centang biru!

11K 1K 72
                                    

"Kok lama?" Renjun berdiri di muka pintu kamar mandi dengan pakaian atas yang hampir basah. Sembari menggusur Eren si kucing gendut yang tadi ikut nyemplung ke dalam bak kecil setelah ia memandikan Chenle, Renjun menatap suami dan bayi sulungnya bergantian dengan satu alis yang melengkung naik.

"Iya nih aku dicuekin dulu tadi sama si gembul!" Haechan menjawab sembari memberi ciuman bertubi-tubi di pipi Junhyuck yang sama sekali tidak mau melepaskan diri dari pelukan eratnya.

Renjun yang melihat tingkah tak biasa bayinya sontak mengernyitkan dahi. Apalagi saat bayi itu kekeuh menyembunyikan wajah dibalik ceruk leher sang papa, enggan menyahut atau sekedar menoleh pada panggilan yang sejak tadi Renjun berikan. Dan kernyitan di dahinya menjadi bertambah dalam saat melihat lebam kebiruan di batang hidung suaminya. "Kenapa ini?" tanyanya dengan vokal berbisik.

Tapi Haechan hanya memberi tanggap berupa gelengan dan senyum tipis yang menawan. "Nanti aja.." begitu jawabnya.

Renjun tentu langsung mengangguk, kemudian ia coba lagi mencuri atensi si sulung yang masih memeluk erat leher papanya dengan cara menepuk-nepuk bokong bulatnya yang tebal karena popok. "Hei bayi gembul, mau main air bareng Papa sama Mama nggak?"

"Tuh Mama nya manggil tuh, coba dilihat.." Haechan masih mencoba melepaskan rangkulan tangan gendut anaknya di lehernya yang sekarang sudah terasa pegal. Namun sia-sia, karena semakin Haechan berusaha lepas, semakin erat pula cekikan si gembul.

Si mama yang diacuhkan akhirnya berjalan memutari tubuh suaminya, berhenti di belakang punggung pria itu sembari menatap sang anak yang balik menatapnya dengan kedipan polos. "Ih habis nangis nih ya kamuuuu?" godanya sembari mencubit pelan hidung merah Junhyuck.

"Bener habis nangis anakku, Chan?"

"Ya gitu.."

"Ih, Echan! Anakku kenapa nangis terus sih kalau ditinggal sama kamu?" dengus Renjun seraya memukul main-main punggung Haechan yang tentu saja hanya dibalas kekehan ringan oleh pria tampan itu. Baru saja Haechan hendak membalas guyonan istrinya, tangisan si sulung beserta omelannya yang lucu terdengar memenuhi rungu mereka.

"Hiks— M-Mama ndak yeh pul Papa!"

"Lho?" Renjun mengulum bibir, menahan gemas saat Junhyuck yang berlinang air mata melotot padanya, memprotes pukulan main-main yang ia berikan pada papa kesayangan bocah itu. Sementara si papa yang mendapat pembelaan manis tentu tersenyum lebar, lalu mengerling genit pada istrinya. "Satu kosong! Aku dibelain anakmu hahaha!"

"Anakku aja nih?"

"Ya anakku juga dong, Mama~" sembari menyengir lebar, si papa yang sore ini sedang berada dalam dilema antara senang karena ditempeli dan dibucini habis-habisan oleh si gembul kesayangan atau sedih karena bocah itu terus menangis karena merasa bersalah telah tak sengaja melukainya, merangkul pinggang ramping sang istri dan membawanya masuk ke kamar mandi untuk merealisasikan ajakan mandi bersama beberapa belas menit sebelumnya.

Junhyuck yang melihat bak mandi favoritnya diam-diam terkekeh disela sesenggukan yang belum rampung, apalagi saat mamanya mengambil pelampung leher baru bergambar dinosaurus kuning miliknya. Salah satu karakter kartun favoritnya setelah Tayo si bus kecil dan Spongebob si busa kuning.

Haechan menutup pintu kamar mandi dengan satu kakinya, lalu pelan-pelan menurunkan Junhyuck ke dalam bak mandi. Dilepaskannya pakaian sang anak satu persatu, sebelum mengisi bak mandi tersebut dengan air hangat hingga setengah penuh.

"Oh iya, Lele aku mana? Katanya tadi mau mandi berempat, nggak jadi?" Haechan melepas kausnya sembari melirik Renjun yang sudah bertelanjang dada.

"Lele ada di gazebo belakang sama Taro," Renjun mengambil sabun cair beserta essential oil, diteteskan sedikit ke dalam bathtub agar sesi mandi mereka menjadi lebih rileks. "Dan kita nggak jadi mandi berempat ya, Papa, soalnya kamu aku tungguin malah lama. Lele nya juga rewel tadi karena popoknya penuh habis pipis, jadi ya udah aku mandiin sekalian.."

uwugami | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang