23. (Not So) Secret Admirer (jbjh)

221 17 13
                                    

by. lavenderjibeom

suitable for most ages No TWs



ㅇㅇㅇㅇㅇㅇ

"Kamu... lucu ya."

ㅇㅇㅇㅇㅇㅇ

Gugup, Jibeom sibuk menggigiti bibir bawahnya sembari memindai secarik kertas yang dipegangnya, kata per kata, kalimat per kalimat. Apakah ini hal yang benar untuk dilakukan? Pertanyaan tersebut terus berputar di kepalanya tanpa henti. Tangannya yang terus gemetar juga tidak membantu; entah karena udara dingin pagi hari yang menembus jaket tebalnya atau karena kegugupannya.

"Apa nih? Tertanda, your secret admirer," suara yang sangat familiar tiba-tiba terngiang tepat di samping telinga Jibeom, sontak membuatnya terkejut, jantung rasa ingin lepas saja.

"JOOCHAN! Apa sih?!" Jibeom setengah berteriak, berdebar akibat adrenalin yang terpacu dari 'jumpscare' yang baru saja terjadi, dengan segera membalik secarik kertas yang sedang ia baca berulang-ulang sedaritadi.

Joochan hanya tertawa akan respon teman baiknya. Sudah bukan menjadi rahasia lagi di antara mereka kalau Jibeom memang menjadi seorang "secret admirer" dari salah satu siswa kelas lain, yang digadang sebagai 'Pangeran dari Surga'. Tak sedikit saingannya, tentu, tapi apalah daya, mata dan hati Jibeom sudah terpanah ke arahnya sejak pandangan pertama. Menyadari perbedaan kasta pun Jibeom tetap kukuh dengan perasaannya. Belum lagi desas-desus dan kabar burung kalau Sang Pangeran selalu menolak pernyataan perasaan yang dilontarkan padanya. "Kamu jadi mau naro surat hari ini?" tanya Joochan yang sedang meletakkan tasnya dan duduk di samping Jibeom.

Jibeom dengan hati-hati melipat 'surat' yang ia pegang dan memasukkannya ke amplop spesial yang sudah ia siapkan sebelumnya. "Joo, aku takut," ucap Jibeom, tidak menjawab pertanyaan sahabatnya. "Tapi dia pasti nolak juga sih..."

"KAMU MAU NEMBAㅡMMMH"

Dengan segera, tangan Jibeom mendekap mulut Joochan yang selalu saja bocorㅡatau tumpah mungkin kata yang lebih tepat. "Ssst! Jangan kenceng-kenceng ngomongnya!" cekam Jibeom.

"Jibeom mau apa?"

Satu pertanyaan dari suara yang familiar terdengar dari pintu belakang kelas. Kedua siswa yang sedang sibuk dengan tingkahnya ini pun menoleh ke arah sumber suara. Jibeom langsung menepuk dahinya saat melihat Donghyun, salah seorang temannya lagi, baru saja tiba di kelas. Joochan lalu memberi gestur kecil sambil berbisik menyuruh Donghyun menghampiri mereka dan membisikkan bahwa Jibeom ingin menyatakan perasaannya melalui sebuah surat.

"Oh, Kim Jibeom, akhirnya!" respon Donghyun. "Mau liat dong suratnya!"

"G-Gak! Kalian gak boleh baca!" Pipi Jibeom memerah hanya membayangkan respon apa yang akan teman-temannya berikan jika mereka baca puisi buruk rupa yang ia tulis semalaman di surat tersebut.

Donghyun dan Joochan hanya tertawa. "Oke, oke, kamu mau kasih suratnya diam-diam kayak biasa?" tanya Donghyun; kayak biasa.

"Uh... Kayaknya iya," jawab Jibeom ragu. 'Ini semua karena mulut ember Joochan yang gak ketahan', pikirnya. "Sebenernya aku juga ngajak ketemuan di suratnya," lanjut Jibeom. "Tapi dia pasti gak mau lah ya sama orang kayak aku?"

"Ih, jangan gitu!" Joochan langsung memotong. "Ya emang sih, dia kaya iya, cakep iya, pinter iya, tapi kamu kan juga..." Joochan berhenti di tengah kalimatnya, berfikir, "juga... hmm... apa ya?"

"JOOCHAN!" respon Jibeom yang lalu pura-pura menangis dengan menenggelamkan wajahnya di lengannya di atas meja.

"Bercanda!!!" Joochan dengan segera memperbaiki gurauannya. "Kamu juga cakep iya, pinter iya, lawak mulu juga iya! Gak mungkin tau orang gak suka sama kamu."

BLACKBOARD.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang