waktu sore

10.8K 1.1K 117
                                    

hohoho, haiiii!

aku tau kalian bosen liat aku minta maaf terus tiap telat update, tapi aku tetep mau minta maaf lagi HAHAHA ✋🏻

⚠️ ini (bakal) gajelas, i swear✌🏻

────────────

Renjun memperhatikan kegaduhan yang terjadi di halaman luas kediamannya dari balik pintu sembari mengemil buah segar. Ia yang baru saja menidurkan Chenle— si bayi gendut dua bulannya— di kamar bawah, sedikit terdistraksi dengan suara gaduh dari para dominan yang sedang saling beradu kaki memperebutkan sebuah benda bundar.

Iya, sore ini di kediamannya dan Haechan benar-benar ramai dengan kehadiran dua anggota keluarga (Nakamoto dan Lee) juga para manusia rimba— julukan yang Haechan berikan untuk teman-temannya yang berisik dan tukang rusuh.

Halaman luas rumahnya yang biasa sepi kini berubah menjadi lapangan sepakbola dadakan. Haechan bahkan harus memasang pembatas dari jaring yang membentang dari ujung garasi, upaya perlindungan diri dari amukan sang istri kalau-kalau bola yang mereka mainkan nanti akan merusak pot-pot tanaman yang sudah Renjun atur dan diklaim sebagai kawasan pribadi.

Seraya mengulum senyum, Renjun bawa langkah kakinya pada kursi bulat di teras. Mendudukkan dirinya di sana sembari memperhatikan semua entitas ramai, termasuk bayi sulungnya yang tumben sekali sedang anteng mengobrol bersama Lucas. Entah apa yang kedua laki-laki beda usia itu obrolkan, tapi melihat raut Junhyuck yang nampak sangat semangat sampai bibir tipisnya maju lima senti saat berbicara, agaknya obrolan mereka seru sekali ya. Ada yang bisa menebak?

"KIW CANTIK!" Haechan yang tadinya asik beristirahat dan leha-leha di bawah pohon mendadak bangkit setelah melihat keberadaan istri cantik sedunianya. Dengan senyum kelewat lebar, pria itu lantas berlari kembali ke arena pertandingan yang sengit, hendak pamer kalau dia juga jago bermain sepak bola seperti papa Johnny dan Papa Yuta.

Renjun yang menyaksikan tingkah tengil suaminya hanya bisa tertawa, apalagi saat lengan pria itu tak sengaja kena hantam bola.

"Papa harus dapet kartu kuning nih!" Haechan menunjuk lengannya dan bola bergantian, mengadu pada Xiaojun selaku wasit agar memberikan kartu kuning tanda pelanggaran pada sang papa.

Xiaojun merotasikan mata, kemudian dengan gemas menyentil kening Haechan. "Ini lagi main sepak bola bukan bola tangan ya, Pak!" ujarnya, tanpa peduli kalau kening yang dia sentil kini memerah. "Lagian lo ngapain masuk lagi sih? Dasar pemain gelap!" lanjutnya sembari mendorong-dorong punggung Haechan agar kembali ke pinggir arena, karena jumlah tim yang menjadi tidak imbang dengan kehadiran pria itu.

"Mau caper sama Renjun, lah!" daripada menuruti Xiaojun yang sedang dalam mode galak untuk kembali duduk sendiri di bawah pohon, Haechan memilih berlari menghampiri istrinya yang dilihat dari jauh begini nampak sangat menawan, apalagi saat kemilau jingga seolah menyapu tiap senti dari kulitnya. 

"Hai!" Renjun mendongak riang menyambut kedatangan suaminya, kemudian menggeser diri agar pria itu ikut duduk disebelah.

"Lele tidur, sayang?" tanya Haechan seraya merapihkan anak rambut Renjun yang sudah lumayan panjang sampai jatuh sebagian menutupi matanya.

"Hum! Baru aja tidur, habis pup juga dia.."

"Sendirian dong di kamar?"

uwugami | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang