haechan menggeliat dan semakin merapatkan selimutnya hingga menutup wajah saat dirasa sinar matahari semakin terik menyengat, masuk melalui jendela lebar kamar yang dibiarkan terbuka lebar dengan hanya menyisakan sehelai tipis kain hordeng berwarna putih tulang.
Mengerang pelan kala sisi kosong ranjangnya terasa bergerak, pria itu hampir kembali memejamkan mata dan melanjutkan tidur karena sungguh, ia masih sangat-sangat mengantuk setelah pukul tiga dini hari tadi baru bisa merasakan empuknya kasur.
Namun tidak semudah itu. Ia tidak diizinkan melanjutkan tidur karena notasi pada jarum jam sudah menunjukkan angka sembilan. Sudah terlalu siang, terlebih bagi Renjun yang sejak pagi buta sudah bangun akibat gangguan kecil dari bayi kedua mereka.
"Selamat pagi, Papa!" sapaan pagi hari yang manis terdengar menggelitik gendang telinga Haechan, membuat pria itu susah payah harus menyembunyikan rona merah yang menjalar di kedua telinganya. Apalagi dengan tanpa aba-aba, pria manis berstatus istrinya itu menyemat kecup singkat di ujung rahangnya yang tajam.
Sambil mengusak rambut bangun tidurnya yang berantakan bagai singa, Haechan balas memberi kecup di pipi gembil kesayangannya. "Pagi, sayang.."
Renjun tersenyum manis, kemudian menarik kedua tangan suaminya agar bangkit dari posisi tidur. Mencegah kedua mata sayu pria itu kembali tertutup sebab gravitasi kasur mereka bukan main kuatnya. "Jadi antar aku ke rumah sakit, kan?" tanyanya.
"Hng?" Haechan memiringkan kepala, kemudian mengedip pelan saat ia merasa melupakan sesuatu.
Yang mendapat respon bingung pun sontak berdecak malas. "Haechan udah tua nih makanya jadi pelupa," cibirnya bercanda.
"Heh sembarangan!"
"Hehehe. Ayo coba diinget-inget!"
"Apa ya?"
Haechan akhirnya melirik kalender di atas nakas, kemudian bergumam saat menemukan satu angka yang dilingkari spidol berwarna biru oleh istrinya. "AH!" dan selanjutnya dia memekik sambil menunjukkan cengiran konyol, puas karena berhasil mengingat agenda yang akan mereka lakukan bersama hari ini. "Hehe, sekarang udah inget!"
"Apa?"
Bukannya menjawab, Haechan malah menggulingkan tubuhnya dengan brutal. Menahan Renjun yang hendak akan kembali keluar kamar untuk mengecek keadaan empat bayinya- Junhyuck, Chenle, Eren, dan Shotaro- yang dia tinggalkan di ruang tamu dengan beberapa mainan dan televisi menyala.
Iya benar, Shotaro yang tidak ingin kembali pulang ke Jepang karena beberapa alasan, lebih memilih untuk menetap di Korea meski harus berpisah jarak cukup jauh dengan kedua orangtuanya. Kalau tadinya anak manis itu tinggal bersama Yuta, maka sekarang dia beralih badan dan memilih tinggal di kediaman keluarga kecil Lee yang nyaman. Tidak benar-benar tinggal sih, karena sebenarnya siklus hidup anak itu benar-benar nomaden. Dia bisa berpindah-pindah sesuka hati dan menginap dimanapun yang dia mau. Beruntung anak itu mempunyai perangai yang baik, sehingga siapapun yang jadi tempat tumpangannya tidak akan merasa keberatan.
Kalau kata Haechan sih yang penting tahu diri.
Ucapan Haechan satu itu juga lah yang membuat Shotaro sekarang bertahan diam di ruang tamu, menjadi baby sitter si dua gembul dan dengan sukarela diperlakukan seperti bayi oleh Kak Renjun nya. Ya, katanya sih sebagai salah satu bentuk tindakan 'tahu dirinya' karena sudah diizinkan tinggal dan melakukan apapun di sana.
"Hush! Aku mau liat bayi-bayiku dulu. Kamu sana mandi, habis itu turun ke bawah, aku udah masak sarapan," Renjun melepaskan kedua rangkul tangan Haechan dari pinggangnya, namun bayi besarnya itu malah merengut marah.
Renjun terkekeh kecil, lantas dengan anggun mengalah pada suaminya. Ia beralih merebahkan diri dengan Haechan yang setengah menindihnya.
"Aku lagi mau manja-manja sebentar ya, Injun.." Haechan merangkak naik, kemudian menumpukan wajahnya pada pundak Renjun yang setengah terbuka. Mendusal gemas disana sembari menghirup aroma manisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
uwugami | hyuckren
Fanfiction[sequel best hubby] papa haechan, mama injun, dan para kecebongnya. !bxb; marriage life lee donghyuck x huang renjun 🐻🦊 side pair: nomin, lumark, sungtaro, etc. cover by: @hcrjside on twitter